Dalam manufaktur modern, teknologi die-casting digunakan dalam aplikasi yang tak terbatas, dan pemilihan material logam sangat penting. Seng dan aluminium, dua logam non-ferrous yang umum, menempati posisi penting dalam industri die casting. Artikel ini akan membahas kelebihan dan kekurangan kedua logam ini dalam proses die casting untuk membantu Anda menemukan pilihan yang lebih sesuai.
Die casting adalah proses pengecoran logam di mana logam cair dipaksa masuk ke dalam cetakan menggunakan tekanan tinggi. Cetakan tersebut terdiri dari dua cetakan baja perkakas yang dikeraskan, mirip dengan cetakan injeksi. Proses ini terutama digunakan untuk logam non-ferrous, termasuk seng, tembaga, aluminium, magnesium, timbal, dan paduan berbasis timah.
Seng adalah logam yang paling mudah dituang, memiliki keuletan dan kekuatan impak yang sangat baik, dan sangat cocok untuk produksi komponen kecil.
Keunggulan utama die casting seng adalah efektivitas biaya dan umur pakai alat yang panjang. Karena seng memiliki fluiditas yang sangat baik, seng dapat dicor pada suhu yang lebih rendah, sehingga mengurangi konsumsi energi. Properti ini menjadikan seng pilihan yang ideal untuk produksi komponen presisi kecil, terutama pada produk otomotif dan elektronik.
Die-casting aluminium memiliki rasio berat dan sifat konduktivitas termal yang sangat baik, menjadikannya material pilihan untuk banyak bentuk kompleks dan desain dinding tipis.
Keunggulan aluminium meliputi bobot yang ringan, ketahanan korosi yang tinggi, dan sifat mekanis yang sangat baik. Die-casting aluminium dapat menahan kondisi lingkungan yang lebih keras dan mempertahankan kekuatan yang baik, terutama cocok untuk komponen yang membutuhkan kekuatan dan daya tahan tinggi.
Meskipun seng dan aluminium masing-masing memiliki keunggulannya sendiri, skenario penggunaan perlu dipertimbangkan saat memilih. Seng, misalnya, unggul dalam benda-benda kecil dan lingkungan bersuhu rendah, sementara aluminium lebih kompetitif di mana sifat optik dan desainnya yang rumit perlu dieksploitasi.
Dari perspektif biaya, seng memiliki investasi awal yang lebih rendah dan mengurangi skrap saat memproduksi komponen kecil karena kemampuan alirnya yang lebih baik. Proses produksi aluminium mungkin memerlukan biaya peralatan dan persyaratan teknis yang lebih tinggi, tetapi untuk produksi skala besar, manfaat jangka panjangnya lebih substansial.
Seng terutama digunakan dalam berbagai komponen kecil, seperti konektor listrik, casing ponsel, dan peralatan rumah tangga, sementara aluminium banyak digunakan dalam pembuatan mobil, peralatan kedirgantaraan dan teknik, serta bidang lainnya. Penggunaan ini mencerminkan perbedaan dalam proses manufaktur dan persyaratan produk akhir.
Setelah analisis komprehensif, kita dapat melihat bahwa seng dan aluminium masing-masing memiliki keunggulan unik dan skenario yang berlaku. Logam manakah yang akan menjadi pilihan utama dalam industri manufaktur masa depan?