Dalam biologi evolusi, model elang dan merpati digunakan secara luas untuk mengeksplorasi perilaku kompetitif dan dampaknya terhadap kelangsungan hidup. Model ini menunjukkan bagaimana interaksi dan pilihan perilaku antara individu dalam populasi yang sama memengaruhi peluang mereka untuk bertahan hidup. Dengan menganalisis pola perilaku elang dan merpati, kita dapat memperdalam pemahaman kita tentang konsep "seleksi yang bergantung pada frekuensi".
Seleksi yang bergantung pada frekuensi adalah proses evolusi di mana kebugaran fenotipe atau genotipe tertentu bergantung pada komposisi fenotipe atau genotipe dalam populasi yang sesuai.
Mekanisme seleksi ini dapat dibagi menjadi seleksi yang bergantung pada frekuensi positif dan seleksi yang bergantung pada frekuensi negatif. Seleksi yang bergantung pada frekuensi positif berarti bahwa semakin umum suatu fenotipe, semakin tinggi kebugarannya. Dalam proses tersebut, predator mempelajari dan mengingat mangsa mana yang umum dan cenderung memangsa spesies yang kurang umum. Sebaliknya, seleksi yang bergantung pada frekuensi negatif terjadi ketika kebugaran suatu fenotipe menurun seiring pertumbuhannya. Hal ini khususnya terlihat dalam banyak interaksi biologis, seperti pemangsaan dan kompetisi.
Seleksi yang bergantung pada frekuensi negatif dapat menjelaskan evolusi perilaku banyak organisme, mendorong koeksistensi berbagai fenotipe untuk meningkatkan peluang bertahan hidup.
Mengambil contoh model elang dan merpati, ketika elang merupakan spesies utama dalam suatu populasi, merpati akan memperoleh keuntungan karena kelangkaan relatifnya. Dalam konteks menjaga keseimbangan ekologi, perilaku ini didorong oleh sumber daya yang terbatas dan tekanan kompetitif. Predator sering kali lebih menyukai mangsa yang paling mudah ditangkap, sehingga spesies yang sering muncul mungkin lebih mudah dimangsa, sehingga fenotipe yang kurang umum dapat bertahan hidup.
Pada saat yang sama, perilaku elang dan merpati juga melibatkan pertimbangan biaya-manfaat. Ketika sekelompok elang berhadapan dengan sekelompok merpati, meskipun elang dapat memperoleh keuntungan dalam jangka pendek, dalam jangka panjang, pola ini dapat meningkatkan kelangsungan hidup merpati dan mencapai keseimbangan tertentu dalam persaingan antara keduanya.
Misalnya, ketika sebagian besar individu mengadopsi strategi agresif (elang), sejumlah kecil perilaku nonkonfrontatif (merpati) dapat bertahan hidup dan bereproduksi. Hasil ini pada akhirnya akan mengarah pada keragaman pola perilaku dalam populasi dan mendorong adaptasi dan evolusi organisme.
Contoh seleksi yang bergantung pada frekuensi semacam ini berlimpah di kerajaan hewan. Misalnya, pada beberapa spesies, strategi perilaku yang beragam memungkinkan mereka bertahan hidup di lingkungan yang berubah. Dalam kasus kadal bercak samping yang umum, makhluk ini hadir dalam tiga bentuk: beberapa menjaga wilayah yang luas dan memelihara banyak betina, yang lain menempati wilayah yang lebih kecil dan kawin dengan satu betina, dan yang lain lagi meniru betina untuk mendapatkan kesempatan kawin. Interaksi antara ketiga bentuk ini memberi setiap bentuk kesempatan untuk bertahan hidup dalam kelompok, membentuk persaingan strategis seperti "batu, gunting, kertas".
Strategi reproduksi semacam itu memungkinkan pola perilaku yang berbeda untuk hidup berdampingan dalam suatu populasi untuk waktu yang lama, yang berkontribusi pada keanekaragaman hayati.
Di sisi lain, seleksi yang bergantung pada frekuensi positif memungkinkan beberapa fenotipe memiliki keunggulan bertahan hidup yang lebih besar di lingkungan tersebut. Misalnya, spesies dengan warna peringatan, seperti beberapa ular berbisa, ketika warna tersebut menyebar di lingkungan, predator akan lebih cenderung mengingat warna beracun ini dan menghindari predator. Proses ini mendorong munculnya perilaku mimetik, yang memungkinkan spesies yang tidak beracun juga mendapat manfaat dari strategi bertahan hidup ini.
Seiring waktu, interaksi antara organisme telah mendorong perkembangan kedua mekanisme seleksi ini, yang memungkinkan strategi bertahan hidup yang berbeda untuk menyeimbangkan dan hidup berdampingan satu sama lain. Dalam ekosistem seperti itu, interaksi dan seleksi yang berkelanjutan mempertahankan keanekaragaman hayati.
Jadi, bagaimana mekanisme seleksi di balik interaksi biologis ini memengaruhi arah evolusi spesies di masa depan dan selanjutnya membentuk keseimbangan ekosistem?