Di alam, banyak organisme memiliki mekanisme perlindungan mereka sendiri untuk menghadapi potensi ancaman. Contoh klasiknya adalah kodok kelas menengah (Alytes obstetricans), yang memiliki teknik bertahan hidup yang mengagumkan. Kodok ini tidak hanya mampu bertahan hidup di banyak negara Eropa seperti Inggris dan Prancis, tetapi juga dapat menggunakan metode reproduksi dan karakteristik anggota tubuhnya yang unik untuk melawan ancaman predator.
Kodok kelas menengah adalah katak kecil, biasanya panjangnya sekitar 5,5 cm, meskipun sebagian besar individu lebih kecil. Kodok ini memiliki tubuh kekar, kepala bulat besar, mata menonjol, dan pupil berbentuk celah. Kulit kodok ini halus tetapi memiliki beberapa benjolan kecil, dan biasanya berwarna abu-abu, zaitun, atau cokelat, dengan bintik kecil berwarna hijau atau cokelat sesekali.
"Kelangsungan hidup kodok kelas menengah tidak hanya bergantung pada penampilan dan warnanya, tetapi juga pada reproduksi dan perilaku defensifnya."
Kodok ini sebagian besar tersebar di beberapa negara di Eropa barat laut, termasuk Prancis, Belgia, Jerman, dll. Namun, habitatnya beragam dan umumnya ditemukan di hutan beriklim sedang, danau air tawar, dan jalan-jalan kota. Kodok sebagian besar aktif saat senja dan malam hari, dan bersembunyi di tempat yang gelap dan lembap pada siang hari.
Setiap musim semi dan panas, kodok kelas menengah mulai berkembang biak. Kodok jantan memanggil kodok betina untuk mendekati mereka dan memilih kodok jantan yang lebih besar untuk kawin. Proses perkawinan cukup istimewa: kodok jantan memeluk kodok betina dan menggunakan jari-jari kakinya untuk merangsang lubang kelamin kodok betina hingga ia melepaskan sekumpulan telur.
"Kodok jantan dapat kawin lagi saat cincin telur melilit tubuhnya, dan dapat membawa hingga sekitar 150 telur."
Kodok kelas menengah memiliki mekanisme pertahanan yang cukup unik, yaitu menggembungkan organ-organ internalnya agar tampak lebih besar saat menghadapi ancaman. Sebagai respons terhadap predator, kodok tidak hanya menggembungkan badan secara pasif, tetapi juga bersikap mengancam untuk mengurangi kemungkinan mereka diserang.
Kodok memakan serangga, artropoda kecil, dan beberapa bangkai, yang menjadikan mereka pemain penting dalam ekosistem. Dengan mengendalikan populasi serangga, mereka sebenarnya berkontribusi dalam menjaga keseimbangan ekologi bagi spesies lain.
Kodok kelas menengah juga memiliki tempat dalam sejarah biologi, terutama karena buku Arthur Koestler tahun 1971, The Case of the Middle-Class Toad. Buku ini mengeksplorasi proses pergeseran paradigma ilmiah, termasuk fenomena pewarisan Lamarck yang ditunjukkan dalam eksperimen dengan kodok.
Melindungi dan memahami hewan unik ini dan kebiasaan ekologisnya tidak diragukan lagi sangat penting bagi perkembangan biologi. Dihadapkan dengan perubahan lingkungan dan kerusakan ekologi, kodok kelas menengah tampaknya berjuang dengan cara yang unik, yang membuat kita bertanya-tanya: Dalam lingkungan yang berubah seperti itu, bagaimana spesies lain dapat menemukan cara mereka sendiri untuk bertahan hidup?