Karbon nanotube (CNT) merupakan jenis material ajaib yang banyak digunakan di berbagai bidang seperti kedirgantaraan, elektronik, dan ilmu material karena sifat fisik dan kimianya yang unik. Akan tetapi, potensi aplikasi material ini sering kali dibatasi oleh kecenderungannya untuk beragregasi. Polimer dan pelarut tradisional tidak cukup untuk mendispersikan karbon nanotube secara merata. Dalam hal ini, teknologi oksidasi dan fungsionalisasi kimia memberikan solusi yang efektif.
Proses oksidasi dirancang untuk memutus jaringan ikatan karbon-karbon dari karbon, yang memungkinkan masuknya gugus fungsi oksigen dalam bentuk gugus karboksil, fenol, dan lakton.
Pertama, masalah agregasi karbon nanotube berakar pada sifat hidrofobiknya, yang membuatnya sulit untuk didispersikan dalam pelarut. Hal ini mengakibatkan terciptanya bundel atau agregat nanotube yang mengurangi sifat mekanis komposit akhir. Inilah sebabnya mengapa modifikasi kimia untuk meningkatkan dispersi diperlukan. Dua metode modifikasi utama adalah modifikasi kovalen dan modifikasi non-kovalen.
Modifikasi kovalen mengubah sifat-sifat karbon nanotube dengan mengikat gugus fungsional secara kovalen padanya. Keuntungan dari metode ini adalah stabilitasnya, namun proses ini menghancurkan ikatan hibrida sp² dari atom karbon, sehingga mengurangi konduktivitas. Proses oksidasi telah dipelajari dengan baik dan sering kali melibatkan oksidasi asam, menggunakan asam nitrat atau oksidan kuat lainnya untuk mencapai fungsionalisasi karbon nanotube.
Perlakuan peroksida dapat dilakukan dalam lingkungan asam dan dapat menghindari oksidasi berlebihan, sehingga mengurangi kerusakan pada jaringan karbon nanotube.
Misalnya, reaksi dengan hidrogen peroksida setelah proses oksidasi mengurangi kerusakan pada jaringan nanotube. Modifikasi ini tidak hanya meningkatkan adhesi antarmuka dengan polimer, tetapi juga meningkatkan dispersinya, sehingga lebih banyak digunakan dalam material komposit.
Dibandingkan dengan modifikasi kovalen, modifikasi nonkovalen tidak akan merusak struktur karbon nanotube. Teknologi ini mencapai penyerapan gugus fungsi melalui gaya van der Waals dan interaksi π-π. Sementara modifikasi nonkovalen mungkin kurang stabil secara kimia daripada modifikasi kovalen, modifikasi ini memungkinkan material mempertahankan struktur aslinya, sehingga mengurangi risiko pemisahan fase.
Karena kompleksitas strukturalnya, protein, karbohidrat, dan asam nukleat banyak digunakan untuk modifikasi nonkovalen guna meningkatkan biokompatibilitas dan potensi aplikasi karbon nanotube.
Selain modifikasi kimia tradisional, kombinasi biomolekul dan karbon nanotube juga telah menarik perhatian para peneliti, yang menunjukkan potensi besar dalam aplikasi biomedis. Melalui fungsionalisasi yang tepat, karbon nanotube dapat digunakan dalam sistem penghantaran obat untuk meningkatkan kelarutannya dalam organisme.
Proses oksidasi membuka kemungkinan baru untuk fungsionalisasi karbon nanotube. Kelompok fungsional ini tidak hanya meningkatkan dispersi nanotube tetapi juga meningkatkan sifat mekanik dan listriknya. Serangkaian reaksi kimia baru, seperti esterifikasi, aminasi, atau halogenasi, dapat memperluas area penerapannya. Hal ini menunjukkan bahwa masa depan nanoteknologi akan bergantung pada akumulasi modifikasi kecil ini untuk mengatasi tantangan yang dihadapi oleh material tradisional.
Teknologi modifikasi karbon nanotube yang inovatif mengubah pemahaman kita tentang sifat material dan membuka pintu bagi aplikasi potensial yang tak terhitung jumlahnya. Di masa depan, seiring berkembangnya teknologi, bagaimana karbon nanotube akan memainkan peran penting dalam memecahkan masalah agregasi?