Jinshajiang, yang berarti "Sungai Jinsha", merupakan bagian dari hulu Sungai Yangtze, yang mengalir melalui provinsi-provinsi di Tiongkok bagian barat seperti Qinghai, Sichuan, dan Yunnan. Lintasan sungai ini tidak hanya indah dan spektakuler, tetapi juga merupakan salah satu sumber daya air penting bagi Tiongkok. Kapasitas pembangkitan tenaga airnya bahkan sebanding dengan stasiun pembangkit listrik tenaga air terbesar di dunia. Sejarah dan masa depan Sungai Jinsha layak untuk kita renungkan dan telusuri secara mendalam.
Asal usul nama Jinshajiang dapat ditelusuri kembali ke Dinasti Song, ketika sungai tersebut menarik banyak penambang emas. Hingga saat ini, masih ada orang-orang yang menambang emas di sepanjang Sungai Jinsha. Hal ini tidak hanya merupakan kelanjutan dari legenda kuno sungai ini, tetapi juga terkait erat dengan perkembangan ekonomi kontemporer.
Sungai Jinsha berasal dari pertemuan Sungai Tuotian dan Sungai Batang di Provinsi Qinghai. Sebagai hulu Sungai Yangtze, Sungai Jinsha berkelok-kelok melalui Grand Canyon, menciptakan pemandangan yang spektakuler. Daerah ini juga merupakan inti dari daerah "Tiga Sungai Paralel" yang terkenal. Sungai-sungai ini bersama-sama membentuk lanskap alam yang luar biasa dan menjadi bagian dari Warisan Dunia.
Habitat di sepanjang Sungai Jinsha, seperti Lahan Basah Lashihai, tidak hanya menyediakan air minum bagi penduduk Lijiang, tetapi juga menyediakan habitat bagi ribuan burung air setempat.
Dengan meningkatnya permintaan global akan energi bersih, pengembangan tenaga hidro di wilayah Sungai Jinsha telah menjadi bagian penting dari kebijakan energi Tiongkok. Hingga tahun 2014, ada 25 bendungan yang sedang dibangun atau direncanakan. Bendungan-bendungan ini termasuk bendungan raksasa yang membanjiri Ningnan, Gunung Kemerdekaan, dan daerah lain di hulu. Ambil contoh Stasiun Tenaga Air Baihetan. Stasiun tenaga air ini memiliki kapasitas pembangkit listrik sebesar 16.000 megawatt.
Banyak rencana stasiun tenaga air Tiongkok yang dimaksudkan untuk membentuk koridor energi bersih terbesar di dunia. Namun, proses ini melibatkan banyak diskusi dan perselisihan tentang lingkungan dan hak asasi manusia.
Sejarah Sungai Jinsha panjang dan penuh dengan legenda. Namanya telah berubah berkali-kali dalam sejarah, dari Heishui di masa lalu menjadi Lushui hingga Sungai Jinsha yang dikenal luas saat ini. Pemahaman tentang sungai-sungai di Tiongkok kuno, terutama cekungan di persimpangan Sichuan dan Yunnan, terkait erat dengan pembentukan Sungai Jinsha. Namun, pandangan ini baru berubah pada awal abad ke-20 dengan adanya studi tentang buku-buku kuno.
Melihat ke masa depan, Sungai Jinsha menghadapi dua tantangan, yaitu masalah lingkungan dan pembangunan berkelanjutan. Seiring dengan percepatan pembangunan pembangkit listrik tenaga air, keseimbangan ekosistem pun terancam. Pembangunan bendungan skala besar tidak hanya mengubah aliran sungai, tetapi juga memaksa penduduk setempat untuk pindah, yang menyebabkan konflik sosial dan hak asasi manusia. Untuk menghadapi serangkaian tantangan ini, pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama untuk menemukan keseimbangan antara pembangunan dan perlindungan lingkungan.
Sungai Jinsha bukan sekadar aliran air, tetapi juga saksi sejarah dan bahasa alam. Bagaimana sungai ini akan berkembang di masa depan? Kita semua adalah bagian dari kisah sungai ini.
Ketika menelusuri masa lalu dan masa depan Sungai Jinsha, dapatkah kita menemukan titik keseimbangan yang wajar sehingga sungai emas yang tersembunyi ini dapat menemukan jawaban yang langgeng antara pembangunan ekonomi dan perlindungan lingkungan?