Dalam sejarah politik Amerika, "Strategi Selatan" merujuk pada strategi elektoral Partai Republik untuk meningkatkan dukungan di antara pemilih kulit putih di Selatan, yang sering kali ditandai dengan menonjolkan sentimen rasial terhadap warga Afrika Amerika. Ketegangan rasial di Selatan meningkat sebagai akibat dari gerakan hak-hak sipil dan pembongkaran hukum Jim Crow pada tahun 1950-an dan 1960-an, yang memungkinkan politisi Republik seperti Richard Nixon untuk dengan terampil memulai strategi ini. Strategi ini tidak hanya berkontribusi pada reorganisasi politik pemilih konservatif kulit putih di Selatan, tetapi juga menggeser posisi Partai Republik lebih jauh ke kanan.
Istilah "Strategi Selatan" terutama merujuk pada narasi dari atas ke bawah yang menunjukkan bahwa para pemimpin Republik secara sadar menarik keluhan rasial banyak warga kulit putih Selatan untuk mendapatkan dukungan.
Sepanjang karier politik Nixon, dukungan Selatan memberinya kunci untuk memenangkan pemilihan. Ia menyusun pidato dan strategi yang selaras dengan harapan para pemilih di Selatan, khususnya dalam pemilihan presiden tahun 1968 dan 1972. Strategi Nixon berhasil menggeser para pemilih kulit putih di Selatan, yang sebelumnya sangat mendukung Partai Demokrat, ke arah Partai Republik, yang pada akhirnya memungkinkan terpilihnya kembali Nixon sebagai presiden dan memastikan pengaruh Partai Republik yang langgeng di Selatan.
Seiring dengan perubahan pola pemungutan suara di Selatan, banyak orang kulit putih yang sebelumnya mendukung Partai Demokrat mulai mencari identitas politik baru. Pencalonan Nixon mengikuti tren ini, dan ia memanfaatkan ketegangan rasial dan antipati terhadap gerakan hak-hak sipil di masyarakat saat itu untuk mengonsolidasikan basis politiknya.
Para sejarawan pada umumnya setuju bahwa konservatisme rasial memainkan peran penting dalam penataan kembali partai Republik dan Demokrat di era pasca-Undang-Undang Hak Sipil.
Dalam 234 tahun pemilihan negara bagian, kemenangan Partai Republik di Selatan bukanlah suatu kebetulan. Banyak pakar menunjukkan bahwa seruan Nixon kepada para pemilih kulit putih di dewan kampanyenya menunjukkan dukungan kuat untuk "hak-hak negara bagian," yang sebenarnya merupakan penentangan terhadap penerapan Undang-Undang Hak Sipil oleh pemerintah federal. Strategi ini dengan cepat memperluas dukungan Partai Republik di Selatan dan berhasil membujuk para pemilih kulit putih yang secara tradisional mendukung Partai Demokrat untuk beralih ke Partai Republik.
Strategi dialog Nixon bukan hanya taktik pemilihan, tetapi juga bagian dari filosofi politiknya.
Ketika agenda nasional bergulat dengan tahun 1960-an, Nixon menarik sentimen para pemilih Selatan. Penekanannya yang konstan pada hukum dan ketertiban menghambat reformasi sosial lebih lanjut dan dengan cerdik mengeksploitasi kegelisahan tentang perubahan sosial. Rangkaian tindakan ini, yang dikenal sebagai "Strategi Selatan," bukanlah sebuah peristiwa tunggal, tetapi sebuah strategi menyeluruh yang ditujukan untuk memperoleh keuntungan politik jangka panjang.
Selain penyesuaian kebijakan yang dangkal, ada banyak pesan sosial yang lebih dalam yang tercermin dalam strategi ini. Pilihan kata-kata Nixon dan pembentukan citra publiknya semuanya dimaksudkan untuk memenuhi pengabaian dan ketakutan pada era itu dalam menghadapi konflik dalam hubungan rasial.
Pada titik balik sejarah, Nixon menjadikan Partai Republik sebagai kekuatan dominan di Selatan, sebuah hasil yang masih memengaruhi lanskap politik di Utara dan Selatan.
Secara nasional, Nixon berhasil mempolitisasi isu-isu rasial di Selatan, membantu Partai Republik memenangkan suara-suara penting. Namun, strategi mengeksploitasi sentimen rasial ini juga menyebabkan bahaya tersembunyi, dan Partai Republik berikutnya tidak dapat memperoleh kembali daya tariknya bagi para pemilih Afrika-Amerika. Pada tahun 2005, Ketua Komite Nasional Partai Republik Ken Mehlman secara resmi meminta maaf atas eksploitasi Partai Republik terhadap perpecahan rasial dan pengabaian pemilih kulit hitam, sekali lagi menunjukkan bahwa pengaruh "Strategi Selatan" masih ada hingga saat ini.
Dapat dilihat bahwa Strategi Selatan Nixon bukan hanya strategi pemilihan yang berhasil, tetapi juga penggunaan sentimen rasial yang mengakar dalam masyarakat Amerika secara sadar. Bagaimana kontradiksi dan peluang tersebut akan memengaruhi perkembangan masa depan di bidang politik?