Penurunan muka tanah adalah pergerakan vertikal permukaan bumi, yang dapat disebabkan oleh proses alamiah atau aktivitas manusia. Tidak seperti pergerakan lereng, proses penurunan muka tanah hampir tidak melibatkan pergerakan horizontal, yang membuatnya menjadi minat penelitian khusus. Penyebab utama penurunan muka tanah meliputi pelarutan batuan karbonat bawah tanah, pemadatan sedimen secara bertahap, penarikan lava cair dari tanah, aktivitas penambangan, pemompaan cairan bawah tanah (seperti air tanah atau minyak), dan gaya tektonik. Deformasi kerak bumi, dll. Fenomena ini tidak hanya memengaruhi ahli geologi dan insinyur, tetapi juga perencana kota dan masyarakat umum. Mengapa fenomena seperti itu menarik perhatian dan kepanikan global?
Di medan karst, pelarutan batuan sering kali menyebabkan masalah besar. Air tanah mengalir melalui batuan karbonat, membentuk rongga. Bila struktur batuan di atas rongga menjadi lemah, keruntuhan dapat terjadi, yang menyebabkan tanah amblas.
Penurunan ini sering kali mengakibatkan terbentuknya lubang amblas sedalam ratusan meter, yang berdampak negatif pada ekologi dan infrastruktur di sekitarnya.
Penambangan bawah tanah, terutama metode yang secara sengaja menyebabkan rongga tambang runtuh, seperti penambangan pilar dan penambangan longwall, dapat menyebabkan permukaan tanah amblas. Dalam kebanyakan kasus, penurunan akibat penambangan dapat diprediksi dan relatif terlokalisasi, tetapi keruntuhan kolom yang tiba-tiba dapat menyebabkan masalah yang tidak terduga.
Oleh karena itu, untuk aktivitas pertambangan yang direncanakan, dampak ini dapat dikelola secara efektif jika pihak-pihak terkait dapat bekerja sama dan mengadopsi perencanaan dan tindakan pencegahan yang wajar.
3. Ekstraksi minyak dan gasSaat gas alam diekstraksi, tekanan awal di reservoir berkurang seiring waktu, yang dapat menyebabkan permukaannya amblas. Misalnya, tanah di ladang gas Slochteren di Belanda telah amblas 30 sentimeter sejak akhir 1960-an.
Jenis amblas ini tidak hanya memengaruhi lingkungan, tetapi juga dapat menyebabkan kerusakan infrastruktur yang signifikan dan mengakibatkan kerugian ekonomi. Oleh karena itu, banyak daerah telah mulai mengadopsi langkah-langkah pemulihan sekunder seperti injeksi hidrolik untuk menstabilkan formasi.
4. Gempa bumiSelama gempa bumi, amblas tanah yang meluas dapat terjadi karena perpindahan patahan, amblas yang disebabkan oleh guncangan, dan pemadatan sedimen yang tidak terkonsolidasi, yang dapat menyebabkan tanah amblas dengan cepat.
Misalnya, setelah gempa bumi Tohoku tahun 2011, banyak daerah di Jepang mengalami penurunan tanah yang signifikan, dengan penurunan maksimum mencapai 1,2 meter.
5. Ekstraksi air tanahEkstraksi air tanah yang berlebihan sering kali menyebabkan penurunan tanah, terutama ketika kota-kota berkembang pesat. Diperkirakan bahwa 80% masalah penurunan tanah di seluruh dunia terkait dengan ekstraksi air tanah yang berlebihan.
Jika sumber daya air tanah tidak dikelola secara efektif, masalahnya akan menjadi lebih serius dan kota-kota di masa mendatang mungkin menghadapi bencana yang lebih serius yang disebabkan olehnya.
Dampak penurunan tanah bersifat multifaset, terutama di daerah perkotaan, di mana risiko banjir meningkat. Ketika permukaan tanah secara bertahap menurun, risiko banjir meningkat, terutama di dataran banjir sungai dan daerah delta.
Penurunan tanah juga dapat menyebabkan retakan pada tanah, yang dapat memengaruhi stabilitas rumah dan infrastruktur, menyebabkannya miring atau retak. Masalah seperti itu telah menjadi hal yang umum di beberapa kota besar.
Untuk menilai dan memprediksi penurunan tanah, para ilmuwan dan peneliti menggunakan berbagai teknologi pemantauan, termasuk sistem penentuan posisi satelit, lidar berbasis darat, dan inklinometer, yang membantu kita memahami tren perubahan tanah.
Dalam menghadapi tantangan ini, dapatkah kita menemukan solusi yang lebih efektif untuk memperlambat atau bahkan membalikkan dampak penurunan tanah?