Dalam bidang kimia komputasional dan fisika nuklir, metode klaster terkopel (CC) banyak digunakan sebagai teknik numerik untuk menggambarkan sistem multibodi. Sebagai metode prinsip pertama pasca-Hartree–Fock, klaster terkopel tidak diragukan lagi merupakan metode yang paling andal untuk perhitungan akurat molekul berukuran kecil hingga sedang. Ide intinya adalah menggunakan operator klaster eksponensial untuk membangun fungsi gelombang multielektron, sehingga dapat mempertimbangkan korelasi elektron.
Pengembangan teori klaster terkopel dapat ditelusuri kembali ke awal tahun 1950-an, ketika fisikawan Fritz Coester dan Hermann Kümmel mengusulkan teori tersebut untuk mempelajari fenomena fisika nuklir. Selanjutnya, pada tahun 1966, Jiří Čížek dan rekannya Josef Paldus merumuskan kembali metode tersebut sehingga dapat diterapkan pada korelasi elektron dalam atom dan molekul. Hingga saat ini, teori klaster terkopel telah menjadi salah satu metode paling populer dalam penelitian kimia kuantum termasuk korelasi elektron.
Teori klaster berpasangan dapat dilihat sebagai varian perturbatif dari teori multielektron, yang disebut sebagai "teori multielektron berpasangan berpasangan" (CPMET).
Dalam teori klaster berpasangan, representasi fungsi gelombang didasarkan pada asumsi eksponensial. Asumsi semacam itu tidak hanya menunjukkan sifat matematika yang baik, tetapi juga memastikan konsistensi ukuran solusi, yang berbeda dari banyak metode lainnya. Misalnya, saat menggunakan Hartree–Fock terbatas (RHF) sebagai fungsi gelombang patokan, hasil klaster berpasangan stabil bahkan saat ikatan putus dan tidak salah mengklasifikasikan molekul sebagai ion bermuatan.
Dengan menggunakan metode klaster berpasangan, kalkulasi dengan akurasi tinggi dapat dikembalikan bahkan dalam lingkungan yang kompleks, yang merupakan keuntungan yang jelas dibandingkan metode lainnya.
Dalam teori kluster terkopel, Hamiltonian H sistem bekerja pada fungsi gelombang |Ψ⟩ dan dapat ditulis sebagai:
H | Ψ ⟩ = E | Ψ ⟩
Di mana E adalah energi pasti dari keadaan dasar. Dengan menggunakan teori kluster terkopel, kita juga dapat memperoleh solusi untuk keadaan tereksitasi melalui metode seperti respons linier dan persamaan gerak. Ekspresi fungsi gelombang kluster terkopel adalah:
| Ψ ⟩ = e^T | Φ₀ ⟩
Di sini, |Φ₀⟩ biasanya merupakan determinan Slater yang dibangun berdasarkan orbital molekul Hartree–Fock. Operator klaster T bertanggung jawab untuk mengubah fungsi gelombang referensi menjadi keadaan tereksitasi, yang selanjutnya memperhitungkan korelasi beberapa elektron.
Keuntungan utama dari metode klaster terkopel adalah dapat memberikan solusi eksak untuk persamaan Schrödinger yang tidak bergantung waktu untuk sistem kuantum.
Operator klaster terkopel dapat didekomposisi menjadi jumlah waktu eksitasi individual. Ini berarti bahwa T dapat dinyatakan sebagai:
T = T₁ + T₂ + T₃ + ...
Di mana T₁ mewakili semua operator eksitasi tunggal, dan T₂ mewakili semua operator eksitasi ganda. Keuntungan dari dekomposisi ini adalah dapat diterapkan pada jumlah eksitasi untuk membangun solusi fungsi gelombang yang lebih kompleks.
Dalam perhitungan aktual, meskipun ekspansi eksponensial dapat menjadi cukup besar, secara teori, hasil yang relatif akurat dapat diperoleh dengan hanya mempertimbangkan kontribusi T₁ dan T₂. Terutama dalam prosedur komputasi mikroskopis, penyertaan lebih lanjut dari eksitasi triplet sangat penting untuk akurasi.
Bahkan pada tingkat eksitasi yang lebih tinggi, teori kluster berpasangan sering kali dapat menangkap korelasi dalam sistem lebih baik daripada metode seperti interaksi konfigurasi (CI).
Dengan kemajuan teknologi komputasi, metode kluster berpasangan menjadi semakin dapat diterapkan, mulai dari molekul kecil hingga reaksi kimia yang lebih kompleks, dan bahkan di bidang ilmu material dan biologi. Penelitian saat ini tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan efisiensi komputasi, tetapi juga untuk mengungkap fenomena fisika dan kimia yang lebih maju.
Banyak ilmuwan dan peneliti juga tengah mengeksplorasi variasi metode klaster terkopel dan aplikasinya di bidang-bidang yang sedang berkembang. Potensi perluasan pendekatan teoretis ini niscaya akan semakin meningkatkan kedalaman dan keluasan penelitian ilmiah dan memungkinkan kita untuk memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang dunia materi mikroskopis.
Dapatkah teori klaster terkopel menjawab lebih banyak misteri ilmiah yang belum terpecahkan di masa mendatang?