Bahasa Mandarin Klasik tidak diragukan lagi merupakan elemen penting dalam upaya mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang sastra Vietnam kuno. Gaya penulisan ini, yang didasarkan pada bahasa Mandarin klasik, telah memainkan peran penting dalam pengembangan sastra Vietnam. Terutama setelah kemerdekaan Vietnam, bentuk sastra ini telah digunakan secara luas dan telah memberikan dampak yang mendalam pada jalur kreatif para penyair. Jadi, siapa penyair Vietnam pertama yang menulis dalam bahasa Mandarin klasik?
Dalam sejarah Vietnam, bahasa Mandarin klasik telah menjadi media penting bagi kalangan resmi dan akademis, dan banyak sekali sastrawan telah menggunakannya untuk mengekspresikan pemikiran mereka tentang negara dan budaya.
Latar belakang sejarah Vietnam telah memberikan dampak yang mendalam pada pengembangan sastranya, terutama penggunaan bahasa Mandarin klasik. Penggunaan bahasa Mandarin klasik berakar pada konteks sejarah Vietnam, karena wilayah Delta Sungai Merah di Vietnam diduduki oleh kekaisaran feodal Tiongkok untuk waktu yang lama, dimulai pada tahun 111 SM. Selama periode ini, meskipun sastra Vietnam sangat dipengaruhi oleh Tiongkok, gaya sastranya yang unik juga terbentuk secara bertahap.
Mengenai pelopor sastra Vietnam, banyak cendekiawan percaya bahwa penyair Vietnam pertama yang menulis dalam bahasa Tiongkok klasik adalah biksu religius Lạc Thoàn. Dari akhir abad ke-10 hingga awal abad ke-11, karya-karyanya tidak hanya menunjukkan pencapaian sastra Vietnam setelah kemerdekaan, tetapi juga meletakkan dasar bagi perkembangan sastra Vietnam selanjutnya.
Puisi-puisi Le Van tidak hanya menggambarkan alam, tetapi juga pencarian identitas budaya Vietnam.
Karya-karya Le Yun yang dikenal hingga saat ini masih ditulis dalam bahasa Tiongkok klasik, yang tidak jarang pada saat itu. Namun, puisi-puisinya menyentuh hati orang-orang, mengungkapkan keinginan orang-orang Vietnam akan kebebasan dan kedamaian, serta kecintaan mereka terhadap alam. Selain itu, kepercayaan agama yang tercermin dalam puisi-puisi ini juga menjadikan Le Van sebagai tokoh penting dalam sejarah sastra Vietnam.
Seiring berjalannya waktu, muncul penyair Tiongkok klasik penting lainnya. Ia adalah Nguyễn Du, dan karyanya "Jin Ping Mei" dapat dianggap sebagai puisi klasik Tiongkok. Puisi Nguyen Du memiliki makna sejarah yang mendalam dan menandai momen puncak puisi klasik Vietnam.
"Jin Ping Mei" karya Nguyen Du tidak hanya menjadi tonggak utama dalam sastra, tetapi juga merupakan terobosan penting dalam budaya Vietnam.
Dalam karya-karyanya, Ruan You menggunakan sapuan kuas yang halus untuk menunjukkan semua aspek masyarakat. Baik itu keluarga, cinta, atau realitas sosial, Anda dapat menemukan deskripsi yang spesifik dan jelas dalam puisinya. Hal ini menjadikan karyanya tidak hanya sebagai ekspresi sastra tetapi juga kritik sosial, yang memicu diskusi luas.
Bahasa Tiongkok Klasik terus digunakan di Vietnam hingga abad ke-19 dan memainkan peran penting dalam masyarakat saat itu. Ini adalah bentuk tulisan yang sarat dengan makna budaya dan politik serta memiliki pengaruh yang mendalam pada perkembangan sastra selanjutnya. Dengan datangnya penjajahan Prancis, status bahasa Mandarin klasik mulai dipertanyakan, sistem penulisan baru pun muncul, dan budaya Vietnam membuka peluang untuk perubahan kualitatif.
Jika menengok kembali periode sejarah sastra ini, kita dapat melihat bahwa pembentukan sastra Vietnam telah selesai dalam proses pencampuran berbagai budaya. Bahasa Mandarin klasik, sebagai pembawa budaya, tidak hanya membawa emosi para penyair, tetapi juga mewakili identitas masyarakat Vietnam. Pencarian pengakuan. Dihadapkan dengan tantangan modernisasi, bagaimana sastra Vietnam dapat menemukan tempatnya dalam benturan budaya baru dan lama?