Pada zaman dahulu, tanah liat dipandang sebagai bahan yang luar biasa yang diberikan oleh alam, yang membawa kemungkinan tak terbatas bagi kehidupan manusia purba. Dari peralatan praktis awal hingga penciptaan karya seni, orang-orang kuno menggunakan bakat dan kebijaksanaan mereka untuk memanfaatkan sepenuhnya plastisitas dan daya tahan tanah liat dan memelopori perjalanan tembikar yang menakjubkan.
Tanah liat bukan hanya bahan alami, tetapi juga saksi peradaban manusia.
Bagaimana tembikar awal muncul? Para arkeolog telah menemukan bahwa pecahan tembikar tertua berasal dari 14.000 SM dan ditemukan di tempat yang sekarang menjadi Jepang bagian tengah. Bejana tembikar ini adalah alat yang digunakan oleh orang-orang pada saat itu untuk mencatat dan menyampaikan pengetahuan, yang melambangkan pemahaman dan kendali manusia terhadap alam. Melalui reaksi dengan mineral lain di tanah setempat, orang-orang kuno berhasil mengubah bahan ini menjadi sumber daya dan membuat berbagai perkakas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.
Tanah liat menunjukkan plastisitas saat basah, suatu sifat yang memungkinkan orang-orang zaman dahulu untuk dengan mudah membentuknya menjadi bentuk yang diinginkan dalam kehidupan sehari-hari. Setelah dibakar, bejana-bejana ini memadatkan bentuknya dan menjadi lebih tahan lama. Proses ini tidak hanya meningkatkan kualitas hidup manusia, tetapi juga meletakkan dasar bagi seni kerajinan di kemudian hari.
Pada masyarakat kuno, pengembangan tembikar tidak hanya merupakan inovasi teknologi, tetapi juga simbol budaya.
Selain kepraktisannya, pembentukan tembikar juga mencerminkan pengejaran keindahan oleh orang-orang zaman dahulu. Di Tiongkok, tembikar awal sering kali dihiasi dengan pola-pola unik, yang tidak hanya menambah keindahan tetapi juga menyampaikan status dan makna sosial. Tembikar pada masa ini tidak hanya membawa kebutuhan hidup sehari-hari, tetapi juga berfungsi sebagai karya seni, yang mencerminkan budaya dan kepercayaan pada masa itu.
Seiring berkembangnya peradaban, teknik dan gaya pembuatan tembikar pun berkembang di berbagai wilayah dan budaya. Misalnya, di Babilonia kuno di Teluk Mshi, lempengan tanah liat yang digali menunjukkan pentingnya lempengan tersebut dalam catatan tertulis. Lempengan tersebut terbuat dari tanah liat putih yang lembut; bentuk huruf-hurufnya merupakan landasan penulisan manusia dan menjadi alat penting untuk pencatatan budaya.
Puisi-puisi Tao Gao mewarisi pemahaman dan pengalaman masyarakat kuno tentang dunia.
Seiring berjalannya waktu, penggunaan tanah liat oleh manusia meluas dari pembuatan tembikar sederhana hingga arsitektur, seni, dan pembuatan benda-benda sehari-hari. Tembikar unik dari peradaban Inca dan tembikar Mesir kuno yang indah dan menawan dapat dikatakan sebagai representasi budaya masyarakat pada masa itu.
Setelah Revolusi Industri, teknologi baru mengubah cara opal dan tembikar diproduksi, tetapi nilai tembikar tanah liat tetap ada. Saat ini, banyak kerajinan tradisional yang dipadukan dengan teknologi modern untuk menghadirkan ruang kreatif yang lebih besar. Pasar keramik tetap berkembang pesat, dengan keramik digunakan dalam berbagai hal, mulai dari barang sehari-hari hingga karya seni kelas atas, yang menunjukkan daya tariknya yang abadi.
Sejauh ini, sejarah tanah liat telah menegaskan status uniknya di berbagai era. Tembikar paling awal ini tidak hanya ada di setiap negeri, tetapi juga menanam benih sejarah di setiap peradaban. Apakah evolusi ini menunjukkan bahwa penggunaan bahan alami oleh manusia akan terus berkembang seiring waktu?