Di garis depan bioteknologi, para ilmuwan tengah meneliti bagaimana sel-sel membentuk koneksi untuk mengirimkan sinyal. Struktur unik ini, Tunneling Nanotubes (TNT), menjadi pemain penting dalam komunikasi sel. Tonjolan sel kecil ini tidak hanya dapat membangun jembatan antarsel, tetapi juga dengan mudah mentransfer berbagai molekul, termasuk asam nukleat dan bahan organik, dan bahkan mitokondria secara keseluruhan.
Nanotube tunneling memiliki diameter mulai dari 0,05 mikron hingga 1,5 mikron dan dapat menghubungkan jarak lebih dari 100 mikron.
Pembentukan TNT telah menarik perhatian luas dari para ilmuwan. Struktur ini terutama dibagi menjadi dua jenis: ujung terbuka dan ujung tertutup. TNT ujung terbuka secara langsung menghubungkan sitoplasma kedua sel, sedangkan ujung tertutup memiliki sambungan yang hanya memungkinkan molekul dan ion kecil untuk masuk. Koneksi semacam itu memungkinkan sel untuk bertukar sinyal dan zat secara efisien.
Saat ini terdapat beberapa hipotesis tentang mekanisme pembentukan TNT. Dua mekanisme yang paling umum melibatkan pembentukan jembatan oleh tonjolan sitoplasma sel, dan retensi jembatan saat dua sel bergerak saat awalnya terhubung. Tonjolan ini dikendalikan oleh berbagai molekul, dan interaksi antarsel juga memainkan peran penting.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa kontak langsung antarsel merupakan kondisi penting untuk pembentukan jembatan TNT.
Para ahli menunjukkan bahwa rangsangan tertentu (seperti bakteri atau rangsangan mekanis) dapat memicu aliran kalsium dalam retikulum endoplasma, sehingga mengaktifkan pembentukan TNT. Proses ini terjadi pada kecepatan hingga 35 mikrometer per detik, yang menyoroti kemampuan TNT untuk berkomunikasi dengan cepat antarsel.
Meskipun TNT memainkan peran penting dalam interaksi seluler, pembentukannya dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor penghambat. Misalnya, agen depolymerisasi F-aktin yang umum digunakan, sitokalasin B, dapat secara efektif menghambat pembentukan TNT tetapi tidak merusak struktur yang ada. Mekanisme penghambat ini telah memberi para ilmuwan pemahaman yang lebih mendalam tentang kompleksitas pensinyalan dalam sel.
TNT tidak hanya merupakan koneksi fisik, tetapi juga berfungsi dalam pensinyalan sel. Penelitian yang ada telah menunjukkan bahwa seluruh mitokondria dapat ditransfer dari satu sel ke sel lain melalui TNT, suatu proses yang sangat penting dalam pemulihan setelah serangan jantung. Kardiomiosit yang rusak dapat memperoleh mitokondria yang sehat melalui TNT untuk memulihkan fungsi, yang memiliki potensi aplikasi yang besar dalam pengobatan regeneratif.
TNT telah ditemukan mampu mengirimkan berbagai virus, termasuk HIV dan SARS-CoV-2, yang menunjukkan pentingnya TNT dalam kondisi patologis.
Dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang fungsi TNT dan perannya dalam komunikasi seluler, para ilmuwan berharap untuk menerapkan temuan ini ke bidang nanomedicine. Di satu sisi, para ilmuwan berusaha mencegah penyebaran racun dari perawatan medis dengan menghambat TNT, dan di sisi lain, mereka juga mempertimbangkan cara meningkatkan efek terapeutik dengan mendorong pembentukan TNT.
Potensi struktur kecil ini untuk kesehatan manusia tidak dapat diremehkan. Penemuan apa yang dapat kita harapkan dalam penelitian masa depan yang akan mengubah pemahaman dan pendekatan kita terhadap pengobatan penyakit?