Di Mesir kuno, lintah penyembuh (Hirudo medicinalis) dianggap sebagai alat penyembuhan misterius, dan penggunaan medis makhluk ini secara historis sudah ada sejak 3.500 tahun yang lalu. Seiring berjalannya waktu, makhluk ini tidak hanya dihargai di zaman kuno, tetapi sekarang ditemukan kembali sebagai bagian dari pengobatan modern. Jadi mengapa lintah penyembuh masih memiliki tempat di komunitas medis saat ini?
Lintah penyembuh dapat mencapai panjang 20 sentimeter dan memiliki warna tubuh hijau, cokelat, atau hijau-cokelat, dengan punggung lebih gelap dan perut lebih terang. Hewan mirip lintah ini memiliki dua pengisap, yang terletak di ujung depan dan belakang. Yang pertama berfungsi untuk makan dan yang terakhir digunakan untuk menopang. Mulut lintah penyembuh memiliki tiga rahang bergerigi yang dapat memotong kulit inangnya dan menyuntikkan antikoagulan khusus untuk menjaga aliran darah.
Lintah ini dapat memakan hingga sepuluh kali berat tubuhnya dalam sekali makan dan dapat bertahan hidup hingga satu tahun tanpa makan.
Lintah penyembuh ditemukan di hampir seluruh Eropa dan beberapa bagian Asia. Mereka lebih suka hidup di kolam air tawar berlumpur atau parit yang ditumbuhi tanaman liar. Namun, karena penangkapan ikan yang berlebihan dan hilangnya habitat alami pada abad ke-19, populasi lintah ini menurun secara signifikan dan sekarang terdaftar sebagai Hampir Terancam oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN).
Penggunaan lintah penyembuh secara historis terdokumentasi dengan baik. Dari Mesir kuno hingga Yunani hingga Eropa abad pertengahan, makhluk ini banyak digunakan dalam pengobatan seperti "pertumpahan darah." Dokter Yunani kuno Nicander mencatat penggunaan lintah, dan ada diskusi serupa dalam teks medis Tiongkok kuno. Dalam pengobatan kuno, kelebihan darah dianggap sebagai akar penyebab berbagai penyakit, sehingga lintah digunakan untuk menyeimbangkan darah dalam tubuh melalui pendarahan.
Seorang ahli sejarah medis mencatat bahwa pada abad ke-19, beberapa rumah sakit menggunakan sebanyak 50.000 lintah penyembuh per tahun untuk pengobatan.
Lintah penyembuh kembali memasuki bidang medis pada tahun 1970-an, khususnya untuk penggunaannya dalam merangsang aliran darah setelah operasi minimal invasif. Saat ini, terapi lintah digunakan untuk mengobati berbagai kondisi mulai dari varises hingga kejang otot hingga radang sendi. Terlepas dari sedikitnya darah yang mereka telan, efek terapeutik lintah penyembuh terutama berasal dari air liur yang mereka keluarkan, yang memiliki sifat anestesi, antiinflamasi, dan vasodilatasi.
Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) mengklasifikasikan terapi lintah sebagai perangkat medis pada tahun 2004, yang menunjukkan semakin pentingnya terapi ini dalam komunitas medis.
Meskipun lintah penyembuh kembali populer dalam pengobatan modern, keseimbangan antara penangkapan dan perlindungan tetap menjadi tantangan. Lintah-lintah ini masih berisiko punah karena berbagai masalah seperti berkurangnya habitat alami mereka dan perlindungan tempat berkembang biak mereka. Meskipun pengembangan beberapa perangkat lintah mekanis telah membantu mengurangi ketergantungan pada lintah alami, perangkat ini belum banyak digunakan di pasaran.
Pesona lintah penyembuh berasal dari sejarah panjang dan efek terapeutiknya yang luar biasa. Namun, bagaimana kelangsungan hidup dan khasiat medisnya akan berkembang di masa depan?