Histoplasma capsulatum, jamur dimorfik, memiliki distribusi yang misterius dan luas. Infeksi jamur ini dapat menimbulkan konsekuensi serius bagi kesehatan manusia, terutama di area tertentu. Artikel ini akan membahas biologi jamur ini, distribusi geografisnya, penyakit yang ditimbulkannya, serta karakteristik ekologi dan epidemiologisnya untuk membantu pembaca lebih memahami mikroorganisme misterius ini.
Histoplasma capsulatum adalah anggota famili ascomycetes dan berkerabat dekat dengan Blastomyces dermatitidis. Bentuk sifat jamur, yang disebut Ajellomyces capsulatus, belum diamati secara langsung di alam tetapi dapat dengan mudah diproduksi dalam kultur.
Histoplasma capsulatum adalah jamur dimorfik yang dapat tumbuh seperti jamur di habitat aslinya.
Bentuk pertumbuhan jamur berubah menjadi bentuk ragi kecil pada inang hewan berdarah panas. Pemeriksaan histologis mengungkapkan bahwa H. capsulatum menghasilkan dua jenis konidia: konidia bulat makroskopis (8-15 μm) dan konidia ovoid mikroskopis (2-4 μm). Ketika terganggu, spora ini mudah menjadi partikel di udara, sehingga penyebarannya menjadi lebih mudah.
Histoplasma capsulatum tersebar di seluruh dunia, kecuali Antartika, tempat jamur ini terutama ditemukan di Amerika Serikat bagian tengah dan timur. Di daerah ini, jamur ini sering dikaitkan dengan daerah aliran sungai, khususnya di daerah aliran Sungai Ohio dan Mississippi.
Kisaran inti jamur ini meliputi daerah aliran Sungai Mississippi, Ohio, dan Potomac di Amerika Serikat.
Selain itu, keberadaan jamur ini sangat erat kaitannya dengan kotoran burung dan kelelawar, yang dapat menyuburkan pertumbuhannya. Daerah inti yang paling menonjol meliputi Amerika Serikat bagian tengah dan timur, sementara daerah pinggiran relatif jarang, terutama terkait dengan penumpukan kotoran kelelawar atau burung.
Histoplasmosis sering digambarkan sebagai infeksi subklinis, dengan sebagian besar orang yang terinfeksi tidak mengalami gejala yang jelas. Ketika sistem kekebalan tubuh pasien ditekan, infeksi laten dapat menjadi aktif. Namun, kasus histoplasmosis paru akut lebih sering terjadi pada anak-anak yang baru saja terpapar H. capsulatum atau pada orang dewasa yang sangat terpapar.
Peningkatan risiko histoplasmosis diseminata pada pasien dengan gangguan kekebalan tubuh menjadikan infeksi ini sebagai definisi penyakit yang diketahui pada pasien yang terinfeksi HIV.
Meskipun sebagian besar kasus dapat sembuh dengan sendirinya, dalam beberapa kasus kondisi tersebut dapat berkembang menjadi masalah paru-paru yang serius seperti infeksi paru-paru atau komplikasi seperti fibrosis paru.
Histoplasma capsulatum tumbuh dalam hubungan dekat dengan kotoran burung dan kelelawar tertentu, terutama pada jenis tanah tertentu. Menurut penelitian, wabah histoplasmosis dapat dipicu oleh pembersihan kotoran yang terkumpul atau di lingkungan lokasi konstruksi.
Penyebaran jamur di lingkungan di masa mendatang dapat dikaitkan dengan faktor-faktor seperti pekerjaan konstruksi dan kontaminasi habitat burung.
Para ilmuwan masih berupaya memahami ekologi H. capsulatum dan dampaknya di berbagai wilayah, suatu proses yang rumit karena ketidakmampuan untuk mengisolasi jamur secara langsung dari lingkungan alaminya.
Histoplasma capsulatum ditemukan oleh Samuel Taylor Darling pada tahun 1906 dan pertama kali dianggap sebagai protista. Ia menamai jamur itu "Histo" karena jamur ini menyerang sitoplasma sel-sel mirip jaringan, dan nama ini kemudian diterima secara luas.
Penyebaran Histoplasma capsulatum dan potensi ancamannya terhadap kesehatan telah menarik perhatian besar dari komunitas ilmiah. Dalam proses memahami jamur ini, kita tidak dapat menahan diri untuk bertanya-tanya: Bagaimana kita dapat mencegah penyebaran dan infeksi mikroorganisme ini dengan lebih baik di masa mendatang?