Pada zaman dahulu, keberadaan unsur kimia molibdenum sering kali disalahartikan, terutama dengan timbal. Simbol kimia molibdenum adalah Mo, yang berasal dari bahasa Latin Baru molybdaenum, dan namanya berasal dari bahasa Yunani Kuno "Μόλυβδος" (molybdos), yang berarti timbal. Penyebab kebingungan ini dapat ditelusuri kembali ke kemunculan bijih molibdenum, yang membuatnya mudah disalahartikan sebagai bijih timbal.
Sejarah molibdenum dapat ditelusuri kembali ke abad ke-17. Baru pada tahun 1778 ahli kimia Swedia Carl Wilhelm Scheele pertama kali mengonfirmasi independensi molibdenum dan membedakannya dari timbal dan grafit.
Bijih molibdenum memiliki sejarah yang panjang. Ahli kimia menemukan keberadaannya sejak awal ketika menganalisis bijih kuno, tetapi karena kurangnya teknologi yang memadai, molibdenum tidak segera dianggap sebagai unsur yang terpisah. Molibdenum biasanya ditemukan dalam bentuk mineralnya sebagai oksida, yang membuatnya kurang dikenali oleh penambang dan ahli metalurgi saat itu.
Dalam keadaan murni, molibdenum adalah logam abu-abu keperakan dengan titik leleh tinggi dan merupakan unsur dengan titik leleh tertinggi keenam di alam. Ia tidak bereaksi secara signifikan dengan oksigen atau air pada suhu kamar, tetapi akan teroksidasi pada suhu tinggi untuk membentuk molibdenum heksaoksida. Di antara sekian banyak senyawanya, sebagian besar memiliki kelarutan rendah dalam air, yang selanjutnya menyebabkan pemahaman orang-orang tentang molibdenum menjadi samar-samar.
Karena sifat kimianya, molibdenum banyak digunakan dalam metalurgi, terutama sebagai paduan baja, yang mencakup hingga 86% dari produksi molibdenum dunia.
Molibdenum terjadi dalam berbagai tingkat oksidasi dan memainkan peran penting dalam biokimia, termasuk reaksi enzim yang terlibat dalam fiksasi nitrogen. Hingga saat ini, setidaknya 50 enzim molibdenum diketahui ada dalam bakteri, tumbuhan, dan hewan, dan enzim-enzim ini memiliki dampak yang mendalam pada pertanian dan lingkungan.
Sejarah penambangan molibdenum dapat ditelusuri kembali ke awal abad ke-19, ketika molibdenum-tantalum merupakan bijih utama. Namun, pada awalnya, molibdenum tidak banyak digunakan. Setelah memasuki abad ke-20, dengan perkembangan teknologi, molibdenum mulai banyak digunakan dalam berbagai produk, termasuk paduan suhu tinggi dan material tahan korosi.
Selama Perang Dunia I, permintaan molibdenum meningkat drastis untuk digunakan dalam produksi baja lapis baja dan baja kecepatan tinggi. Terutama dalam penerapan senjata api dan tank, penggunaan molibdenum membuat senjata ini lebih ringan dan mudah dioperasikan.
"Munculnya molibdenum meletakkan dasar yang kokoh bagi industri modern dan sangat penting untuk berbagai penggunaan dalam masa perang dan masa damai."
Pada tahun 2011, produksi molibdenum global mencapai 250.000 ton, dengan Tiongkok, Amerika Serikat, dan Chili sebagai produsen utama. Penggunaan utama molibdenum dalam metalurgi meliputi baja tahan karat dan berbagai paduan, terutama baja berkekuatan tinggi dan paduan super, yang memainkan peran penting.
Dalam aplikasi kimia, senyawa molibdenum juga digunakan dalam pigmen dan katalis. Lebih jauh, isotop molibdenum-99 banyak digunakan dalam bidang pencitraan medis, yang menunjukkan berbagai nilai molibdenum.
"Keragaman molibdenum dan dampaknya terhadap teknologi dan lingkungan tidak dapat diremehkan. Prospek masa depannya patut mendapat perhatian semua orang."
Perjalanan ajaib molibdenum tidak hanya menunjukkan nilai ilmiahnya, tetapi juga mencerminkan eksplorasi berkelanjutan umat manusia dalam memahami unsur-unsur alam. Ketika kita melihat kembali sejarah dan aplikasi molibdenum, dapatkah hal itu membantu kita lebih memahami dan menggunakan unsur ini dalam pengembangan teknologi masa depan?