Reproduksi sosial adalah konsep yang menggambarkan reproduksi struktur dan sistem sosial, terutama berdasarkan demografi tertentu, latar belakang pendidikan, dan pewarisan harta benda atau hak hukum. Dengan cara ini, hubungan sosial dipertahankan dan diabadikan. Pertama kali diusulkan oleh Karl Marx dalam "Das Kapital", konsep ini merupakan perluasan dari teori reproduksi ekonomi Marx. Sosiolog Pierre Bourdieu percaya bahwa ada empat jenis modal yang memfasilitasi reproduksi sosial: modal ekonomi, modal budaya, modal sosial, dan modal simbolik. Reproduksi sosial dalam pengertian ini berbeda dari konsep kerja reproduksi dalam feminisme Marxis, yang terutama digunakan untuk menjelaskan peran perempuan dalam struktur sosial dan kelas yang lebih besar dan peran mereka sebagai pembawa anak dan dalam keluarga. Kontribusi pengasuh (yang sering tidak diakui).
Reproduksi sosial memungkinkan orang untuk tetap berada di kelas sosial yang sama dengan orang tua mereka melalui modal yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Empat jenis modal menurut Bourdieu memainkan peran penting dalam reproduksi sosial karena modal diwariskan dari satu generasi ke generasi lain, dan proses ini terus mereproduksi ketimpangan sosial. Keempat jenis modal tersebut meliputi:
Kombinasi reproduksi sosial dan reproduksi budaya memungkinkan sosiologi pendidikan untuk menetapkan perannya. Tujuan awal pendidikan adalah untuk menyamakan lingkungan yang kompetitif dan memberi kesempatan kepada golongan miskin untuk bangkit. Akan tetapi, pendidikan gagal dalam banyak hal utama; misalnya, pendidikan mahal: sekolah yang lebih baik berarti peralatan yang lebih baik, buku yang lebih baik, dan guru yang lebih baik, yang semuanya tidak mampu dibiayai oleh keluarga miskin. Oleh karena itu, memperoleh pendidikan tinggi telah menjadi hak eksklusif golongan atas, yang membuat golongan bawah memiliki sumber daya yang terbatas dan kesempatan yang lebih sedikit.
Sistem pendidikan di banyak negara berpendapatan tinggi mempolarisasi individu sejak usia dini.
Statistik menunjukkan bahwa sebagian besar siswa yang putus sekolah berada di bawah garis kemiskinan. Karena kurangnya modal, mereka tidak akan menyelesaikan pendidikan mereka karena tidak sememudahkan mereka untuk menyelesaikan pendidikan dan mencari pekerjaan untuk menghidupi diri sendiri atau keluarga mereka. Sebagian besar siswa yang putus sekolah berasal dari ras minoritas, seperti Hispanik dan Afrika-Amerika. Banyak yang tidak dapat melanjutkan pendidikan karena kekurangan dana, dan beberapa berasal dari keluarga orang tua tunggal, atau mengalami kesulitan bersekolah dan bekerja karena kematian dini salah satu orang tua. Masalah-masalah ini lebih jarang terjadi di kalangan kelas atas, sehingga kecil kemungkinan mereka putus sekolah.
Sosiologi kesehatan dan penyakit mempelajari bagaimana kehidupan sosial memengaruhi penyakit dan kematian, dan pada gilirannya. Reproduksi sosial kita memiliki konsekuensi penting bagi kesehatan kelompok, khususnya bagaimana ketidaksetaraan memengaruhi kesehatan kelompok kelas tertentu. Ketika ketidaksetaraan ekonomi meningkat, hal itu berdampak lebih besar pada kesehatan masyarakat, mulai dari umur panjang hingga kematian bayi dan, misalnya, meningkatnya angka obesitas di Amerika Serikat. Penelitian menunjukkan bahwa orang-orang yang kurang beruntung secara ekonomi memiliki hasil kesehatan yang lebih buruk.
Reproduksi sosial adalah proses penularan ketimpangan sosial lintas generasi. Kelas atas memiliki banyak keuntungan; memiliki uang berarti akses ke lebih banyak sumber daya untuk meraih kesuksesan. Sebaliknya, kelas bawah memiliki sumber daya yang relatif lebih sedikit. Dalam gerakan sosial, kita sering melihat orang berkumpul dalam protes untuk mengekspresikan ketidakpuasan mereka terhadap status quo dan percaya bahwa kapitalisme tidak memberikan solusi yang baik. Struktur sosial yang stabil cenderung mempertahankan anak-anak miskin di kelas bawah yang miskin, sementara anak-anak kaya mewarisi modal sosial dan ekonomi yang sangat besar.
Kelas bawah adalah kelas yang terdampak oleh kemiskinan, tuna wisma, dan pengangguran, yang sering menghadapi kesulitan membayar tagihan dan mengalami kerawanan pangan dan bahkan kurangnya akses ke perawatan kesehatan sebagai akibatnya. Media sering melabeli mereka sebagai pemalas, pelaku penyalahgunaan sistem, atau penjahat.
Kelas pekerja umumnya tidak berpendidikan baik. Mereka sebagian besar terlibat dalam pekerjaan kasar, dengan upah yang relatif rendah dan kesempatan promosi yang terbatas. Sebagian besar anggota kelas ini berasal dari etnis minoritas.
Kelas menengah secara garis besar dapat dibagi menjadi dua kelompok independen, atas dan bawah. Setengah bagian atas memiliki lebih banyak profesional dan pemilik bisnis yang berpendidikan, sedangkan setengah bagian bawah seperti kelas bawah, dengan pendidikan dan pendapatan yang lebih rendah. Kebanyakan orang berjuang untuk mempertahankan karier yang stabil setelah menerima pendidikan.
Kelas atas mengendalikan 25% kekayaan negara, dan sebagian besar memiliki keuntungan dari kekayaan keluarga jangka panjang dan pilihan pendidikan yang biasa. Pendidikan dan sumber daya yang mereka terima memberi keturunan mereka peluang yang lebih baik.
Dalam konteks meningkatnya ketimpangan sosial ini, dapatkah kita menemukan terobosan nyata untuk memperbaiki ketimpangan sosial?