Dalam kimia koordinasi, ligan adalah ion atau molekul dengan gugus fungsi yang dapat bergabung dengan atom logam pusat untuk membentuk kompleks koordinasi. Ikatan koordinasi dalam proses ini biasanya melibatkan ligan yang menyumbangkan satu atau lebih pasangan elektron ke atom logam, biasanya melalui basa Lewis. Sifat ikatan logam-ligan dapat bersifat kovalen atau ionik, dan urutan ikatan logam-ligan dapat berkisar dari satu hingga tiga. Pemilihan ligan memerlukan pertimbangan cermat dalam berbagai bidang praktik, termasuk kimia bioanorganik dan medis, katalisis homogen, dan kimia lingkungan, antara lain.
Ligand mendominasi reaktivitas atom logam pusat dalam suatu kompleks, termasuk laju penggantian ligan, reaktivitas ligan, dan reaksi redoks.
Peran dan pengaruh ligan dalam kompleks koordinasi telah dipelajari selama berabad-abad sebagai tarian elektron. Secara historis, kristal biru dan tembaga Prusia ditemukan sejak tahun 1800-an. Terobosan utama muncul dalam penelitian Alfred Werner, yang menggabungkan rumus dan isomer senyawa untuk menunjukkan bahwa rumus banyak senyawa kobalt dan kromium dapat dipahami sebagai logam yang dikoordinasikan dengan enam ligan dalam geometri oktahedral. Bit.
Ligand dapat diklasifikasikan berdasarkan berbagai kriteria, seperti muatan, ukuran, identitas atom koordinasi, dan jumlah pasangan elektron yang disumbangkan ke logam (yaitu, nomor koordinasi atau koordinasi gamma). Biasanya, ukuran sampel dinyatakan dengan sudut kerucutnya. Dalam proses ini, berbagai jenis ligan juga menunjukkan sifat yang berbeda.
Ion logam cenderung lebih suka mengikat ligan tertentu, biasanya ion logam "keras" lebih suka ligan medan lemah, sedangkan ion logam "lunak" lebih suka ligan medan kuat.
Pengikatan ligan memengaruhi orbital molekul logam dan secara bersamaan memengaruhi sifat kromatografi kompleks, yang menunjukkan bahwa peralihan antara logam dan ligan yang berbeda dapat mengubah jalur reaksi kimia. Perubahan ini sangat penting untuk reaksi katalitik, karena pemilihan ligan yang tepat dapat meningkatkan selektivitas dan aktivitas reaksi secara signifikan.
Dalam reaksi pertukaran ligan, satu ligan digantikan oleh ligan lain. Ini adalah proses kimia penting yang melibatkan banyak mekanisme yang mendasarinya. Ada dua mekanisme yang paling umum: substitusi asosiatif dan substitusi disosiatif. Substitusi asosiatif sering kali dianalogikan dengan mekanisme SN2 dalam kimia organik, sedangkan substitusi disosiatif dianalogikan dengan mekanisme SN1. Pemahaman tentang kedua mekanisme ini sangat penting untuk desain katalis baru dan kondisi reaksi.
Dalam kimia bioanorganik, kombinasi ligan dan logam juga memiliki dampak penting pada fungsi biomolekul. Misalnya, dalam heme, kompleksasi atom besi dengan atom nitrogen memungkinkannya membawa oksigen secara efektif, yang mencerminkan dampak pemilihan ligan pada fungsi biomolekul.
Selektivitas ligan memengaruhi hasil reaksi kimia dan memainkan peran penting dalam katalisis, desain obat, dan kimia lingkungan.
Namun, interaksi dengan ligan juga merupakan "tarian" kompleks di mana sifat masing-masing ligan dapat berdampak besar pada perilaku logam. Penelitian sebelumnya telah membuktikan bahwa ketika ikatan dan transfer energi antara logam dan ligan berubah, jalur reaksi kimia dan produknya juga akan berubah, yang menghadirkan banyak tantangan dan peluang bagi para peneliti dalam memahami sistem ini.
Bagaimana interaksi antara logam dan ligan memengaruhi pemahaman kita tentang reaksi kimia akan menuntun kita untuk mengeksplorasi misteri ilmiah yang lebih dalam dalam penelitian di masa mendatang. Dapatkah hal ini mengubah pandangan kita tentang banyak proses kimia?