Di bidang kardiologi dan pencitraan medis, ekokardiografi pelacakan bintik (STE), sebagai teknologi ultrasonografi yang sedang berkembang, secara bertahap mengubah cara penyakit jantung didiagnosis. Teknologi ini menggunakan pola bintik alami di otot jantung untuk menganalisis pergerakan jaringan jantung. Teknologi ini menyediakan metode noninvasif untuk menentukan kecepatan dan arah pergerakan otot jantung, sehingga dokter memiliki dasar diagnosis yang lebih akurat.
Pola bintik merupakan campuran dari pola interferensi dan pantulan gelombang suara alami, yang disebut bintik atau penanda, dan setiap area miokardium memiliki pola bintik yang unik.
Prinsip dasar pelacakan bintik adalah bahwa pola bintik di setiap area jantung bersifat acak dan unik. Dengan mendefinisikan wilayah "kernel" tertentu, teknologi tersebut kemudian dapat melacak pergerakan kernel tersebut dalam gambar ultrasonografi menggunakan algoritme pencarian. Teknologi ini unik karena dapat melacak dari satu bingkai ke bingkai berikutnya, terlepas dari sudut sinar ultrasonografi.
Teknologi pelacakan bintik mampu melacak dalam dua dimensi, yang membuatnya sangat baik untuk pencitraan dan analisis jantung.
Selain itu, pelacakan bintik menganalisis pergerakan inti bagian dalam menjadi kurva perpindahan, yang dapat secara akurat menghitung deformasi miokardium, yaitu regangan dan laju regangan. Proses ini tidak hanya menyediakan data yang dapat diandalkan untuk penilaian fungsi jantung, tetapi juga membantu mengidentifikasi potensi penyakit kardiovaskular.
Dengan promosi teknologi pelacakan bintik, cakupan aplikasinya pun meluas. Studi tersebut menemukan bahwa hasil regangan yang diperoleh dengan pelacakan bintik memiliki akurasi yang serupa dengan teknologi lain, seperti Doppler jaringan, dalam mendiagnosis penyakit jantung. Khususnya dalam mendeteksi penyakit seperti penyakit arteri koroner dan infark miokard, pelacakan bintik telah menunjukkan kinerja yang sangat baik.
Dibandingkan dengan Doppler jaringan, keuntungan pelacakan bintik adalah bahwa hal itu kurang bergantung pada sudut sinar ultrasound dan dapat mengurangi variabilitas antar pengamat.
Namun, teknologi tersebut masih menghadirkan beberapa tantangan. Misalnya, karena persyaratannya untuk frame rate gambar, jika denyut jantung terlalu tinggi atau frame rate gambar terlalu rendah, hal itu dapat memengaruhi kualitas pelacakan. Selain itu, terdapat kurangnya standarisasi pengukuran karena perbedaan teknologi dan algoritma di antara berbagai produsen di pasar.
Terlepas dari keterbatasannya, teknologi pelacakan bintik memiliki potensi besar untuk aplikasi klinis. Teknologi ini tidak hanya dapat digunakan untuk mendeteksi penyakit jantung, tetapi juga memiliki nilai aplikasi dalam diagnosis dan pengobatan sehari-hari, termasuk pemantauan setelah operasi rekonstruksi jantung, evaluasi lesi miokard, dll. Di masa mendatang, seiring dengan semakin berkembangnya teknologi, teknologi ini mungkin dapat memberikan diagnosis yang lebih tepat waktu dan akurat bagi pasien jantung.
Pengenalan teknologi pelacakan bintik ke dalam praktik klinis dapat membantu mengubah arah pengobatan dan hasil bagi pasien penyakit jantung.
Singkatnya, teknologi pelacakan bintik tidak hanya menyediakan alat yang efektif untuk menganalisis gerakan jantung, tetapi juga membawa perspektif baru pada diagnosis medis. Dengan kemajuan teknologi masa depan, teknologi ini masih layak untuk diharapkan dan diperhatikan. Bagaimana keragaman kasus dan perkembangan teknologi akan memengaruhi diagnosis penyakit jantung di masa mendatang?