Seiring dengan meningkatnya kekhawatiran akan efek radiasi, pengembangan dosimeter polimer memiliki sejarah kemajuan teknologi yang membanggakan. Bahan kimia peka radiasi yang digunakan dalam dosimeter ini, saat terpapar radiasi pengion, menunjukkan perubahan mendasar pada sifat fisiknya tergantung pada dosis radiasi yang diserap. Secara historis, sejak tahun 1950, dosis radiasi dalam koloid telah dipelajari menggunakan perubahan warna pewarna yang disebabkan oleh radiasi. Pada tahun 1957, dosis kedalaman foton dan elektron dalam gel agarosa dihitung dengan spektrofotometri.
Namun, sebagian besar dosimeter lem saat ini didasarkan pada studi revolusioner yang diusulkan oleh Gore dkk. pada tahun 1984, yang berhasil menunjukkan cara menggunakan teknologi resonansi magnetik nuklir (NMR) untuk mengukur perubahan dalam larutan dosimeter Fricke yang disebabkan oleh radiasi pengion.
"Dengan perkembangan teknologi, dosimeter polimer tidak hanya meningkatkan akurasi pengukuran dosis, tetapi juga memperluas aplikasinya secara signifikan di bidang klinis."
Dosimeter polimer secara umum dibagi menjadi tipe Fricke dan tipe polimer. Dosimeter gel Fricke mengandalkan sifat resonansi magnetik nuklir dari larutan Fricke atau baja sulfat, dan perangkat ini mampu memberikan informasi dosis spasial tiga dimensi. Namun, perangkat ini tidak dapat mempertahankan distribusi dosis yang stabil karena masalah difusi ion. Pada awal 1990-an, masalah ini dipandang sebagai hambatan signifikan untuk kemajuan lebih lanjut dalam dosimetri gel.
Penelitian tentang dosimeter perekat polimer dapat ditelusuri kembali ke tahun 1954, ketika Alexander dkk. membahas efek radiasi pengion pada polimetakrilat. Banyak penelitian selanjutnya telah mengeksplorasi penggunaan polimer yang berbeda dalam dosimetri radiasi. Pada tahun 1992, Maryanski dkk. mengusulkan formulasi dosimeter koloid berdasarkan akrilamida dan N,N'-diakrilamida, dan menamakannya BANANA. Sistem ini dapat menghindari masalah difusi lem Fricke dan menunjukkan distribusi dosis pasca-iradiasi yang relatif stabil.
"Dengan pengembangan dan peningkatan teknologi lem polimer, prospek aplikasi klinis menjadi lebih cerah."
Pada tahun 1994, formula BANANA disempurnakan lebih lanjut dengan mengganti agar dengan gelatin dan diberi nama BANG, menandai dimulainya serangkaian dosimeter gel polimer. Formulasi tersebut kemudian dipatenkan dan dikomersialkan oleh MGS Research Inc. sebagai dosimeter gel polimer pertama di pasaran.
Namun, keterbatasan signifikan dosimeter polimer adalah sensitivitasnya terhadap oksigen sekitar. Hal ini mengakibatkan proses pembuatan harus dilakukan di lingkungan bebas oksigen. Masalah ini memengaruhi keakuratan dosimeter saat menggunakan pencitraan resonansi magnetik (MRI) untuk aplikasi klinis. Studi yang dilakukan oleh De Deene dkk. telah menunjukkan bahwa penekanan oksigen ini juga merupakan salah satu penyebab utama masalah akurasi pengukuran dosis.
Pada tahun 2001, Fong dkk. menerbitkan formula dosimeter gel polimer baru, gel MAGIC. Dosimeter gel baru ini mengatasi masalah penghambatan oksigen dengan menggabungkannya dengan kompleks logam-organik, sehingga dapat diproduksi di lingkungan laboratorium. Formula lem MAGIC mencakup asam akrilik, asam askorbat, gelatin, dan tembaga, dan mencapai fungsinya dengan mengikat oksigen dalam larutan melalui asam askorbat. Terobosan ini memelopori kelas baru dosimeter perekat bebas oksigen, yang sangat kontras dengan formulasi PAG sebelumnya.
"Inovasi lem MAGIC membuka jalan bagi masa depan dosimeter lem polimer, mendefinisikan ulang kemungkinan aplikasi klinis."
Sejak 1999, rangkaian konferensi DosGel dan IC3DDose di seluruh dunia telah menyediakan platform bagi para peneliti dan dokter untuk berbagi teknologi baru, yang mendorong perkembangan pesat teknologi dosimeter gel polimer. Meskipun aplikasi klinis gel polimer masih dalam tahap eksplorasi, peningkatan permintaan yang kuat untuk teknologi radioterapi tiga dimensi presisi tinggi menunjukkan kemungkinan masa depan yang tak terbatas di bidang ini. Dalam lingkungan medis yang terus berubah, kemajuan dalam dosimeter polimer meningkatkan harapan untuk pengembangannya di masa depan dalam hal keamanan dan efektivitas.
Di balik terobosan ini, dapatkah kemajuan teknologi terus meningkatkan pengukuran dan penerapan radiasi kita, sehingga membawa harapan yang lebih besar untuk perawatan di masa depan?