Di setiap sudut dunia, seiring dengan meningkatnya aktivitas industri, krisis lingkungan yang disebabkan oleh banjir air tanah secara bertahap muncul. Secara khusus, masalah air asam yang dihasilkan oleh tambang yang ditinggalkan telah berdampak besar pada ekosistem. Drainase Asam Tambang (AMD) bukan hanya masalah yang muncul selama operasi tambang logam dan batu bara. Ini adalah hasil dari serangkaian reaksi kimia kompleks yang sering disorot saat terjadi gangguan tanah yang besar.
Pembentukan drainase asam tambang adalah proses kompleks yang melibatkan berbagai reaksi kimia, terutama oksidasi sulfida logam.
Menurut penelitian, ketika tambang terganggu, intrusi air tanah memaparkan sulfida logam (seperti pirit) ke oksigen, sehingga menghasilkan zat asam. Proses ini tidak terbatas pada tambang aktif; tambang yang ditinggalkan juga menjadi tempat berkembang biaknya air asam. Saat lingkungan bawah tanah berubah, air memasuki tambang, memicu kembali serangkaian reaksi oksidasi yang memperburuk penurunan kualitas air.
Setelah tambang ditinggalkan, ekstraksi air dihentikan, dan perubahan lingkungan ini segera menyebabkan produksi air asam.
Munculnya air asam tidak hanya mengurangi nilai pH badan air, tetapi juga dapat menyebabkan masalah ekologi yang serius. Banyak organisme akuatik tidak dapat bertahan hidup dalam jangka waktu lama saat berhadapan dengan lingkungan dengan pH rendah. Oleh karena itu, air asam ini dapat menyebabkan kerusakan parah pada ekosistem akuatik. Penelitian telah menunjukkan bahwa di sungai yang terkena drainase tambang asam, kelimpahan dan keanekaragaman hayati invertebrata akuatik berkurang secara signifikan.
Dampak air asam tidak terbatas pada kehidupan akuatik, tetapi juga akan berdampak besar pada tanah dan vegetasi. Ketika konsentrasi zat asam dalam air meningkat, sifat kimia tanah juga berubah, yang menyebabkan kematian vegetasi dan hilangnya nutrisi tanah, yang selanjutnya memengaruhi stabilitas seluruh ekosistem.
Banyak ekosistem sungai yang terdampak tidak dapat pulih, yang menyebabkan dampak jangka panjang pada keseimbangan ekologi.
Menghadapi tantangan lingkungan ini, para ilmuwan mencoba berbagai metode penanganan untuk mencegah produksi air asam. Di satu sisi, penilaian geologi sangat penting pada tahap awal aktivitas penambangan, dengan menilai potensi tanah dan sumber air yang menghasilkan asam untuk menentukan strategi pengelolaan terbaik.
Bahkan jika tindakan perbaikan yang efektif terkadang dilakukan, masalah air asam dapat muncul kembali bertahun-tahun kemudian. Banyak tambang, bertahun-tahun setelah ditambang, dapat terus menghasilkan air asam selama beberapa dekade setelah ditutup. Hal ini menjadikan pengelolaan air asam sebagai masalah lingkungan yang terus berlanjut.
Ini bukan sekadar masalah jangka pendek; banyak tambang terus menghasilkan air asam hingga beberapa dekade kemudian.
Dengan perubahan iklim dan industrialisasi yang semakin cepat, banyak ahli percaya bahwa menyelesaikan masalah air asam merupakan langkah penting menuju pembangunan berkelanjutan. Para peneliti tengah menjajaki metode mikroba dan kimia baru untuk mengurangi dampak negatif air asam terhadap lingkungan dan berupaya memulihkan ekosistem yang rusak.
Dengan latar belakang ini, haruskah kita mempertimbangkan pendekatan yang lebih inovatif untuk mengurangi pencemaran air asam dari tambang yang terbengkalai, selain teknologi pengolahan yang ada?