Dengan meningkatnya harapan hidup dan menurunnya angka kelahiran di seluruh dunia, penuaan penduduk telah menjadi salah satu isu yang paling memprihatinkan di dunia saat ini. Menurut perkiraan Perserikatan Bangsa-Bangsa, pada tahun 2050, populasi yang berusia di atas 65 tahun akan mencapai 2,1 miliar, yang akan berdampak besar pada struktur sosial dan sistem ekonomi kita. Dalam menghadapi fenomena ini, persiapan dan tanggapan yang dilakukan oleh negara-negara di seluruh dunia akan menentukan kualitas hidup masa depan dan keberlanjutan masyarakat.
Jika menengok kembali seabad yang lalu, tren penuaan penduduk pertama kali dimulai di negara-negara maju dan matang, tetapi sekarang hampir semua negara berkembang mulai menghadapi tantangan serupa.
Fenomena penuaan penduduk secara bertahap muncul sejak akhir abad ke-19, terutama di negara-negara maju. Pada akhir abad ke-20, proporsi penduduk global yang berusia 65 tahun ke atas mencapai 6%. Proporsi ini terus bertambah seiring dengan kemajuan teknologi medis dan peningkatan taraf hidup. Menurut statistik Perserikatan Bangsa-Bangsa, populasi lansia dunia telah meningkat dari 188 juta jiwa pada tahun 1950 menjadi 700 juta jiwa pada tahun 2006, dan diperkirakan akan mencapai 210 juta jiwa pada tahun 2050.
Fenomena ini bukan sekadar pertumbuhan jumlah, tetapi sebuah proses yang memengaruhi semua aspek masyarakat, termasuk beban ekonomi, struktur sosial, dan persyaratan kebijakan di masa mendatang.
Seiring bertambahnya populasi lansia, tuntutan terhadap sumber daya masyarakat juga meningkat. Pertama, permintaan akan perawatan kesehatan akan meningkat drastis, yang berarti bahwa negara-negara harus menilai kembali keberlanjutan dan sumber pendanaan sistem perawatan kesehatan mereka. Menurut penelitian oleh Organisasi Kesehatan Dunia, peningkatan biaya medis terutama disebabkan oleh meningkatnya biaya obat-obatan dan dokter, bukan hanya karena perubahan struktur usia.
Menghadapi masalah penuaan yang semakin serius, kebijakan jaminan sosial juga perlu disesuaikan. Kebijakan kesejahteraan sosial yang diterapkan di banyak negara gagal menanggapi kebutuhan populasi lansia secara efektif. Dari pendidikan hingga pekerjaan, perlindungan lansia perlu mendapat perhatian segera. Situasi keuangan lansia sering kali tidak sebaik yang diharapkan, dan banyak lansia tidak dapat memperoleh dukungan keuangan yang layak dalam kehidupan mereka.
Bagaimana mengintegrasikan kebutuhan lansia dengan lebih baik dan meningkatkan kualitas hidup mereka dalam tanggapan kebijakan sosial akan menjadi salah satu isu penting di masa mendatang.
Strategi untuk mengatasi penuaan populasi sangat bervariasi di antara negara-negara. Ambil contoh Jepang. Negara ini secara aktif menerapkan otomatisasi dan kemajuan teknologi untuk mengatasi masalah kekurangan tenaga kerja, dan berfokus pada peningkatan kemampuan kerja dan kualitas hidup para lansia. Namun, Kanada menggunakan imigrasi untuk mengatasi beban ekonomi akibat penurunan populasi, meskipun efektivitas langkah ini masih harus diuji.
Menurut para ahli, kebijakan imigrasi saja tidak dapat menyelesaikan semua tantangan yang ditimbulkan oleh populasi yang menua, karena perubahan mendasar dalam sikap masyarakat terhadap usia juga diperlukan.
Menjelang tahun 2050, masyarakat global menghadapi tantangan dan peluang besar. Dalam proses menangani penuaan populasi, negara-negara tidak hanya perlu mempertimbangkan masalah ekonomi, tetapi juga memperhatikan masalah keadilan sosial dan alokasi sumber daya. Dengan kemajuan dan inovasi teknologi, mungkin kita dapat membuka jendela lain untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dalam periode perubahan seperti ini, bagaimana kita harus mendefinisikan ulang peran para lansia dan menciptakan lingkungan sosial yang memenuhi kebutuhan mereka?