Tikus cokelat (Rattus norvegicus
) merupakan spesies hewan pengerat yang tersebar luas dan terkenal. Hewan pengerat ini mungkin berasal dari Tiongkok utara dan daerah sekitarnya, tetapi secara bertahap telah menyebar ke setiap sudut bumi selama sejarahnya yang panjang. Tikus cokelat lebih besar daripada hewan pengerat lainnya, panjangnya mencapai 28 sentimeter, dan sangat erat kaitannya dengan lingkungan manusia, terutama di daerah perkotaan. Dari kemampuan beradaptasi yang luar biasa hingga kemampuan bereproduksi, tikus cokelat telah menjadi hewan pengerat perkotaan terpadat di dunia. Apa saja faktor yang membuat tikus cokelat begitu sukses?
"Tikus cokelat hidup di hampir setiap tempat berpenghuni, menjadikannya spesies penting untuk mempelajari ekologi perkotaan."
Tikus cokelat awalnya disebut "tikus Hanover" untuk menghubungkan masalah di Inggris abad ke-18 dengan pengaruh dinasti Hanover. Mengenai mengapa disebut Rattus norvegicus
, meskipun spesies tikus ini tidak berasal dari Norwegia, naturalis Inggris John Birkenhardt memainkan peran penting dalam memopulerkan nama tersebut. Ia meyakini tikus cokelat masuk ke Inggris melalui kapal-kapal Norwegia pada tahun 1728.
Tikus cokelat biasanya memiliki bulu berwarna cokelat atau abu-abu gelap dengan perut berwarna abu-abu muda atau cokelat. Panjang tubuhnya sekitar 15 hingga 28 sentimeter dan beratnya antara 140 hingga 500 gram. Dibandingkan dengan hewan pengerat lainnya, seperti tikus hitam (Rattus rattus
) dan tikus rumah (Mus musculus
), karakteristik hewan pengerat ini dapat dikatakan relatif terhadap ukurannya. Bahkan lebih spektakuler.
Tikus cokelat merupakan hewan nokturnal yang pandai berenang dan memanjat. Mereka memiliki keterampilan menggali yang baik dan membangun sistem sarang yang kompleks. Penelitian telah menunjukkan bahwa tikus cokelat memancarkan gelombang ultrasonik selama interaksi sosial dan interaksi sentuhan. Suara frekuensi tinggi ini biasanya tidak terdengar oleh manusia, tetapi menyampaikan informasi sosial yang penting di antara tikus.
"Tikus cokelat menunjukkan perilaku sosial yang unggul dan mengembangkan keterampilan bertahan hidup yang kuat dalam menghadapi kesulitan."
Tikus cokelat biasanya omnivora dan akan memakan hampir apa saja, tetapi biji-bijian adalah makanan favorit mereka. Dalam kondisi yang tepat, tikus cokelat betina dapat bereproduksi hingga lima kali setahun, melahirkan rata-rata empat belas anak setiap kali. Selama proses pembiakan, tikus betina dapat membesarkan beberapa anak sekaligus, menunjukkan kesuburan yang efisien.
Tikus cokelat biasanya membentuk kelompok sosial yang harmonis, dan mereka sering menunjukkan perilaku intim selama interaksi sosial, seperti saling merawat dan tidur bersama. Tikus cokelat juga sengaja menciptakan hierarki, yang memungkinkan tikus tertentu menjadi dominan dalam kelompok.
Tikus cokelat memiliki jangkauan distribusi yang luas, meliputi hampir semua wilayah dengan aktivitas manusia. Mereka pertama kali muncul di Eropa pada abad ke-17 dan melakukan perjalanan ke seluruh bagian dunia dengan navigasi dan perdagangan manusia. Misalnya, mereka pertama kali muncul di Amerika Utara pada tahun 1750-an. Kemampuan adaptasi tikus cokelat yang tinggi memungkinkan mereka untuk bertahan hidup di kota-kota dan berbagai lingkungan buatan manusia dan bersaing secara efektif dengan spesies lain.
Seiring dengan penyebaran tikus cokelat di seluruh dunia, mereka telah menjadi spesies invasif di banyak wilayah, mengancam ekosistem lokal. Hal ini membuat banyak tempat menghadapi persaingan dan tekanan ekologis dari tikus cokelat, terutama di beberapa pulau terpencil dan cagar alam.
Keberhasilan bertahan hidup dan reproduksi tikus cokelat telah menjadikan mereka kehadiran yang tidak dapat diabaikan di lingkungan sekitar manusia saat ini. Sekarang setelah mereka berhasil menjajah sebagian besar dunia, bagaimana kita dapat menyesuaikan gaya hidup kita untuk menghadapi tantangan dan dampak yang ditimbulkan spesies ini?