Asam jasmonat dan turunannya, sebagai hormon penting bagi tanaman, sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Fitohormon berbasis lipid ini memainkan peran penting dalam mengatur berbagai proses fisiologis pada tanaman, termasuk pertumbuhan, fotosintesis, dan perkembangan reproduksi. Di antara proses-proses ini, asam jasmonat sangat penting untuk ketahanan terhadap herbivora dan respons tanaman terhadap lingkungan yang merugikan. Penelitian terkini juga menunjukkan bahwa asam jasmonat tertentu dapat dilepaskan dalam bentuk senyawa organik yang mudah menguap, yang mendorong komunikasi antar tanaman untuk menunjukkan bahaya umum yang akan datang.
Penemuan asam jasmonat dimulai pada tahun 1962, ketika para ilmuwan mengisolasi asam metil jasmonat (MeJA) dari minyak melati. Asam jasmonat sendiri diisolasi dari Lasiodiplodia theobromae oleh Alderidge dkk. pada tahun 1971. Jalur biosintesis asam jasmonat sangat kompleks. Zat ini terutama diubah dari asam linoleat, pertama-tama membentuk asam 12-okso-fitodienoat (OPDA) di membran kloroplas, kemudian mengalami proses reduksi dan oksidasi hingga akhirnya membentuk asam jasmonat. Dalam proses ini, hanya konversi menjadi OPDA yang terjadi di kloroplas, sementara reaksi selanjutnya diselesaikan di peroksisom.
Sintesis asam jasmonat tidak hanya memengaruhi pertumbuhan tanaman, tetapi juga memainkan peran penting dalam respons imun tanaman.
Meskipun asam jasmonat memainkan banyak peran dalam banyak proses pada tanaman, asam jasmonat paling dikenal karena perannya dalam respons luka. Ketika tanaman rusak secara mekanis atau diserang oleh herbivora, biosintesis asam jasmonat dimulai dengan cepat, diikuti oleh ekspresi gen respons terkait. Pada tomat, kerusakan mendorong produksi molekul pertahanan yang menghambat serangga memakan daun.
Ketika tanaman rusak, sinyal dari asam jasmonat mendorong tanaman di sekitarnya untuk bersiap melakukan pertahanan, membentuk mekanisme pertahanan simbiosis.
Selain itu, senyawa volatil berlabel asam jasmonat dapat ditularkan melalui udara ke tanaman di dekatnya, yang selanjutnya meningkatkan kadar transkripsi gen mereka untuk respons kerusakan. Pengalihan energi ini tidak hanya memperkuat pertahanannya sendiri, tetapi juga mendorong tanaman di sekitarnya untuk memulai tindakan pertahanan guna mengatasi potensi tekanan herbivori.
Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa asam jasmonat memiliki efek signifikan pada perkembangan akar tanaman. Temuan awal menunjukkan bahwa ketika JA diekspresikan secara berlebihan, pertumbuhan akar terhambat. Meskipun mekanisme pasti dari fenomena ini masih belum jelas, diketahui bahwa jalur pensinyalan yang bergantung pada COI1 sangat penting dalam menghambat pertumbuhan akar.
Perlu dicatatorthy bahwa ada interaksi antara sinyal JA dan jalur pertahanan lainnya, seperti jalur fruktosa (SA) dan etilen (ET). Dalam banyak kasus, kerja sama antara jalur ini membantu tanaman mengoptimalkan mekanisme pertahanan mereka dalam menanggapi berbagai tantangan abiotik dan biotik. SA terutama meningkatkan kekebalan dengan menginduksi ekspresi gen terkait patogen, tetapi ketika tanaman diserang oleh serangga, respons pertahanan asam jasmonat lebih aktif.
Penelitian telah menunjukkan bahwa interaksi antara JA dan SA bersifat kompleks dan memiliki dampak signifikan pada kemampuan pertahanan tanaman dan alokasi sumber daya.
Ketika sinyal JA tanaman ditingkatkan, ketahanannya terhadap patogen dapat ditingkatkan, sementara responsnya terhadap herbivori serangga dapat relatif melemah. Keseimbangan ini memastikan bahwa tanaman dapat mengalokasikan sumber daya dengan tepat di berbagai tantangan untuk meningkatkan peluang mereka untuk bertahan hidup.
Selain perannya dalam respons pertahanan, asam jasmonat juga terlibat dalam perkembangan tanaman. Misalnya, pada beberapa spesies, sekresi asam jasmonat dikaitkan dengan langkah-langkah utama seperti pembukaan bunga, perkecambahan biji, dan perkembangan akar. JA juga dapat meningkatkan simbiosis tanaman, terutama dalam proses pensinyalan antara legum dan rhizobia.
Hasil penelitian ini menekankan keanekaragaman dan pentingnya asam jasmonat dalam proses fisiologis tanaman, mengingatkan kita untuk memperhatikan ekologi sekitar sambil memahami mekanisme pertumbuhan tanaman.
Seiring kemajuan ilmu pengetahuan, pemahaman kita tentang asam jasmonat semakin mendalam. Asam jasmonat tidak hanya memainkan peran penting dalam tanaman, tetapi juga membentuk jaringan hubungan timbal balik yang kompleks antara tanaman. Hal ini menimbulkan pertanyaan yang patut direnungkan: Dalam praktik pertanian masa depan, bagaimana kita dapat memanfaatkan sifat asam jasmonat dengan lebih baik untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang sehat?