Di penjara, perilaku seksual merupakan topik tabu yang sulit dibicarakan oleh banyak orang. Stereotip yang tersebar luas telah menyebabkan banyak kesalahpahaman tentang aktivitas seksual di penjara, yang sering kali berfokus pada pemaksaan dan kekerasan sambil mengabaikan bentuk-bentuk seks suka sama suka yang lebih umum. Menurut penelitian, telah terjadi peningkatan jumlah penelitian tentang perilaku seksual di dalam penjara dalam beberapa tahun terakhir dalam upaya untuk mengungkap teka-teki yang sudah lama ada ini.
Perilaku seksual di penjara tidak terbatas pada kekerasan dan pemaksaan; banyak hubungan seksual yang sebenarnya bersifat suka sama suka, yang membentuk struktur sosial saling ketergantungan.
Di penjara pria, terdapat banyak jenis aktivitas seksual yang berbeda. Sebagian besar penelitian berfokus pada perilaku seksual yang dipaksakan, tetapi ada bukti bahwa banyak narapidana pria benar-benar beralih ke hubungan sesama jenis tanpa adanya pasangan heteroseksual.
Peneliti menunjukkan bahwa hubungan seksual ini tidak hanya didasarkan pada kebutuhan fisiologis, tetapi juga terkait dengan struktur kekuasaan sosial, kesepian, dan keterikatan emosional. Terutama di lingkungan penjara yang keras, membangun hubungan emosional menjadi elemen penting untuk bertahan hidup. Menurut survei terhadap narapidana pria, banyak pria yang terlibat dalam aktivitas seksual di penjara sebenarnya menyimpan imajinasi mereka tentang wanita di dalam hati mereka untuk mempertahankan identitas gender mereka.
Di penjara pria, memori seks tidak hanya tentang kepuasan fisik, tetapi juga sarana untuk mempertahankan identitas pria dan simbol kekuasaan.
Selain hubungan seksual antara narapidana, hubungan antara staf penjara dan narapidana juga sama rumitnya. Karena hubungan kekuasaan yang tidak setara antara narapidana dan staf, perilaku tersebut sering kali menimbulkan kontroversi moral dan hukum. Staf dapat menggunakan kekuasaan mereka untuk memanipulasi atau merayu secara seksual, sehingga memperburuk kerentanan korban.
Pola perilaku seksual narapidana wanita berbeda dengan narapidana pria. Di penjara wanita, persahabatan dan hubungan emosional bahkan lebih penting, dan banyak narapidana membentuk "keluarga semu" untuk saling memberikan dukungan psikologis. Anggota dominan dari "keluarga semu" ini mengasumsikan peran gender yang lebih tradisional dan membentuk hubungan intim yang spesifik.
Di penjara wanita, banyak narapidana benar-benar menggunakan seks sebagai sarana dukungan emosional daripada kebutuhan fisik semata.
Penelitian menunjukkan bahwa di kalangan narapidana wanita, motivasi untuk melakukan aktivitas seksual meliputi insentif finansial, kesepian, rasa ketergantungan pada pasangan, dan keterikatan emosional yang tulus. Hubungan ini cenderung memiliki variabilitas yang lebih tinggi dan dapat dengan cepat bertransisi menjadi kemitraan yang lebih stabil.
Di beberapa penjara campuran jenis kelamin, meskipun perilaku seksual semacam itu relatif jarang, interaksi heteroseksual antar narapidana masih terjadi. Di lingkungan seperti ini, karena narapidana memiliki tingkat kontak dekat tertentu, mereka dapat membentuk hubungan emosional yang lebih dekat. Pada saat yang sama, hubungan ini sering kali terjadi di bawah pengawasan tingkat tinggi dan sangat rentan terhadap hukuman.
Di penjara campuran jenis kelamin, hubungan dekat antar narapidana dapat secara signifikan mengurangi rasa kesepian mereka dan meningkatkan kualitas hidup mereka.
Meskipun aktivitas seksual di penjara ini tidak seumum yang diharapkan, hal itu tetap menunjukkan bahwa dukungan dan hubungan emosional memainkan peran penting dalam kesehatan mental narapidana.
Meskipun undang-undang secara jelas membatasi aktivitas seksual di penjara, aktivitas seksual antar narapidana tidak akan hilang. Sebaliknya, banyak narapidana mencari cara untuk terlibat dalam aktivitas seksual, termasuk melalui berbagai kontak yang direncanakan dengan cermat dengan narapidana lain atau bahkan orang luar.
Baik melalui kekerasan atau manipulasi halus, seks di penjara sering kali penuh dengan dinamika kekuasaan yang kompleks.
Seiring masyarakat terus memantau sistem penjara, cara memahami dan memperbaiki masalah perilaku seksual di penjara telah menjadi masalah yang perlu segera ditangani. Dapatkah ini membuat kita berpikir tentang hubungan seperti apa yang dikejar oleh sifat manusia dalam lingkungan yang terbatas?