Dengan perkembangan sains, biologi kuantum secara bertahap telah menjadi bidang terdepan di persimpangan antara biologi dan fisika. Biologi kuantum berfokus pada eksplorasi bagaimana mekanika kuantum memengaruhi sistem biologis dan mengungkap pentingnya mekanika kuantum dalam proses biologis. Dari katalisis enzimatik hingga proses sensorik hingga konversi energi, pengoperasian proses-proses ini menunjukkan pengaruh mendalam mekanika kuantum. Dalam bukunya tahun 1944 What is Life? " mengeksplorasi konsep-konsep ini, mengemukakan tesis kuantum utamanya, dan telah mendorong banyak peneliti berikutnya untuk berpikir tentang peran fenomena kuantum dalam kehidupan.
Schrodinger percaya bahwa informasi genetik kehidupan dapat disimpan dalam "kristal non-periodik" dan bahwa mutasi dapat muncul dalam bentuk "lompatan kuantum."
Saat ini, perkembangan biologi kuantum telah mengungkap sebagian misteri kehidupan dan menantang pandangan tradisional tentang biologi. Banyak peneliti berupaya untuk mengklarifikasi bagaimana mekanika kuantum memengaruhi katalisis enzim dan fungsi seluler, terutama dalam proses konversi energi seperti fotosintesis dan respirasi seluler. Transfer elektron dan penerowongan proton selama katalisis enzim telah terbukti penting dalam banyak proses biologis.
Enzim adalah katalis biologis yang memperoleh efisiensinya sebagian dari terowongan kuantum. Terowongan kuantum terjadi ketika, dalam keadaan tertentu, partikel mampu melewati penghalang energi yang seharusnya tidak mungkin dilintasi. Enzim dalam banyak organisme telah ditemukan terlibat dalam transfer elektron, membuat proses ini lebih efisien.
Terowongan kuantum tidak hanya menjadi dasar transfer elektron, tetapi juga mekanisme penting untuk transpor proton.
Dalam fotosintesis, pigmen fotosintesis bekerja dengan sistem pulsa terikat membran untuk menyerap foton dan mentransfer energi ini ke pusat reaksi. Dalam proses ini, koherensi kuantum dianggap sebagai faktor kunci, yang berkontribusi pada transfer energi yang efisien. Penelitian yang ada menunjukkan bahwa pigmen fotosintesis dapat mentransfer energi dengan efisiensi lebih dari 99%, efisiensi yang tidak dapat dijelaskan oleh fisika klasik saja.
Koherensi kuantum memungkinkan transfer energi selama fotosintesis untuk memanfaatkan berbagai jalur, sehingga meningkatkan efisiensi.
Selain transfer energi, sistem sensorik juga menunjukkan adanya efek kuantum. Misalnya, terowongan kuantum mungkin terlibat dalam cara kerja indra penciuman. Salah satu teori dalam penciuman adalah bahwa reseptor penciuman mendeteksi bau berdasarkan getaran molekuler, yang menunjukkan bahwa fenomena kuantum memainkan peran penting dalam persepsi kita.
Apakah indra penciuman bergantung pada keberadaan terowongan kuantum masih dalam penelitian aktif.
Seiring dengan terus berkembangnya biologi kuantum, penelitian masa depan akan mengeksplorasi lebih dalam dampak spesifik dari fenomena kuantum ini dalam biologi. Kita mungkin menemukan bahwa lebih banyak proses biologis didorong oleh prinsip-prinsip mekanika kuantum, misalnya, bagaimana memfasilitasi penerapan teknologi medis baru. Banyak eksperimen biologis saat ini juga perlu ditafsirkan ulang, memberikan perspektif baru tentang integrasi biologi komparatif (biofisika) dan biologi kuantum.
Akankah sifat-sifat kuantum biologi mengubah pemahaman kita tentang hakikat kehidupan?
Komunitas ilmiah menghadapi pertanyaan yang luas: Akankah mekanika kuantum menjadi landasan penting bioteknologi masa depan dan membantu kita mengungkap rahasia mendalam variasi genetik? Bagaimana fenomena kuantum ini mengubah pemahaman dasar kita tentang kehidupan? Mungkin ini akan menjadi topik penting dalam penelitian ilmiah dalam beberapa dekade mendatang?