Rawa pasang surut adalah jenis ekosistem lahan basah tertentu yang ditemukan di sepanjang sungai, pantai, dan muara yang secara teratur dibanjiri dan dikeringkan oleh pergerakan laut atau pasang surut di sekitarnya. Rawa pasang surut mengalami banyak siklus yang tumpang tindih dan berkelanjutan, termasuk pasang surut diurnal dan semidiurnal, variasi suhu diurnal, siklus pasang surut musim semi dan musim panas, pertumbuhan dan penurunan vegetasi musiman, limpasan hulu, dan perubahan iklim dekade dan tren kenaikan muka air laut selama ribuan tahun. Rawa pasang surut terbentuk di tempat-tempat yang terlindung dari gelombang, seperti tepi teluk, bagian atas zona pasang surut, atau di daerah yang airnya jernih atau payau. Selain itu, rawa-rawa ini juga dipengaruhi oleh gangguan sementara seperti badai, banjir, badai, dan kebakaran lahan.
Keadaan rawa pasang surut sebagian besar ditentukan oleh proses alami dan yang disebabkan oleh manusia.
Rawa pasang surut menghadapi berbagai ancaman antropogenik terhadap keberadaannya, dan khususnya dalam beberapa tahun terakhir, aktivitas manusia telah memberikan dampak yang signifikan terhadap ekosistem ini. Perubahan skala kecil, seperti erosi hulu dan pembangunan pesisir, berpadu dengan dampak skala besar, seperti polusi dan kenaikan muka air laut, sehingga menekan ekosistem yang berharga ini.
Rawa pasang surut dapat dibagi menjadi dua kategori utama: rawa pasang surut pesisir dan rawa pasang surut muara. Rawa pasang surut pesisir terbentuk di sepanjang garis pantai, sedangkan rawa pasang surut muara terletak di pedalaman di dalam wilayah pasang surut. Perbedaan utamanya terletak pada lokasi dan kadar garam airnya. Rawa pasang surut dapat dibagi menjadi tiga kategori menurut kadar garam airnya: air tawar, air asin, dan air payau. Rawa pasang surut selanjutnya dibagi menjadi rawa pasang surut atas dan bawah berdasarkan permukaan laut dan karakteristik lingkungannya.
Rawa pasang surut air tawar sebagian besar terletak jauh dari pantai dan sumber airnya sebagian besar adalah luapan sungai air tawar. Jenis rawa ini memiliki kadar garam rendah dan dapat dibagi lagi menjadi tipe delta dan marginal. Tempat-tempat ini kaya akan keanekaragaman hayati dan merupakan habitat bagi berbagai organisme. Rawa pasang surut air tawar menyediakan habitat yang sangat baik bagi serangga penyengat dan unggas air, dan juga berfungsi sebagai tempat pemijahan bagi ikan migrasi seperti ikan haring dan ikan haring.
Rawa pasang surut air asin terletak di dekat laut dan dipengaruhi oleh jumlah air yang berfluktuasi seiring pasang surut. Perubahan vegetasi mencerminkan paparan dan frekuensi pasang surut, yang memengaruhi karakteristik ekologi rawa. Rawa pasang surut air asin dicirikan oleh tingkat dekomposisi yang lebih tinggi dan tingkat penghilangan nitrogen yang lebih rendah.
Rawa pasang surut antara keduanya adalah rawa payauRawa air, yang biasanya terdapat di pertemuan sungai. Salinitas air dipengaruhi oleh intrusi air laut dan aliran sungai, sehingga membentuk lingkungan ekologis yang istimewa. Tempat-tempat ini memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, menjadikannya tempat yang ideal bagi berbagai spesies untuk saling tumpang tindih dan bereproduksi.
Rawa pasang surut menyediakan berbagai layanan ekosistem, termasuk habitat yang mendukung keanekaragaman hayati, tempat berkembang biak yang penting, dan tempat berlindung bagi burung-burung yang bermigrasi. Selain itu, rawa pasang surut merupakan penyerap karbon dan penstabil pantai yang efektif, menyimpan air di tempat-tempat tinggi selama banjir dan mengurangi dampak gelombang badai di pantai-pantai di dekatnya. Rawa pasang surut juga menyaring air yang mengalir dari daratan ke laut, menyerap dan menangkap polutan.
Rawa pasang surut merupakan rumah bagi berbagai spesies burung khusus rawa asin pasang surut dan merupakan ekosistem yang rapuh dan penting.
Kerugian rawa pasang surut secara historis terutama disebabkan oleh pembatasan pasang surut dan aktivitas drainase, yang mengakibatkan perubahan ekologi yang terus berdampak besar hingga saat ini. Ini juga merupakan ancaman besar karena perubahan iklim global menyebabkan permukaan laut naik. Selain itu, polusi yang disebabkan oleh urbanisasi telah menyebabkan kerusakan berkelanjutan pada ekosistem rawa pasang surut.
Upaya pemulihan rawa pasang surut sudah berlangsung di beberapa wilayah di seluruh dunia. Teknik pemulihan ini termasuk menghilangkan pembatasan pasang surut untuk membangun kembali layanan ekosistem yang rusak. Upaya pemulihan tersebut dapat dilihat di Amerika Serikat, Inggris, Eropa, dan Kanada. Penelitian kami juga memungkinkan kami untuk menilai efektivitas pemulihan rawa pasang surut dengan melihat berbagai faktor, termasuk vegetasi, respons geokimia, dan respons komunitas satwa liar.
Menghadapi perubahan lingkungan dan isu iklim global, bagaimana kita dapat melindungi dan memulihkan ekosistem rawa pasang surut yang berharga ini dengan lebih baik untuk memastikan bahwa ekosistem tersebut dapat terus berkontribusi pada keseimbangan ekologi Bumi?