Dalam sistem imun, Granzyme B (GrB) merupakan protease utama yang disekresikan terutama oleh sel pembunuh alami (sel NK) dan sel T sitotoksik dan bertanggung jawab atas apoptosis sel target. Seiring dengan semakin mendalamnya penelitian ilmiah, peran Granzyme B tidak lagi terbatas pada pembersihan sel, tetapi secara bertahap telah mengungkapkan pentingnya perannya dalam penyakit autoimun. Jadi, bagaimana tepatnya protein ini memengaruhi sistem imun kita dan memicu penyakit autoimun?
Granzyme B diperkirakan menginduksi kematian sel dengan mengaktifkan serangkaian jalur apoptosis, menjadikannya pemain penting dalam mengendalikan tumor dan infeksi virus.
Karakteristik struktural Granzyme B dan fungsi biologisnya yang kuat menjadikannya bagian yang tak terpisahkan dari respons imun. Enzim ini, yang dikodekan oleh gen GZMB, memiliki beberapa aktivitas yang dapat memecah hingga 300 substrat, termasuk poliribonuklease (PARP) dan DNA protein kinase (DNA PK) yang mengganggu perbaikan DNA.
Penelitian telah menunjukkan bahwa Granzyme B diekspresikan dalam banyak jenis sel yang berbeda, termasuk mitokondria dan sel mast, yang menunjukkan peran dalam kematian sel dan respons inflamasi.
Pada banyak penyakit autoimun, kadar Granzyme B meningkat secara signifikan, dan memicu respons inflamasi dengan mengaktifkan sitokin, yang menyebabkan kerusakan jaringan.
Granzyme B sangat penting untuk keseimbangan sistem imun saat digunakan untuk mengatur proliferasi sel T dan mendorong kematian sel T CD4+. Namun, penting untuk dicatat bahwa jika aktivitasnya tidak terkendali atau tingkat ekspresinya tidak normal, hal itu dapat memicu respons autoimun.
Granzyme B memasuki sel target terutama dengan dilepaskan bersama porin, yang masuk melalui pori-pori di membran sel, yang memungkinkan Granzyme B memasuki sel dan memicu beberapa jalur apoptosis. Ini termasuk pembelahan enzim apoptosis, seperti Caspases 3 dan 7, yang pada akhirnya menyebabkan kematian sel.
Relevansi Granzyme B terhadap kematian sel tidak terbatas pada apoptosis, tetapi juga mencakup jalur kematian lainnya seperti autofagi.
Seiring para ilmuwan mempelajari Granzyme B lebih dalam, mereka semakin menemukan peran potensialnya dalam berbagai penyakit. Misalnya, pada diabetes tipe 1, Granzyme B menyebabkan kerusakan sel beta penghasil insulin di pankreas, serangan kekebalan yang tepat yang dapat dimediasi oleh sel T yang diaktifkan.
Peningkatan kadar Granzyme B juga telah diamati pada penyakit autoimun seperti artritis reumatoid dan penyakit paru obstruktif kronik, menjadikannya target terapi yang menarik. Studi terbaru menunjukkan bahwa perannya dalam remodeling matriks terkait erat dengan berbagai penyakit autoimun dan penyakit inflamasi kronik terkait usia.
Melalui penelitian lebih lanjut tentang Granzyme B dan mekanisme kerjanya, para ilmuwan mulai mengeksplorasi bagaimana fungsi pengaturannya dapat digunakan secara efektif untuk mengembangkan terapi baru guna memperbaiki gejala yang terkait dengan penyakit autoimun.
Mendobrak batasan material dan memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang peran Granzyme B membuka kemungkinan strategi terapi baru.
Jika Granzyme B dapat diatur secara efektif, hal itu akan membawa peluang dan tantangan baru bagi pengobatan penyakit autoimun. Apakah ini berarti kita memerlukan pemikiran yang lebih inovatif dan investasi penelitian untuk pengobatan penyakit autoimun di masa mendatang?