Di pasar keuangan, investor sering mengandalkan model distribusi normal untuk memprediksi pergerakan pasar di masa mendatang. Namun, seperti yang ditunjukkan oleh banyak krisis keuangan selama beberapa abad terakhir, model-model ini sering meremehkan kemungkinan terjadinya peristiwa ekstrem. Peristiwa ekstrem ini disebut "peristiwa ekor gemuk", dan keberadaannya membuat investor menghadapi risiko yang lebih tinggi. Artikel ini akan membahas konsep distribusi ekor gemuk dan dampak potensialnya terhadap keputusan investasi.
Distribusi ekor gemuk adalah distribusi probabilitas yang menunjukkan peningkatan kemiringan atau kurtosis relatif terhadap distribusi normal atau eksponensial.
Karakteristik distribusi ekor gemuk adalah bahwa probabilitas terjadinya peristiwa ekstrem bukan sekadar kalkulasi teoritis, tetapi tertanam dalam perilaku pasar yang sebenarnya. Distribusi ini umum di banyak bidang, termasuk fisika, ekonomi, dan ilmu politik. Komunitas penelitian yang berbeda mungkin tidak setuju dengan definisinya, tetapi distribusi berekor gemuk secara umum dianggap mencakup distribusi yang ekornya meluruh menurut hukum pangkat. Jenis distribusi ini sangat penting dalam pasar keuangan karena menyediakan kerangka teoritis untuk menjelaskan mengapa kejatuhan pasar besar terjadi begitu sering.
Tidak seperti distribusi normal, di mana probabilitas suatu peristiwa yang melebihi lima deviasi standar dari rata-rata rendah, distribusi berekor gemuk memiliki probabilitas peristiwa ekstrem yang jauh lebih tinggi daripada yang diprediksi oleh distribusi normal.
Banyak model keuangan, seperti model penetapan harga opsi Black-Scholes, berasumsi bahwa pengembalian aset mengikuti distribusi normal. Namun, jika distribusi aktual berekor gemuk, model ini akan gagal memberi harga opsi forward dengan benar karena probabilitas peristiwa outlier utama diremehkan. Ini berarti bahwa ketika pasar mengalami volatilitas ekstrem, investor mungkin terpapar risiko yang lebih tinggi daripada yang mereka antisipasi.
Banyak pakar keuangan terkemuka, seperti Paul Volcker dan Nassim Taleb, telah menyoroti ketidakcukupan model distribusi normal dan telah mengusulkan bahwa distribusi ekor gemuk lebih dominan dalam pengembalian aset.
Jika menengok kembali sejarah, kita dapat menemukan banyak contoh peristiwa ekor gemuk. Keruntuhan Wall Street tahun 1929, Black Monday tahun 1987, gelembung dot-com tahun 2000, dan krisis keuangan tahun 2007-2008 semuanya merupakan situasi ekstrem yang sangat jarang terjadi di pasar berdasarkan model perkiraan normal. Namun, terjadinya peristiwa-peristiwa ini menunjukkan pentingnya distribusi ekor gemuk dalam realitas keuangan.
Krisis-krisis ini sering kali dipicu oleh faktor-faktor nonmatematis, seperti kerusuhan politik atau gangguan rantai pasokan, yang tidak sesuai dengan asumsi distribusi normal. Faktanya, faktor keuangan perilaku yang dihasilkan dalam proses tersebut, seperti optimisme atau pesimisme investor yang berlebihan, juga memainkan peran penting dalam distribusi fat-tail.
Distribusi fat-tail juga dapat menjelaskan fenomena sosiologis tertentu, seperti "aturan 80/20," yang menyatakan bahwa 20% pelanggan menyumbang 80% pendapatan. Fenomena ini khususnya terlihat dalam perilaku pasar, di mana beberapa orang atau perusahaan mampu mendominasi pasar sementara mayoritas relatif tidak signifikan.
Di beberapa pasar komoditas atau industri musik, fungsi kepadatan probabilitas data penjualan juga menunjukkan karakteristik fat-tail, yang menunjukkan bahwa promosi rekaman baru memiliki dampak yang kuat pada penjualan.
Ke depannya, investor harus menyadari risiko peristiwa fat-tail dan menyesuaikan strategi investasi mereka. Model yang mengandalkan distribusi normal dapat mengakibatkan kerugian modal yang signifikan, terutama selama periode pergerakan pasar yang signifikan dan tidak biasa. Investor perlu mengadopsi strategi yang terdiversifikasi untuk mengimbangi risiko ini dan mengoreksi potensi bias dalam model manajemen risiko.
Bagaimana pasar keuangan masa depan akan berevolusi untuk mengatasi frekuensi dan dampak peristiwa berekor tebal?