Konsep kota bawah tanah mencakup berbagai tempat untuk aktivitas manusia, termasuk rumah tinggal, area komersial, sistem transportasi, ruang penyimpanan, dan bahkan tempat pemakaman bagi orang yang meninggal. Ruang-ruang terlindung ini tidak hanya berfungsi sebagai benteng pertahanan kota, tetapi juga menyediakan cara yang efektif untuk menghindari dampak cuaca buruk. Karena tantangan yang ditimbulkan oleh perubahan iklim terus meluas, desain dan konstruksi kota bawah tanah semakin mendapat perhatian. Artikel ini akan membahas kota-kota bawah tanah dalam konteks budaya dan geografis yang berbeda, dan bagaimana desain dan teknologi yang inovatif telah memungkinkan ruang-ruang tersembunyi ini terus berkembang sepanjang sejarah dan hingga era modern.
Di Tiongkok, kota bawah tanah Beijing adalah contoh yang mencolok, jaringan terowongan yang dibangun selama Perang Dingin untuk melindungi diri dari musuh asing. Terowongan tersebut dibuka untuk umum hingga tahun 2008, tetapi ditutup lagi karena alasan keselamatan dan pemeliharaan. Distrik komersial bawah tanah Guangzhou lebih modern, menghubungkan puluhan bangunan komersial besar untuk membentuk pusat perbelanjaan bawah tanah yang besar.
Ruang komersial bawah tanah Guangzhou mencakup area seluas 150.000 meter persegi, menyediakan pasar yang besar bagi para pedagang.
Fasilitas bawah tanah di banyak kota Eropa juga sama mengejutkannya. Di Paris, selain Katakombe Paris yang terkenal, terdapat sistem tambang dan terowongan rumit yang berasal dari Abad Pertengahan. Terowongan ini dulunya merupakan tempat berlindung, tetapi kini juga menjadi tempat bagi para seniman untuk berkreasi dan untuk acara budaya modern.
Jaringan terowongan bawah tanah Paris panjangnya 300 kilometer, dan sebagiannya masih terbuka untuk umum.
Di beberapa bagian Amerika Selatan, kota bawah tanah melayani lebih dari sekadar tujuan komersial; mereka juga menyediakan persimpangan sosial dan budaya. Misalnya, di kota Lima, Peru, ruang bawah tanah digunakan untuk mengakomodasi berbagai kegiatan komersial dan budaya, menciptakan suasana komunitas yang unik. Desain bawah tanah ini menggabungkan estetika dan kepraktisan, menarik banyak wisatawan untuk menjelajah.
Dengan kemajuan teknologi dan penekanan pada konsep bangunan ramah lingkungan, kota bawah tanah masa depan dapat bergerak menuju pembangunan yang lebih berkelanjutan. Kombinasi arsitektur ekologis, fasilitas cerdas, dan desain hijau dapat menjadi fitur penting kota bawah tanah. Misalnya, jalur bawah tanah yang saat ini sedang dibangun di Singapura tidak hanya meningkatkan efisiensi lalu lintas tetapi juga membantu menciptakan lingkungan perkotaan yang hijau.
KesimpulanSingkatnya, pengembangan kota bawah tanah tidak hanya merupakan kelanjutan dari sejarah, tetapi juga bagian dari perencanaan kota modern. Mereka tidak hanya melestarikan warisan budaya tetapi juga beradaptasi dengan iklim saat ini dan perubahan sosial. Evolusi ini membuat kita bertanya-tanya bagaimana kota-kota masa depan akan menggunakan ruang bawah tanah untuk menghadapi tantangan yang terus berubah?