Selama masa remaja, mengemudi, berpartisipasi dalam aktivitas yang mengasyikkan, dan melakukan perilaku berisiko lainnya tampaknya menjadi fenomena umum bagi kelompok usia ini. Alasan di balik perilaku ini secara bertahap dijelaskan berdasarkan penelitian neurosains kognitif perkembangan terkini. Para ilmuwan telah mengajukan teori yang disebut "model sistem ganda" untuk menjelaskan mengapa remaja lebih cenderung mengambil risiko selama periode ini.
Model sistem ganda menyatakan bahwa perilaku berisiko tinggi remaja merupakan hasil dari peningkatan kepekaan terhadap penghargaan dan kontrol impuls yang belum matang.
Model tersebut menyatakan bahwa pada awal perkembangan remaja, sistem sosial-emosional matang pada tingkat yang jauh lebih cepat daripada sistem kontrol kognitif. Sementara sistem sosial-emosional (misalnya, area otak yang berhubungan dengan penghargaan) sangat aktif, sistem kontrol kognitif (misalnya, korteks prefrontal) belum sepenuhnya berkembang. Ketidakseimbangan ini menyebabkan remaja lebih peka terhadap godaan imbalan langsung saat menghadapi risiko potensial, dan tidak mempertimbangkan secara rasional kemungkinan konsekuensi negatif.
“Sistem sosioemosional yang matang sebelum waktunya membuat remaja tertarik pada aktivitas yang mengasyikkan, menyenangkan, dan baru.”
Teori ini bukan sekadar spekulasi teoritis, banyak studi neuroimaging mendukung pandangan ini. Dengan menggunakan pemindaian pencitraan resonansi magnetik fungsional (fMRI), para ilmuwan mengamati bahwa saat remaja menerima imbalan, terdapat aktivitas yang relatif tinggi di jalur imbalan di otak, dan aktivitas ini secara signifikan dikaitkan dengan perilaku berisiko remaja. Namun, kepekaan imbalan ini secara bertahap melemah selama perkembangan di masa mendatang, yang juga menjelaskan mengapa perilaku berisiko menurun seiring bertambahnya usia.
Remaja memiliki motivasi yang kuat untuk memenangkan penghargaan, dan terutama di bawah pengaruh teman sebayanya, mereka mungkin membuat keputusan yang berisiko. Studi telah menunjukkan bahwa perilaku berisiko remaja meningkat secara signifikan di hadapan teman sebayanya, dan pengaruh sosial ini semakin meningkatkan perilaku impulsif mereka. Misalnya, dalam penelitian hewan, tikus muda mengonsumsi lebih banyak alkohol saat bersama teman sebayanya daripada saat sendirian. Demikian pula, remaja yang kesulitan membedakan kebaikan dari keburukan cenderung lebih terpengaruh oleh partisipasi teman sebayanya saat menghadapi godaan hadiah.
"Remaja sering kali sangat dipengaruhi oleh hadiah sosial dalam pengambilan keputusan mereka, yang membuat mereka lebih sering mengambil risiko."
"Model ketidakseimbangan pematangan" yang diajukan oleh beberapa ilmuwan semakin memperdalam pemahaman tentang fenomena ini. Model ini menekankan pentingnya perkembangan lambat sistem kontrol kognitif dalam memengaruhi perilaku berisiko remaja. Seiring bertambahnya usia remaja, perkembangan struktur otak ini perlahan beradaptasi dengan lingkungan sosial dan rangsangan eksternal. Dalam proses ini, kemampuan untuk mengendalikan impuls dan menghindari risiko juga akan meningkat, sehingga secara efektif mengurangi kejadian perilaku berisiko.
Singkatnya, perilaku berisiko remaja merupakan fenomena multilevel yang melibatkan interaksi faktor biologis, psikologis, dan sosial. Para ilmuwan terus melakukan penelitian mendalam untuk mencoba mengungkap misteri di balik perilaku remaja, terutama kunci untuk menyeimbangkan dan mendorong perkembangan remaja yang sehat.
Seiring dengan semakin banyaknya pengetahuan kita tentang perkembangan otak remaja, bagaimana kita dapat membimbing kaum muda agar lebih menikmati eksplorasi sambil menghindari potensi risiko di masa mendatang?