Dalam biologi, sistem imun sering berperan dalam melindungi inang dari patogen. Namun, dalam keadaan tertentu, seperti kehamilan, sistem imun perlu disesuaikan sampai batas tertentu untuk menghindari serangan yang tidak perlu pada janin. Fenomena ini sebagian disebabkan oleh ekspresi ligan kematian terprogram 1 (PD-L1), yang berperan penting dalam mengatur respons imun.
PD-L1 adalah protein yang menghambat respons imun adaptif. Selama kehamilan, ekspresinya membantu menjaga toleransi imun antara ibu dan janin.
PD-L1 adalah protein transmembran tipe I 40kDa yang pertama kali ditemukan pada tahun 1999 oleh tim peneliti Mayo Clinic. Dalam keadaan normal, sistem imun adaptif merespons sinyal bahaya eksogen atau endogen dan melakukan serangan balik melalui ekspansi klonal sel T CD8+ atau sel T pembantu CD4+. Namun, ketika PD-L1 mengikat reseptornya PD-1, ia mengirimkan sinyal penghambatan dan mengurangi proliferasi sel T spesifik antigen.
Peran PD-L1 tidak terbatas pada penghambatan aktivitas sel T, tetapi juga membantu mengatur kelangsungan hidup sel T regulator.
Selama kehamilan, toleransi imun ibu terhadap janin merupakan kondisi yang diperlukan untuk kelangsungan hidup. Penelitian telah menunjukkan bahwa ekspresi PD-L1 meningkat di plasenta dan jaringan di sekitarnya, yang meningkatkan toleransi ibu terhadap janin. Proses ini tidak hanya mencegah janin diserang oleh sistem imun ibu, tetapi juga membantu menciptakan lingkungan mikro yang sesuai untuk mendukung perkembangan janin yang normal.
Di plasenta, ekspresi PD-L1 yang tinggi memungkinkan sel janin bertahan hidup di dalam ibu sambil menghindari pemicu respons imun.
Selain PD-1, PD-L1 juga dapat berinteraksi dengan molekul kostimulator lainnya seperti CD80, dan interaksi ini selanjutnya akan memengaruhi inisiasi dan penekanan respons imun. Terutama selama kehamilan, aksi sinergis dari molekul terkait ini memastikan bahwa sistem imun tidak bereaksi berlebihan.
PD-L1 menghambat sinyal aktivasi sel T dengan mengikat PD-1. Secara khusus, pengikatan ini memengaruhi proses fosforilasi ZAP70, sehingga mengurangi produksi IL-2. Selain itu, PD-L1 juga mendorong penurunan regulasi rantai CD3, sehingga respons sel T Naif terhadap antigen menjadi lebih tumpul.
Fungsi imunomodulatori PD-L1 ini menjadikannya target terapi yang potensial, terutama dalam pengobatan penyakit yang berhubungan dengan imun.
Dengan berkembangnya imunoterapi kanker, pentingnya klinis PD-L1 secara bertahap diakui. Misalnya, tingkat ekspresi PD-L1 dapat memprediksi respons pasien kanker terhadap imunoterapi. Pada beberapa tumor, peningkatan regulasi PD-L1 dapat memungkinkan sel kanker menghindari pengawasan imun inang, sehingga mendorong pertumbuhan dan penyebaran tumor.
Misalnya, banyak penelitian telah menunjukkan bahwa pasien dengan karsinoma sel ginjal yang memiliki ekspresi PD-L1 yang tinggi pada tumor mereka memiliki tingkat kelangsungan hidup yang jauh lebih rendah, yang menunjukkan bahwa PD-L1 mungkin merupakan sinyal yang tidak diinginkan pada kanker.
Selain kanker, peran PD-L1 dalam penyakit autoimun juga menarik banyak perhatian. Penelitian telah menemukan bahwa blokade jalur PD-1/PD-L1 dapat menyebabkan eksaserbasi penyakit pada beberapa model autoimun, yang menunjukkan bahwa jalur ini juga penting dalam mengatur autoimunitas.
Pengaturan PD-L1 dapat memengaruhi perkembangan banyak penyakit autoimun dan memberikan perspektif baru untuk memahami penyakit ini.
Dapat dilihat bahwa peran PD-L1 dalam mengatur respons imun tidak dapat diremehkan, terutama selama kehamilan. Mekanisme ini membantu ibu untuk menoleransi janin. Dengan semakin mendalamnya penelitian, kita mungkin dapat lebih memahami peran protein ini dalam berbagai kondisi fisiologis dan patologis, dan menyediakan kemungkinan jalur untuk pengembangan pengobatan baru. Dalam penelitian mendatang, bagaimana cara menggunakan PD-L1 dengan lebih baik untuk meningkatkan pengawasan kekebalan pasien dan efektivitas pengobatan adalah pertanyaan yang layak untuk dipikirkan.