Dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, masa depan pertempuran udara menghadapi perubahan besar. Sebagai generasi baru desain pesawat, pesawat tempur siluman generasi keenam mendapatkan perhatian di seluruh dunia, terutama Amerika Serikat, Tiongkok, Rusia, dan negara-negara lain yang berlomba-lomba mengembangkan pesawat tempur generasi keenam mereka sendiri. Pesawat tempur baru ini diharapkan mulai digunakan pada tahun 2030-an, dan kemunculannya dapat sepenuhnya mengubah lanskap strategis udara saat ini.
Meskipun desain pesawat tempur generasi keenam masih dalam tahap awal pengembangan, beberapa fitur umum secara bertahap menjadi jelas. Keterampilan ini tidak hanya dibutuhkan untuk meningkatkan superioritas udara, tetapi juga untuk beradaptasi dengan lingkungan ancaman masa depan dan sangat terintegrasi dengan sistem tak berawak.
Konsep desain pesawat tempur siluman generasi keenam tidak lagi terbatas pada pertempuran udara dan dukungan darat tradisional, tetapi telah meluas ke area seperti perang siber, pertempuran tanpa awak, dan pertempuran luar angkasa. Fitur-fitur dasarnya meliputi:
Setelah berhasil mengembangkan jet tempur siluman J-20 generasi kelima, Tiongkok mulai berfokus pada model generasi keenam. Pada awal tahun 2019, Wang Haifeng, kepala desainer Chengdu Aircraft Industry Group Tiongkok, mengumumkan peluncuran pekerjaan penelitian awal pada jet tempur generasi keenam. Tiongkok berencana untuk mencapai tujuan penelitian dan pengembangan model generasi keenam pada tahun 2035.
Angkatan Udara dan Angkatan Laut AS berharap untuk mengerahkan jet tempur generasi keenam pertama sekitar tahun 2030. Program Next Generation Air Dominance (NGAD) Angkatan Udara AS dirancang untuk menggantikan F-22 Raptor milik Lockheed Martin, sementara Angkatan Laut sedang mengembangkan program serupa dengan nama F/A-XX.
Jet tempur generasi keenam Amerika Serikat tidak akan lagi hanya mengandalkan kecepatan dan kinerja siluman, tetapi akan lebih berfokus pada integrasi sistem dan pembangunan jaringan.
Prancis, Jerman, dan Spanyol bersama-sama mengembangkan Next Generation Fighter (NGF) dan berkolaborasi dalam program Future Combat System (FCAS). Di sisi lain, Global Combat Air Program (GCAP) dari Inggris, Italia, dan Jepang juga menunjukkan pentingnya kerja sama multinasional, yang dapat berbagi biaya penelitian dan pengembangan.
Pengembangan pesawat tempur siluman generasi keenam tidak hanya melibatkan desain pesawat baru, tetapi juga kolaborasi dengan sistem darat, seperti penggunaan sensor dan tautan data untuk mengintegrasikan intelijen medan perang. Hal ini akan berdampak besar pada strategi udara di masa mendatang:
Dapatkah penerapan teknologi baru ini memecahkan tantangan keamanan global yang semakin kompleks di masa mendatang? Dapat dikatakan bahwa jet tempur generasi keenam bukan hanya kemajuan teknologi, tetapi juga pemikiran ulang filosofi pertempuran udara.
Tantangan terbesar sekarang adalah bagaimana mengintegrasikan berbagai teknologi ini secara efektif dan memastikan keamanan sistem sambil mempertahankan fleksibilitas operasional.
Seiring dengan semakin mendalamnya persaingan dan kerja sama antarnegara dalam penelitian dan pengembangan teknologi, strategi udara masa depan mungkin akan memiliki tampilan yang sama sekali baru. Ini tidak hanya berarti kemajuan teknologi jet tempur, tetapi juga perubahan besar dalam bentuk peperangan di masa depan. Dalam persaingan teknologi ini, negara mana yang akan mampu mendominasi?