Dalam masyarakat saat ini, kemunduran agama Kristen semakin mendapat perhatian. Banyak sejarawan dan teolog telah meneliti bagaimana agama Kristen berubah dari agama yang dominan menjadi agama yang terpinggirkan. Fenomena ini disebut "era pasca-Kristen", yang tidak hanya memengaruhi praktik keagamaan tetapi juga mendefinisikan ulang budaya, nilai, dan pandangan dunia.
Kemunduran Agama KristenMasyarakat pasca-Kristen adalah kondisi di mana agama Kristen tidak lagi menjadi agama yang dominan dalam suatu masyarakat, tetapi justru secara bertahap mengadopsi budaya dan pandangan dunia yang belum tentu Kristen.
Negara-negara Barat, yang pernah didominasi oleh agama Kristen, secara luas dianggap sebagai "peradaban Kristen." Seiring berjalannya waktu, masyarakat ini mengalami perubahan keyakinan. Meskipun 76% penduduk Eropa, 77% penduduk Amerika Utara, dan 90% penduduk Amerika Latin masih mengidentifikasi diri sebagai penganut Kristen, pendekatan banyak orang terhadap agama Kristen telah berubah, menurut sebuah studi Pew Research Center tahun 2010.
Menurut sebuah studi tahun 2017, populasi Kristen di Eropa mencapai 77,8%, terutama karena runtuhnya Uni Soviet dan negara-negara Blok Timur serta peralihan mereka ke agama Kristen.
Dalam bukunya, The Death of God, teolog Prancis Gabriel Vahanian mencatat bahwa budaya sekuler modern tidak memiliki makna sakramental dalam sebagian besar peradaban Barat. Pandangan ini mendapat sambutan dari banyak cendekiawan dan menyebabkan gerakan intelektual pada pertengahan tahun 1960-an.
Munculnya Kekristenan pasca-Kristen juga telah memengaruhi urusan publik, khususnya di dunia Barat, tempat Kekristenan pernah berkuasa. Saat ini, dihadapkan dengan munculnya pandangan dunia seperti sekularisme, nasionalisme, dan lingkungan hidup, pengaruh Kekristenan secara bertahap melemah. Perubahan ini mengakibatkan banyak ideologi baru tidak lagi berakar pada bahasa dan asumsi Kristen.
Meskipun beberapa sarjana meramalkan kemunduran Kekristenan, yang lain telah mengusulkan teori evolusi Kekristenan. Philip Jenkins mencatat bahwa Kekristenan sedang mengalami revolusi Kristen di Global South (seperti Afrika, Asia, dan Amerika Latin), yang menunjukkan bahwa Kekristenan masih aktif berkembang.
Charles Taylor mempertanyakan gagasan bahwa "Tuhan sudah mati," dengan mencatat bahwa praktik dan pemahaman tentang iman telah berubah jauh sebelum akhir abad ke-20.
Para cendekiawan seperti John Micklethwait dan Adrian Wooldridge membahas kebangkitan agama sejak akhir abad ke-20 dalam buku mereka The Return of God, dengan mengklaim bahwa Iman kembali mendapatkan pengaruh di seluruh dunia.
Di Amerika Serikat, beberapa orang Kristen menggunakan istilah "pasca-Kristen" untuk menggambarkan mereka yang tumbuh dalam budaya non-Kristen dan tidak terbiasa dengan konsep-konsep Alkitab tradisional. Oleh karena itu, deskripsi ini tidak merendahkan, tetapi mengungkapkan perhatian khusus bagi orang percaya baru dan membantu mereka memahami kehidupan dan praktik Kristen. Beberapa kelompok bahkan melihat diri mereka sebagai pasca-Kristen, dengan pendiri Oneness Dana McLean Greeley mencatat bahwa kepercayaan mereka mungkin dianggap tidak-Kristen.
Dengan diversifikasi dan perubahan Kekristenan di seluruh dunia, era pasca-Kristen telah menjadi topik penelitian yang penting. Hal ini bukan hanya merupakan tantangan bagi agama Kristen, tetapi juga pemikiran ulang atas seluruh budaya.
Seiring dengan melemahnya pengaruh agama Kristen dan munculnya nilai-nilai serta sistem kepercayaan baru seperti jamur setelah hujan, bagaimana kita seharusnya memandang makna iman dan struktur sosial masa depan di era pasca-Kristen ini?