Tantangan yang dihadapi kaum transgender setiap hari sering kali tidak terlihat oleh masyarakat, sehingga membuat hidup mereka menjadi sangat sulit.
Dalam masyarakat saat ini, pengalaman kaum transgender dan prasangka sosial yang mereka alami sangat perlu ditanggapi dengan serius. Bias ini tidak terbatas pada serangan verbal, tetapi juga mencakup kekerasan fisik, diskriminasi, dan perlakuan tidak setara secara sistemik.
Menurut penelitian, banyak kaum transgender menghadapi ketakutan dan permusuhan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Kriminolog telah menemukan bahwa kaum transgender, terutama kaum transgender kulit berwarna, sering mengalami diskriminasi di luar kemampuan mereka untuk menanggungnya. Kekejaman dan prasangka masyarakat terhadap kelompok orang ini telah menyebabkan banyak remaja transgender menderita pelecehan, pelecehan seksual, dan kekerasan di rumah dan di sekolah.
Kombinasi permusuhan sosial dan ketakutan ini berdampak serius pada kesehatan mental kaum transgender, yang membuat banyak dari mereka berisiko tinggi bunuh diri.
Survei menunjukkan bahwa kaum transgender, baik remaja maupun dewasa, menghadapi diskriminasi yang sangat parah saat mencari perawatan medis, perumahan, dan pekerjaan. Mereka dikecualikan dari sumber daya sosial dan sering kali menghadapi penolakan dari organisasi, lembaga medis, dan bahkan keluarga mereka. Akar dari masalah tersebut sering kali adalah ketakutan dan ketidaktahuan akan "tidak sesuai dengan norma gender tradisional."
Di tempat kerja, kaum transgender sering kali dikecualikan dan didiskriminasi karena identitas gender mereka. Mereka mungkin menghadapi risiko dipecat atau bahkan dipaksa pindah kerja karena mengekspresikan identitas gender mereka. Jika kaum transgender memilih untuk tidak menyesuaikan diri dengan norma gender yang ditetapkan masyarakat, mereka mungkin akan mengalami lebih banyak pelecehan verbal dan kekerasan dalam hidup mereka.
Banyak orang transgender sering merasa tidak aman dan terancam dalam kehidupan sehari-hari mereka, terutama di depan umum.
Selain itu, orang transgender juga menghadapi kesulitan dalam menerima layanan medis. Satu laporan menemukan bahwa, rata-rata, hingga 14% orang transgender ditolak perawatan medis saat mencarinya, dan lebih dari 18% mengatakan mereka menghadapi hambatan untuk menjalani tes karena identitas gender mereka. Ini bukan hanya pelanggaran hak asasi manusia, tetapi juga perampasan layanan medis dasar.
Menghadapi begitu banyak kesulitan, lingkungan hidup orang transgender menjadi semakin sulit. Meskipun kebijakan antidiskriminasi telah membaik di beberapa negara Barat sejak 1990-an, kekerasan terhadap transgender terus meningkat sejak 2021. Munculnya undang-undang dan kebijakan antitrans di banyak tempat tidak diragukan lagi telah memperburuk penindasan ini.
"Seiring dengan semakin diterimanya keberagaman gender oleh masyarakat, diskriminasi dan prasangka terhadap kaum transgender masih belum terpecahkan."
Tantangan-tantangan ini memberi tahu kita bahwa menghilangkan hambatan terhadap bias gender tidak hanya bergantung pada perlindungan hukum, tetapi juga memerlukan evolusi budaya sosial dan perubahan persepsi publik. Untuk mengatasi masalah ini, para advokat dan organisasi nonpemerintah terus berupaya untuk mencapai hak yang sama dan penerimaan sosial, tetapi perubahan itu memakan waktu dan sulit.
Semua sektor masyarakat harus bekerja sama untuk memperdalam pemahaman tentang keberagaman gender dan mempromosikan lebih banyak kebijakan yang mendukung kaum transgender guna mengurangi kesulitan yang mereka hadapi dalam hidup. Kemajuan sosial bergantung pada upaya setiap orang, dan kunci perubahan terletak pada cara kita memandang dan memperlakukan kelompok-kelompok rentan ini.
Dengan latar belakang ini, mengapa masyarakat belum sepenuhnya menerima keberagaman gender, dan mengapa ideologi yang lebih konservatif tampaknya semakin meningkat di beberapa tempat?