Sejarah Hukuman Fisik: Bagaimana Pengaruh Inggris Membentuk Budaya Sekolah?

Penggunaan hukuman fisik di sekolah sering kali dianggap sebagai respons langsung terhadap perilaku buruk siswa. Budaya hukuman ini begitu mengakar di Inggris pada abad ke-19 dan ke-20 sehingga berdampak besar pada sistem pendidikan di banyak negara berbahasa Inggris. Menurut konsep hukum umum

"in loco parentis"

, guru diyakini memiliki hak untuk mendisiplinkan siswa yang tidak mematuhi aturan, yang tercermin serupa di banyak latar belakang budaya. Sejak saat itu, penggunaan hukuman fisik di sekolah telah memicu perdebatan luas, dengan dukungan dan pertentangan.

Latar belakang sejarah dan akar budaya

Hukuman fisik di Inggris sebagian besar ditujukan pada remaja laki-laki, dan penggunaannya sering disebutkan dalam literatur dan budaya sosial. Seiring berjalannya waktu, meskipun praktik ini secara bertahap dilarang oleh hukum, pengaruh budayanya tetap luas. Pada tahun 1987, sekolah negeri dan swasta di Inggris telah sepenuhnya melarang praktik ini.

Dasar hukum hukuman fisik

Pandangan hukum tentang hukuman fisik juga telah berubah seiring waktu. Menurut hukum kasus Inggris dari tahun 1770, guru memiliki kewenangan yang sama dengan orang tua. Hal ini membuat hukuman fisik dianggap legal di beberapa negara. Jejak serupa dari konsep ini dapat ditemukan di Tiongkok dan beberapa negara lain.

Situasi dan tren terkini

Menurut data terkini, sekitar 128 negara telah melarang hukuman fisik di sekolah, sementara banyak negara Eropa dan Amerika Selatan sering menyerukan perlindungan hak-hak anak. Pada saat yang sama, beberapa negara bagian AS bagian selatan dan beberapa negara Afrika dan Asia masih mengizinkan hukuman semacam itu.

"Banyak ahli menunjukkan bahwa hukuman fisik tidak memperbaiki perilaku siswa dan malah dapat menyebabkan masalah sosial yang lebih besar."

Dampak pada siswa

Menurut penelitian dari American Academy of Pediatrics, hukuman fisik tidak hanya gagal meningkatkan prestasi akademik, tetapi juga dikaitkan dengan berbagai dampak negatif bagi siswa, termasuk peningkatan perilaku agresif, suasana hati tertekan, dan kecemasan. Menurut penelitian, metode disiplin non-kekerasan alternatif lebih efektif dalam meningkatkan pembelajaran dan peningkatan perilaku siswa.

Alternatif

Para ahli yang menentang hukuman fisik merekomendasikan agar pendidik menggunakan metode non-kekerasan untuk mengelola perilaku siswa. Membangun lingkungan komunikasi yang baik, menghormati siswa, dan mendorong manajemen diri dianggap sebagai alternatif yang efektif.

Hak Siswa dan Hukum Internasional

Menurut Konvensi Hak Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa, negara-negara harus mengambil langkah-langkah untuk melindungi anak-anak dari segala bentuk kekerasan fisik atau mental. Konvensi ini dengan jelas menyatakan bahwa hak-hak anak tidak boleh dilanggar di sekolah dan bahwa penggunaan hukuman fisik bertentangan dengan semangat ini.

Perspektif Global

Secara global, negara-negara memiliki sikap yang berbeda terhadap hukuman fisik di sekolah. Beberapa negara, seperti Polandia, melarang praktik tersebut sejak tahun 1783, sementara yang lain belum mengubahnya hingga hari ini. Latar belakang hukum dan budaya ini membuat orang berpikir: Apakah hukuman semacam ini masih diperlukan dalam sistem pendidikan?

Ketika kita melihat kembali metode pendidikan masa lalu, bagaimana hukuman fisik memengaruhi budaya sekolah kontemporer? Dalam konsep pendidikan masa depan, bagaimana kita akan menyeimbangkan batasan antara disiplin dan martabat?

Trending Knowledge

Memukul di sekolah? Mengapa hukuman fisik masih diperbolehkan di beberapa negara?
Penggunaan hukuman fisik di sekolah telah memicu perdebatan luas. Apa sebenarnya hukuman fisik itu? Sederhananya, ini adalah bentuk hukuman di mana rasa sakit fisik secara sengaja ditimpakan kepada si
Hukuman Fisik di Sekolah: Mengapa Tradisi Ini Masih Ada?
Hukuman fisik masih menjadi topik kontroversial di banyak sekolah. Bentuk hukuman tradisional ini biasanya merujuk pada hukuman fisik melalui cara-cara tertentu, seperti memukul tubuh siswa dengan ton

Responses