Dalam sejarah panjang evolusi biologis, perubahan pada banyak spesies telah membuat para ilmuwan takjub. Penelitian terkini menunjukkan bahwa evolusi tupai terbang dan perkembangan kemampuan meluncur mereka mungkin merupakan contoh sempurna tentang kelangsungan hidup dan adaptasi. Meskipun tupai ini disebut "tupai terbang", mereka sebenarnya tidak memiliki kemampuan terbang seperti burung atau kelelawar. Sebaliknya, mereka menggunakan struktur kulit yang disebut membran sayap untuk meluncur dari satu pohon ke pohon lain. Kemampuan unik ini memungkinkan mereka bergerak di malam hari dengan cara yang efisien dan mencari makanan.
Tupai terbang memiliki membran sayap yang memanjang dari pergelangan tangan hingga pergelangan kaki, dan ekornya yang panjang memberikan stabilitas saat meluncur.
Anatomi tupai terbang mirip dengan tupai lainnya, tetapi mereka memiliki tulang tungkai yang lebih panjang dan tulang tangan dan kaki yang lebih pendek serta vertebra distal. Fitur-fitur ini memungkinkan tupai terbang menjadi lebih lincah di udara dan secara efektif mengendalikan arah dan kecepatan meluncur. Saat berada di udara, mereka menyesuaikan posisi anggota tubuh mereka untuk mengendalikan lintasan meluncur mereka.
Struktur khusus tupai terbang memungkinkan mereka memperoleh daya angkat di udara dan meluncur hingga 90 meter.
Menurut penelitian biologi molekuler, asal usul tupai terbang dapat ditelusuri kembali ke 18 hingga 20 juta tahun yang lalu, dan mereka adalah kelompok monofiletik, yang berarti bahwa semua tupai terbang yang ada memiliki nenek moyang yang sama. Evolusi tupai ini terutama didorong oleh kebutuhan ekologis mereka, yang tidak hanya mencakup perolehan makanan tetapi juga menghindari ancaman predator.
Meluncur memberi tupai terbang efisiensi energi, yang memungkinkan mereka berpindah dari satu pohon ke pohon lainnya dengan lebih efisien.
Mendapatkan posisi yang strategis dan menghemat energi tidak diragukan lagi merupakan salah satu alasan mengapa tupai terbang mengembangkan kemampuan meluncur. Meluncur memungkinkan mereka menjelajahi area hutan yang lebih luas dengan cepat daripada memanjat batang pohon atau bergerak di tanah.
Kebanyakan tupai terbang aktif di malam hari, yang memungkinkan mereka menghindari burung pemangsa yang berburu di siang hari. Dalam hal makanan, tupai terbang adalah omnivora, dan makanan mereka meliputi buah-buahan, biji-bijian, bunga, serangga, jamur, dan getah pohon. Kebiasaan makan ini memungkinkan mereka bertahan hidup di berbagai lingkungan.
Musim kawin tupai terbang biasanya pada bulan Februari dan Maret setiap tahun, dan tupai betina hanya akan melahirkan paling banyak dua kali seumur hidup mereka. Setelah anak-anaknya lahir, induknya akan merawat mereka dengan baik hingga mereka berusia lima minggu. Saat berusia lima minggu, mereka akan memiliki kemampuan untuk berlatih meluncur dan akan mulai hidup mandiri setelah sepuluh minggu.
Tikus dilahirkan hampir tanpa bulu, tetapi seiring pertumbuhan mereka, mereka mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan untuk meluncur.
Pada tahun 2019, para ilmuwan secara tidak sengaja menemukan bahwa tupai terbang Amerika Utara bersinar merah muda di bawah sinar ultraviolet, sebuah fenomena yang mendorong penelitian lebih lanjut. Meskipun tujuan spesifik dari fitur ini belum jelas, penemuan ini memperluas pemahaman kita tentang ekologi dan perilaku tupai terbang.
KesimpulanDengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, penelitian tentang evolusi tupai terbang dan strategi bertahan hidup mereka terus mendalam. Makhluk yang menawan ini tidak hanya menunjukkan proses seleksi alam yang luar biasa, tetapi juga membuat orang penasaran: Adaptasi dan evolusi seperti apa yang akan dibawa tupai terbang dalam perubahan lingkungan di masa depan?