Dalam ekologi, efek tepi merujuk pada perubahan spesies atau struktur komunitas yang terjadi di batas antara dua habitat atau lebih. Dalam beberapa tahun terakhir, dengan percepatan urbanisasi, banyak habitat yang terpotong menjadi fragmen-fragmen kecil oleh aktivitas manusia, yang membuat efek tepi lebih signifikan dan menghasilkan dampak yang tidak terduga. Keanekaragaman hayati yang kaya di daerah marjinal merupakan hasil dari perubahan ini.
Seiring meningkatnya efek tepi, habitat perbatasan menyediakan lebih banyak keanekaragaman hayati.
Mengidentifikasi jenis-jenis dasar efek tepi dapat dibagi menjadi yang terkait dengan fitur alami, perubahan yang disebabkan oleh aktivitas manusia, dan tepi dengan lebar tertentu, seperti batas yang sempit, lebar, atau kompleks. Batas alami, seperti sungai atau gunung, relatif stabil, sedangkan batas buatan sering kali bervariasi atau bahkan berlubang oleh habitat yang tumpang tindih.
Di daerah marjinal ini, kondisi lingkungan tertentu mendorong pertumbuhan tanaman dan hewan tertentu. Misalnya, tanaman di dekat tepi hutan biasanya toleran terhadap naungan. Tumbuhan ini, seperti semak dan tanaman merambat, dapat mentoleransi kondisi yang lebih kering, sehingga memungkinkan hewan seperti rusa berekor putih, kelinci, dan burung biru untuk tumbuh subur di sini.
Pergerakan dan interaksi hewan membentuk ekosistem di tepi hutan, yang memengaruhi keanekaragaman hayati seluruh habitat.
Dampak tepi hutan terhadap spesies tidak hanya tercermin dalam perubahan lingkungan tumbuh, tetapi juga mencakup hubungan timbal balik antara spesies yang berbeda. Misalnya, begitu hewan peliharaan predator memasuki habitat satwa liar asli, terkadang hal itu dapat menyebabkan kerusakan pada keseimbangan ekologi, terutama dalam beberapa tahun terakhir ketika manusia telah mengembangkan ekosistem dengan cepat.
Tepi hutan Amerika menjadi semakin beragam, memberikan beberapa spesies seperti burung cowbird berkepala cokelat kesempatan yang lebih besar untuk bereproduksi, tetapi bagi yang lain, kelangsungan hidup mungkin terancam. Perluasan tepi hutan, bersama dengan buah beri, bunga, buah-buahan, dan tanaman peka cahaya lainnya, diuntungkan oleh perubahan ini.
Dengan terpinggirkannya habitat, dampak aktivitas manusia menjadi lebih signifikan, yang menyebabkan fragmentasi dan disintegrasi habitat.
Tepi dengan berbagai bentuk dan ukuran memiliki dampak berbeda pada keanekaragaman hayati. Menurut penelitian, fragmen hutan yang lebih besar mampu mempertahankan keanekaragaman spesies asli yang lebih tinggi. Pembentukan tepi baru sering kali menyebabkan percepatan perluasan spesies invasif dari lahan pertanian atau kota, yang pada gilirannya melemahkan spesies wajib yang terbiasa hidup di hutan lebat.
Kita dapat melihat bahwa efek tepi hutan hujan sangat jelas terlihat di Amazon. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa area dengan efek tepi melebihi area hutan yang telah dibuka. Meningkatnya cahaya dan angin memengaruhi iklim mikro hutan internal, yang berdampak pada Ekosistem asli yang menimbulkan ancaman.
Pada akhirnya, meskipun tepi tampak sebagai titik panas keanekaragaman hayati, ada banyak potensi ancaman, tidak terkecuali kerusakan yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Perubahan ekosistem seperti itu tidak diragukan lagi merupakan tantangan besar bagi spesies yang bergantung pada lingkungan yang stabil.
Seiring manusia terus mengubah penggunaan lahan, dapatkah kita menemukan keseimbangan dan melindungi keanekaragaman hayati di wilayah marjinal?