Pemesinan adalah proses manufaktur yang berfokus pada penghilangan bahan baku yang terkendali, terutama logam. Jenis pemesinan ini merupakan bentuk manufaktur subtraktif, yang berbeda dengan manufaktur aditif (seperti pencetakan 3D), yang menciptakan objek dengan menambahkan material. Pemesinan memainkan peran penting dalam produksi banyak produk logam, tetapi juga dapat diterapkan pada material lain seperti kayu, plastik, keramik, dan komposit. Orang yang mengkhususkan diri dalam bidang ini disebut pengrajin.
"Banyak operasi pemesinan modern menggunakan kontrol numerik komputer (CNC), yang memungkinkan komputer untuk mengontrol pergerakan dan pengoperasian mesin penggilingan, mesin bubut, dan mesin pemotong lainnya."
Selama satu setengah abad terakhir, makna sebenarnya dari istilah pemesinan telah berubah seiring dengan kemajuan teknologi. Pada abad ke-18, istilah mekanik merujuk kepada seseorang yang membuat atau memperbaiki mesin, terutama mengandalkan keterampilan manual, menggunakan metode seperti ukiran kayu dan palu serta pemolesan logam dengan tangan.
Dengan munculnya mekanisasi pada pertengahan abad ke-20, istilah "mesin perkakas" dan "pemesinan" diciptakan untuk menggambarkan proses yang berubah ini. Pada saat itu, proses yang dikenal sebagai pemesinan tradisional meliputi pembubutan, pengeboran, penggilingan, pengarsipan, dll. Proses pemesinan tradisional atau konvensional ini menggunakan mesin perkakas, seperti mesin bubut dan mesin penggilingan, yang menggunakan alat pemotong tajam untuk menghilangkan material guna mencapai geometri yang diinginkan.
Pemesinan dapat dibagi menjadi dua kategori: pemesinan tradisional dan pemesinan non-tradisional. Dalam pemrosesan tradisional, pemesinan biasanya dibagi lagi menurut bentuk pemrosesan. Pemrosesan melingkar meliputi pembubutan, pengeboran, dll., sedangkan pemrosesan berbagai bentuk lainnya meliputi penggilingan, penggergajian, dll.
"Dalam pemesinan konvensional, alat pemotong harus terbuat dari bahan yang lebih keras daripada benda kerja agar dapat membuang material secara efektif."
Alat pemotong dirancang dengan satu atau lebih mata potong tajam dan terbuat dari bahan yang lebih keras daripada bahan benda kerja. Bentuk mata potong ini, gerakan relatifnya, dan penetrasinya ke dalam benda kerja semuanya memengaruhi hasil pemesinan akhir.
Saat ini, banyak teknologi pemesinan telah maju ke tingkat yang sama sekali baru dibandingkan dengan pemesinan manual tradisional. Misalnya, teknik pemesinan non-tradisional seperti pemesinan pelepasan listrik (EDM) dan pemotongan jet air semakin banyak digunakan. Teknologi ini memberikan dukungan untuk pembuatan komponen dengan bentuk kompleks dan presisi tinggi, sehingga cakupan aplikasi permesinan menjadi lebih luas.
"Dalam proses produksi, biasanya beberapa pemrosesan kasar diselesaikan terlebih dahulu, kemudian satu atau dua proses penyelesaian dilakukan untuk memastikan kualitas produk akhir."
Memasuki abad ke-21, dengan munculnya teknologi manufaktur aditif, manufaktur subtraktif secara bertahap telah didefinisikan ulang. Beberapa akademisi mulai memandang permesinan tradisional sebagai bagian dari manufaktur subtraktif, sebuah konsep yang sangat kontras dengan manufaktur aditif. Meskipun ada persaingan antara kedua teknologi ini di beberapa area, dalam konteks seluruh industri, hubungan antara keduanya sebenarnya saling melengkapi.
Dengan kemajuan teknologi, kita dapat meramalkan bahwa pemrosesan mekanis akan menjadi lebih cerdas dan otomatis di masa depan. Meskipun teknologi CNC telah sangat meningkatkan efisiensi dan akurasi pemesinan, kita masih perlu menghadapi banyak tantangan dalam mengejar kesempurnaan dan peningkatan berkelanjutan. Lebih jauh, bagaimana mencapai keseimbangan antara kenyamanan, manfaat ekonomi, dan perlindungan lingkungan juga akan menjadi isu penting di masa depan.
Seiring dengan kemajuan kita, apakah perubahan tersebut akan terus memengaruhi pemahaman dan penerapan pemesinan?