Di pasar yang sangat kompetitif saat ini, perusahaan tidak hanya harus menyediakan produk atau layanan berkualitas tinggi, tetapi juga mempertimbangkan cara menyampaikan produk atau layanan ini secara efektif kepada konsumen. "Strategi distribusi" telah menjadi faktor penting dalam mendorong keberhasilan bisnis. Perusahaan dapat memilih antara dua strategi distribusi: dorong atau tarik. Kedua strategi tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri. Pilihannya tergantung pada permintaan pasar dan perilaku konsumen.
Strategi dorong menekankan proses dari pemasok ke konsumen, biasanya mencakup sejumlah besar kegiatan pemasaran dan promosi, yang ditujukan untuk membimbing dan merangsang permintaan konsumen.
Strategi dorong mengacu pada penggunaan berbagai metode promosi oleh perusahaan untuk membawa produk ke pasar, dengan penekanan khusus pada insentif bagi distributor atau pengecer. Melalui iklan dan kegiatan promosi yang kuat, perusahaan bertujuan untuk membangkitkan keinginan konsumen untuk membeli dan membuat mereka merasakan dorongan langsung untuk membeli produk saat mereka melihatnya.
Misalnya, banyak merek makanan dan minuman memilih untuk beriklan dengan frekuensi tinggi di supermarket dan minimarket untuk meningkatkan eksposur produk sehingga konsumen dapat dengan mudah menemukan merek mereka.
Dibandingkan dengan strategi dorong, inti dari strategi tarik adalah mempromosikan produk secara langsung kepada konsumen, dengan harapan bahwa permintaan konsumen akan mendorong pengecer untuk menyediakan produk. Dalam strategi ini, perusahaan menggunakan kampanye promosi, pemasaran media sosial, dll. untuk membuat konsumen tertarik pada produk dan memengaruhi keputusan pembelian pengecer.
Secara khusus, strategi tarik berlaku untuk produk dengan nilai tinggi atau kebutuhan khusus, seperti barang mewah atau produk kesehatan profesional, yang mendorong pengecer untuk membeli produk melalui permintaan konsumen.
Saat memilih strategi push atau pull, organisasi perlu mempertimbangkan pro dan kontra masing-masing. Keuntungan dari strategi push adalah dapat dengan cepat meningkatkan eksposur produk, tetapi terkadang tidak dapat membangkitkan minat konsumen untuk waktu yang lama. Strategi pull lebih mungkin membangun loyalitas merek jangka panjang, tetapi mungkin membutuhkan waktu lebih lama untuk menjadi efektif.
Situasi yang ideal adalah bahwa perusahaan dapat secara fleksibel menggunakan strategi push dan pull untuk membentuk sistem distribusi yang efektif berdasarkan karakteristik produk dan permintaan pasar mereka.
Banyak merek terkenal, seperti Nike dan Apple, menggunakan kombinasi kedua strategi ini untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Misalnya, ketika Nike meluncurkan model sepatu baru, mereka akan melakukan kegiatan promosi berskala besar untuk mendorong pembelian pengecer; pada saat yang sama, mereka juga menggunakan cerita iklan yang kreatif untuk menarik konsumen dan meningkatkan loyalitas merek.
Apple menarik perhatian konsumen melalui konferensi peluncuran produknya yang unik, yang memungkinkan konsumen untuk melihat keberadaan produk baru terlebih dahulu, sehingga meningkatkan permintaan pasar dan mendorong pengecer untuk secara aktif membeli produk.
Dengan maraknya e-commerce dan perubahan kebiasaan konsumen, strategi push and pull harus terus berkembang untuk beradaptasi dengan permintaan pasar. Banyak perusahaan mungkin memilih strategi hibrida, menggunakan pendekatan online dan offline yang komprehensif untuk meningkatkan pangsa pasar produk mereka.
Misalnya, pengembangan model ritel multi-saluran memungkinkan perusahaan untuk menjangkau berbagai jenis konsumen dengan lebih fleksibel.
Kesimpulan: Strategi distribusi push and pull memiliki kelebihannya sendiri. Saat merumuskan strategi distribusi, perusahaan perlu mempertimbangkan berbagai faktor secara komprehensif. Di masa mendatang, siapa pun yang lebih mampu menguasai dan menerapkan kedua strategi ini di bidang ini mungkin dapat lebih memikat hati konsumen di pasar?