Dalam bidang kedirgantaraan, bilangan Mach adalah metrik utama yang menggambarkan kecepatan suatu objek relatif terhadap kecepatan suara lokal. Perubahan bilangan Mach tidak hanya memengaruhi desain pesawat, tetapi juga berdampak besar pada kinerja dan pengoperasiannya. Artikel ini akan membahas lebih mendalam tentang signifikansi bilangan Mach dan perannya dalam penerbangan hipersonik.
Bilangan Mach (M) adalah bilangan tak berdimensi yang didefinisikan sebagai rasio kecepatan fluida (u) terhadap kecepatan suara lokal (c), sebagai berikut:
M = u / c
Secara umum, ketika bilangan Mach kurang dari 1, penerbangan dianggap subsonik, dan ketika bilangan Mach lebih besar dari 1, penerbangan dianggap supersonik. Titik pemisah ini sangat penting karena kinerja penerbangan bervariasi secara signifikan pada rentang bilangan Mach yang berbeda.
Semakin tinggi angka Mach, semakin jelas efek kompresibilitas fluida, yang selanjutnya memengaruhi perilaku aerodinamis.
Ketika pesawat terbang dengan kecepatan mendekati kecepatan suara, pesawat mengalami serangkaian perubahan dinamika fluida yang kompleks, termasuk pembentukan gelombang kejut dan dampaknya pada stabilitas penerbangan. Ketika angka Mach mencapai 1, perilaku fluida mulai berubah secara signifikan. Pada saat ini, fluida dapat menghasilkan gelombang tekanan yang kuat di sekitar pesawat, yang merupakan "penghalang suara" yang terkenal.
"Penghalang suara" adalah fenomena fisik. Ketika pesawat menembus penghalang ini, ia menghasilkan gelombang kejut yang kuat yang dapat menyebabkan ledakan sonik. Ledakan sonik tidak hanya menjadi tantangan desain bagi pesawat, tetapi juga dampak yang signifikan terhadap lingkungan sekitar. Oleh karena itu, ketika merancang kendaraan supersonik, para insinyur harus mempertimbangkan dengan cermat efek bilangan Mach pada kontrol penerbangan dan integritas struktural.
Seiring meningkatnya bilangan Mach, kompresibilitas fluida menjadi semakin penting. Aliran subsonik (seperti bilangan Mach kurang dari 0,3) dapat disederhanakan sebagai aliran tak-kompresibel, tetapi ketika bilangan Mach melebihi 0,3, efek kompresi fluida menjadi tidak dapat diabaikan, terutama ketika udara mengalir di atas permukaan pesawat.
Seiring meningkatnya bilangan Mach, karakteristik dinamis dan perhitungan aliran fluida menjadi sangat rumit, yang merupakan tantangan utama dalam merancang pesawat dengan efisiensi tinggi.
Selama penerbangan supersonik, suhu dan tekanan gas meningkat secara signifikan, terutama di dekat gelombang kejut, sehingga pemilihan material menjadi sangat penting. Ketika bilangan Mach pesawat mencapai kecepatan hipersonik, gas yang bersentuhan dengan bagian luar pesawat akan mencapai suhu tinggi, dan material harus mampu menahan lingkungan yang ekstrem tersebut.
Oleh karena itu, ketika merancang pesawat ruang angkasa atau kendaraan hipersonik, paduan tahan suhu tinggi atau material komposit biasanya digunakan untuk mengatasi beban panas tinggi dari luar. Hal ini tidak hanya melibatkan pemilihan material, tetapi juga desain struktural seluruh pesawat dan bahkan integrasi sistem pendingin.
Kinerja pesawat jet awal seperti P-38 dalam penerbangan supersonik memberikan pengalaman berharga tentang cara menerapkan bilangan Mach dalam desain. Pada saat yang sama, eksperimen dan penelitian terkait mendorong pengembangan lebih lanjut dinamika penerbangan, yang memungkinkan pesawat seperti pesawat ulang-alik untuk secara efektif mengatasi tantangan serupa.
Masalah bilangan Mach tidak terbatas pada desain pesawat, tetapi juga melibatkan kinerja pesawat pada berbagai ketinggian dan lingkungan. Misalnya, saat ketinggian penerbangan meningkat, perubahan tekanan udara eksternal dan suhu akan menyebabkan kecepatan suara menurun, yang dapat mengubah bilangan Mach pesawat saat terbang di ketinggian tinggi, sehingga memengaruhi kinerja aerodinamisnya.
Hal ini mengarah pada pertanyaan penting lainnya: Bagaimana pesawat masa depan, yang dirancang berdasarkan prinsip-prinsip ini, dapat beradaptasi dengan lingkungan penerbangan yang berubah?
Bilangan Mach dan dampaknya pada kinerja penerbangan tidak diragukan lagi merupakan topik abadi, dan setiap kemajuan teknologi mendefinisikan ulang batasan teknik kedirgantaraan. Melihat ke masa depan, dapatkah perancang meningkatkan kinerja sambil mempertimbangkan keselamatan dan perlindungan lingkungan?