Dalam beberapa tahun terakhir, dengan kemajuan teknologi reproduksi, teknologi transplantasi embrio secara umum telah meningkatkan tingkat keberhasilan pengobatan infertilitas. Dalam hal memilih embrio yang sesuai untuk meningkatkan peluang kehamilan, penerapan kecerdasan buatan (AI) telah mendapat perhatian yang semakin meningkat. Proses evaluasi embrio tidak hanya dapat ditingkatkan, tetapi hasil fertilitas secara keseluruhan juga dapat dioptimalkan.
Transfer embrio merupakan langkah utama dalam reproduksi berbantuan, yang sering digunakan bersamaan dengan fertilisasi in vitro (IVF), dan dirancang untuk menempatkan embrio di rahim wanita untuk mencapai kehamilan. Embrio dapat ditransfer pada hari ke-2 atau ke-3 setelah pembuahan, atau pada tahap blastokista. Tingkat keberhasilan dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk penerimaan endometrium, kualitas embrio, dan kemahiran teknik transfer.
Berdasarkan pengalaman klinis, tidak ada perbedaan signifikan dalam tingkat keberhasilan antara embrio segar dan embrio beku.
Ini berarti bahwa transfer embrio beku (FET) sering kali menawarkan lebih banyak pilihan bagi wanita dan dapat dilakukan pada waktu yang berbeda dalam siklus menstruasi untuk mengoptimalkan persiapan endometrium.Embrio beku umumnya memiliki tingkat kehamilan yang tinggi dan tidak meningkatkan risiko cacat lahir atau kelainan perkembangan.
Embrio dapat ditransfer pada berbagai tahap perkembangan setelah pembuahan.
Namun, ini juga berarti jumlah embrio yang digunakan akan berkurang, yang perlu dipertimbangkan dalam tingkat kehamilan klinis secara keseluruhan.Penelitian telah menunjukkan bahwa embrio yang ditransfer pada tahap blastokista dapat secara signifikan meningkatkan tingkat kelahiran hidup dibandingkan dengan embrio hari ke-3.
Dengan perkembangan teknologi, banyak laboratorium telah mulai menggunakan AI untuk mengevaluasi embrio. Misalnya, Algoritma Klasifikasi Cerdas Pemeringkatan Embrio (ERICA) dapat memberi peringkat embrio secara non-invasif menurut status genetik yang diprediksi. Meskipun penelitian saat ini masih berlangsung,
potensinya diakui secara luas dan dapat menjadi teknologi revolusioner untuk pemilihan embrio di masa mendatang.
Cara memilih jumlah embrio yang tepat juga merupakan masalah penting. Meskipun di masa lalu dokter akan merekomendasikan transplantasi beberapa embrio sekaligus untuk meningkatkan peluang kehamilan, kini banyak negara telah menetapkan bahwa penggunaan beberapa embrio harus dikurangi dan menganjurkan pilihan transfer embrio tunggal (e-SET) untuk mengurangi risiko kehamilan ganda.
Dengan semakin berkembangnya teknologi kecerdasan buatan, terutama dengan kemajuan analisis data besar dan pembelajaran mesin, AI kemungkinan akan memberikan penilaian dan keputusan yang lebih akurat dalam proses pemilihan embrio di masa mendatang. Hal ini tidak hanya akan meningkatkan tingkat keberhasilan kehamilan, tetapi juga mendorong kemajuan teknologi reproduksi di masa mendatang.
Namun, apakah penerapan teknologi ini akan mengubah pemahaman dan harapan kita tentang kesuburan?