Perubahan isotop karbon sepanjang sejarah Bumi merupakan indikator penting untuk mempelajari siklus karbon global. Secara khusus, peristiwa isotop karbon Lomagundi-Jatuli (LJE) yang terjadi antara 230 dan 210 juta tahun lalu menunjukkan penyimpangan isotop karbon yang mencengangkan, yang mengungkap banyak misteri Bumi purba. Selama periode ini, nilai δ13C dalam batuan karbonat laut berkisar antara +5 hingga +30‰, yang sangat berbeda dari tren isotop karbon yang telah kita amati sejauh ini.
Selama periode ini, jumlah karbon organik yang terkubur mungkin meningkat dua hingga tiga kali lipat, dan seluruh proses berlangsung selama jutaan tahun.
Ilmuwan menganalisis nilai δ13C dalam batuan karbonat laut untuk mendapatkan wawasan tentang evolusi siklus karbon global. Aliran karbon tidak hanya melibatkan interaksi antara atmosfer, lautan, dan daratan, tetapi juga mencerminkan pentingnya proses seperti fotosintesis, respirasi, dan pelarutan mineral dalam peristiwa ini. Seiring dengan pemahaman yang lebih baik tentang mobilitas karbon, kita menjadi lebih sadar akan dampaknya terhadap konsentrasi karbon dioksida di atmosfer Bumi, yang pada gilirannya memengaruhi iklim Bumi.
Studi awal menunjukkan bahwa nilai δ13C yang tinggi dari LJE hanya disebabkan oleh peningkatan lokal karbon organik di lokasi tertentu, tetapi banyak batuan karbonat laut di seluruh dunia telah menunjukkan peningkatan serupa dari waktu ke waktu. Hal ini mengubah sifat peristiwa menjadi peningkatan global.
Menurut penelitian, durasi peristiwa ini kira-kira antara 249±9 juta tahun dan 128±9,4 juta tahun, yang melibatkan semua benua di dunia kecuali Antartika. Selama kurun waktu tersebut, perubahan nilai δ13C yang ditemukan di Ranemosa Group dan kawasan Funai membuat cakupan LJE tidak lagi terbatas pada satu kawasan tertentu. Selama kurun waktu tersebut, profilnya dapat mencapai ketebalan puluhan meter, sehingga memberikan kita gambaran sekilas tentang kemegahan siklus karbon pada saat itu.
Dalam geologi, pemilihan metode yang tepat untuk penanggalan lapisan stratigrafi sangatlah penting. Untuk penanggalan umur batuan karbonat laut, teknik yang umum digunakan meliputi spektrometri massa ionisasi termal (TIMS) dan spektrometri massa ionisasi termal pengenceran isotop (ID-TIMS). Teknik-teknik tersebut sangat penting untuk menilai keakuratan data karbon dan dapat mengendalikan kesalahan pengukuran nilai δ13C hingga 1‰.
Metode-metode ini dapat secara efektif memisahkan dan mengukur berbagai isotop dengan menguapkan sampel pada suhu tinggi, yang selanjutnya mengungkap rasio timbal terhadap uranium dalam batuan dan dengan demikian menentukan usia batuan.
Komunitas ilmiah telah mengajukan berbagai hipotesis tentang penyebab LJE. Salah satu teorinya adalah bahwa LJE terkait dengan Peristiwa Oksigenasi Besar (GOE), di mana penyimpanan karbon dari proses alternatif mengubah keseimbangan siklus karbon, sehingga melepaskan lebih banyak oksigen. Selain itu, proses oksidasi besi karbonat juga telah diusulkan untuk menjelaskan fenomena ini, karena jumlah karbon dioksida yang dilepaskan oleh proses ini jauh melebihi jumlah oksigen yang dikonsumsi, yang selanjutnya mendorong penguburan bahan organik.
Hipotesis lain mengusulkan bahwa perubahan tektonik besar mungkin telah menyebabkan peningkatan pelepasan karbon dioksida vulkanik, yang juga berkontribusi terhadap pengendapan karbonat dan bahan organik.
Seiring LJE melakukan penelitian mendalam, kami secara bertahap menyadari bahwa peristiwa ini tidak hanya memengaruhi siklus karbon awal Bumi, tetapi juga meletakkan dasar bagi perubahan iklim berikutnya. Bagaimana peristiwa isotop karbon tinggi ini dapat memengaruhi masalah perubahan iklim yang saat ini kita hadapi di masa depan layak untuk dieksplorasi dan dipikirkan secara mendalam.
Seiring kita memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang LJE, dapatkah kita mengungkap lebih banyak rahasia Bumi purba dan memperoleh beberapa peringatan dan inspirasi untuk perubahan iklim saat ini?