Setiap kali kita menatap langit berbintang, kita selalu takjub. Namun kini, para ilmuwan telah menemukan titik dingin misterius di alam semesta, yang jauh dari Bumi. Wilayah ini, yang dikenal sebagai Titik Dingin CMB, telah menimbulkan banyak pertanyaan tentang asal-usul dan evolusi alam semesta serta telah mengilhami diskusi tentang berbagai teori.
Titik Dingin adalah wilayah langit yang luar biasa besar dan dingin dibandingkan dengan sifat-sifat radiasi latar belakang gelombang mikro kosmik yang diharapkan, dengan suhu sekitar 70 mikrokelvin lebih dingin daripada suhu rata-rata CMB.
Radiasi latar belakang gelombang mikro kosmik (CMBR) adalah radiasi yang tersisa dari Big Bang. Titik dingin yang diamati terletak di langit selatan, tepat di dekat konstelasi Hydra, dan berukuran sekitar 5 derajat, yang sangat tidak konsisten dengan model alam semesta tradisional. Munculnya wilayah dingin yang begitu besar tampaknya mustahil, yang telah menyebabkan banyak penjelasan dan spekulasi.
Titik dingin awalnya ditemukan pada tahun pertama data dari Wilkinson Microwave Anisotropy Probe (WMAP). Saat data berikutnya dikumpulkan, para ilmuwan menemukan bahwa titik dingin ini merupakan anomali yang signifikan secara statistik dengan probabilitas hanya 1,85%. Hal ini menunjukkan bahwa titik dingin mungkin tidak disebabkan oleh fluktuasi kuantum dalam perluasan alam semesta, tetapi mungkin merupakan bukti dari beberapa fenomena lain yang tidak diketahui.
Menurut beberapa orang, titik dingin mungkin disebabkan oleh fluktuasi primordial non-Gaussian, yang melanggar ekspektasi Model Standar saat ini.
Pada tahun 2013, satelit Planck Eropa juga mengamati titik dingin, yang selanjutnya mengesampingkan kemungkinan kesalahan sistematis pada detektor WMAP dan mengonfirmasi keberadaan titik dingin.
Penjelasan Potensial: Kekosongan BesarSalah satu penjelasan paling meyakinkan tentang keberadaan titik dingin adalah kekosongan besar antara kita dan CMB. Para ilmuwan berspekulasi bahwa jika foton kehilangan energi saat bergerak melalui kekosongan ini, efek ini akan menyebabkan suhu yang kita amati tampak sangat rendah.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa jumlah galaksi berkurang secara signifikan ke arah titik dingin, yang menunjukkan kemungkinan keberadaan supervoid.
Namun, penjelasan ini masih kontroversial di komunitas ilmiah. Penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa meskipun beberapa data menunjukkan keberadaan supervoid, hal itu tidak dapat secara langsung membuktikan bahwa ini adalah sumber titik dingin, dan ini menyebabkan berbagai pendapat yang berbeda.
Selain supervoid, beberapa teori lain telah diajukan untuk menjelaskan asal usul titik dingin. Misalnya, terdapat tekstur kosmik dalam struktur alam semesta, yang dianggap sebagai sisa dari transisi fase di alam semesta awal. Hipotesis lain yang meyakinkan adalah bahwa titik dingin tersebut bisa jadi merupakan jejak alam semesta lain, dari keterikatan kuantum yang ada sebelum alam semesta mengembang.
Jika teori ini menjadi kenyataan, itu akan menjadi bukti empiris pertama tentang keberadaan alam semesta paralel dan dapat mendukung gagasan yang terkait dengan teori string.
Menurut prediksi para ilmuwan, jika teori alam semesta paralel ini benar-benar ada, kita mungkin juga menemukan kekosongan serupa di sisi lain langit, tetapi data pengamatan saat ini belum dapat sepenuhnya mengonfirmasinya.
Titik-titik dingin tersebut tidak hanya menantang pemahaman kita tentang alam semesta, tetapi juga mengingatkan kita bahwa alam semesta masih menyembunyikan banyak misteri yang menunggu untuk dipecahkan oleh para ilmuwan. Ketika kita mencoba mengungkap fenomena misterius ini, mungkin satu-satunya hal yang dapat kita pastikan adalah bahwa masih banyak rahasia di alam semesta yang belum kita temukan, dan ke mana rahasia ini akan membawa kita?