Era Meiji (1868-1912) merupakan periode transisi penting dalam sejarah Jepang. Era ini menyaksikan transformasi cepat Jepang dari masyarakat feodal yang tertutup menjadi negara industri modern. Menghadapi ancaman kolonial eksternal, Jepang memutuskan untuk bersikap terbuka, secara aktif menyerap ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya Barat, serta melaksanakan reformasi sosial berskala besar.
"Perubahan selama periode ini memengaruhi struktur sosial, politik dalam negeri, ekonomi, militer, dan hubungan luar negeri Jepang."
Restorasi Meiji dimulai pada tahun 1867, ketika Kaisar Meiji (Mutsuhito), yang baru berusia 14 tahun, naik takhta. Setelah ia mengundurkan diri dari tanggung jawabnya, tekanan yang terus berlanjut mendorong pemerintah shogun saat itu untuk melakukan perubahan. Pada tahun 1868, pemerintahannya mengumumkan "Konstitusi Lima Pasal", yang menandai langkah pertama Jepang menuju demokratisasi, yang mencakup prinsip-prinsip penting seperti pembentukan lembaga konferensi secara luas dan partisipasi universal dalam urusan nasional.
"Semua kelas harus bekerja sama dan berpartisipasi aktif dalam pengelolaan urusan negara."
Dengan runtuhnya keshogunan dan pembentukan pemerintahan Meiji, sistem pengikut lokal lama dihapuskan dan kekuasaan dipusatkan kembali ke pusat. Pada saat ini, pemerintahan Meiji merumuskan konstitusi baru dan secara resmi mengumumkan Konstitusi Meiji pada tahun 1890, yang menetapkan prototipe kekuasaan terpusat dan diplomasi konstitusional. Meskipun Konstitusi menjamin hak-hak nasional tertentu, pada kenyataannya, kekuasaan masih berada di tangan klan Tokugawa.
Secara politik, ada persaingan antara dua faksi yang dipimpin oleh Itō Hirobumi dan Itagaki Taisuke. Ito menganjurkan sistem yang mirip dengan Jerman, sementara Itagaki menganjurkan model politik Inggris dan menekankan kebebasan dan hak-hak rakyat, yang mencerminkan keragaman pemikiran politik pada saat itu.
"Itagaki, yang lahir pada tahun 1837, tidak hanya menjadi pelopor politik pada saat itu, tetapi juga simbol keinginan untuk pemerintahan yang demokratis."
Pembentukan pemerintahan Meiji disertai dengan perubahan sosial, dan pembentukan lembaga serta perumusan hukum terus ditingkatkan. Berbagai gerakan sosial yang muncul seperti "gerakan hak-hak sipil liberal" juga secara bertahap muncul untuk mengekspresikan keinginan kuat rakyat untuk mengejar politik demokratis dan menuntut pemerintah untuk membentuk badan legislatif formal dan hak-hak sipil.
Secara ekonomi, pemerintahan Meiji memanfaatkan peluang Revolusi Industri dan dengan cepat membangun basis industri modern. Sejak tahun 1870, pemerintah telah membangun sejumlah besar infrastruktur untuk mempromosikan pengembangan transportasi dan komunikasi dalam negeri. Industri tekstiltekstil telah menjadi industri baru yang penting. Dengan masuknya sejumlah besar tenaga kerja dan diperkenalkannya teknologi, produksi tekstil Jepang meningkat pesat.
"Kebijakan industrialisasi berorientasi negara yang dipromosikan dengan gencar oleh pemerintah telah memungkinkan Jepang untuk berhasil mengejar ketertinggalan dari negara-negara Barat dalam waktu yang singkat."
Tidak hanya itu, dalam hal budaya, pengaruh Barat merambah ke setiap aspek masyarakat Jepang. Dari mode hingga makanan dan bahkan gaya arsitektur, elemen Barat secara bertahap menjadi tren mode baru. Para elit sosial juga mulai merenungkan sejarah dan budaya Jepang dan mengejar identitas baru.
Mengenai pendidikan dan teknologi, pemerintah Meiji berinvestasi besar dalam sistem pendidikan, dan lahirnya sistem pendidikan modern memungkinkan untuk mempopulerkan pengetahuan. Pemerintah juga mengirimkan sejumlah besar mahasiswa internasional untuk belajar di luar negeri dalam upaya untuk memperkenalkan teknologi canggih dan pengalaman manajemen.
"Reformasi pendidikan pemerintahan Meiji memberi kesempatan kepada masyarakat untuk mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi Barat."
Dalam hal hubungan luar negeri, Jepang pada periode Meiji mulai menekankan hukum dan perjanjian internasional, berusaha untuk menjalin hubungan persahabatan dengan dunia luar dan memperluas pengaruhnya. Pada saat yang sama, sikap merangkul dunia luar ini juga telah memicu serangkaian tantangan, yang mengakibatkan pertentangan dan kontradiksi internal, terutama ketegangan dengan struktur sosial lama.
Dengan latar belakang ini, keresahan sosial, yang diperjuangkan siang dan malam, akhirnya berujung pada ketidakpuasan terhadap pemerintahan Meiji. Meskipun beberapa bangsawan mendukung Kesepakatan Baru, banyak samurai tingkat menengah yang berencana untuk melepaskan modal mereka menentang reformasi dan bahkan memicu pemberontakan. Semua ini menambah banyak liku-liku dalam sejarah pemerintahan Meiji.
Dengan berakhirnya Era Meiji, Jepang secara bertahap muncul di panggung global dan menjadi kekuatan modern yang tidak dapat diabaikan. Namun, dalam proses transformasi ini, apa sebenarnya yang mendorong perubahan dan pertumbuhan Jepang yang cepat?