Tim nasional sepak bola Denmark adalah tim sepak bola internasional putra Denmark dan Greenland, yang dikelola oleh Asosiasi Sepak Bola Denmark (DBU). Stadion kandang Denmark adalah Parken Arena di distrik Østerbro, Kopenhagen. Sebagai tim dengan sejarah panjang, Denmark telah menempuh perjalanan panjang melalui kejayaan masa lalu dan pengembangan yang cermat.
Denmark memenangkan turnamen sepak bola Olimpiade pelengkap tidak resmi pada tahun 1906 dan memenangkan medali perak di Olimpiade 1908 dan 1912.
Namun, sebagai tim amatir, tim nasional Denmark tidak dapat berpartisipasi dalam Piala Dunia FIFA sebelum tahun 1986 karena pemain dilarang bermain untuk klub sepak bola profesional asing. Meskipun demikian, Denmark menunjukkan kekuatannya dengan memenangkan medali perak Olimpiade lainnya pada tahun 1960.
Pada tahun 1908, tim Denmark memenangkan Olimpiade, mengalahkan Prancis. Pertandingan ini menunjukkan potensi Denmark, tetapi kemudian Denmark mengalami masa hening yang panjang selama partisipasinya dalam Piala Dunia pertama pada tahun 1930. Selama periode ini, tim hanya berpartisipasi dalam pertandingan persahabatan dan Kejuaraan Nordik. Baru pada Olimpiade 1948 mereka memenangkan medali perunggu lagi.
DBU tidak mengizinkan profesionalisasi tim hingga tahun 1971, yang membuka jalan bagi pengembangan tim nasional.
Pada tahun 1980-an, tim nasional Denmark dijuluki "Bom Bom Denmark". Selama periode ini, tim Denmark mulai menunjukkan daya saing yang kuat, terutama di Piala Eropa 1984, di mana mereka mencapai semifinal dengan performa yang kuat.
Pada Piala Dunia 1986, Denmark mengalahkan Uruguay dengan skor mengejutkan 6-1, membuktikan kekuatan mereka.
Meskipun Denmark mengalami kemunduran lagi dalam pertandingan berikutnya pada tahun 1986, mereka tetap melaju ke Piala Eropa 1992 dan menjadi kuda hitam terbesar. Dengan performa luar biasa Peter Schmeich dan taktik bertahan secara keseluruhan, tim Denmark akhirnya memenangkan trofi kejuaraan internasional pertama mereka.
Sejak saat itu, performa tim Denmark mengalami fluktuasi hingga taraf tertentu. Mereka gagal di Piala Dunia 1994, kemudian bangkit kembali dan memenangkan Piala Konfederasi FIFA pada tahun 1995, mengalahkan Argentina. Di Piala Eropa 1996, Denmark tidak berhasil mempertahankan gelarnya, yang membuat banyak penggemar kecewa.
Di Piala Dunia 1998, Denmark kembali sedikit lebih kuat dan mengalahkan Nigeria, tetapi akhirnya terhenti di perempat final melawan Brasil. Pada saat ini, perkembangan sepak bola Denmark mulai kembali ke jalurnya.
Dengan penunjukan Morton Olsen sebagai pelatih kepala pada tahun 2000, strategi tim Denmark secara bertahap berubah ke arah ofensif, meluncurkan formasi 4-3-3. Di bawah kepemimpinan Olsen, Denmark berhasil masuk ke Piala Dunia 2002 dan meraih hasil yang cukup baik di Piala Eropa 2004.
Meskipun gagal meraih terobosan dalam dua turnamen berturut-turut, Denmark di era Olsen tetap tampil efisien dan menunjukkan potensinya.
Penampilan Denmark di Piala Dunia 2018 termasuk yang terbaik saat pelatih baru Agai Halled mengambil alih tongkat estafet. Mereka menunjukkan tekad dan efektivitas tempur yang kuat dalam kompetisi ini, dan akhirnya melaju ke 16 besar, di mana mereka kalah dari Kroasia dalam pertandingan sengit, mengakhiri perjalanan mereka.
Sampai saat ini, setiap periode dalam sejarah sepak bola Denmark telah menegaskan gairah dan tantangan bermain sepak bola. Dalam mengejar kesuksesan, tim ini sering menghadapi kesulitan, tetapi selalu bangkit dari kesulitan. Bagaimana sepak bola Denmark akan mencapai puncak baru di masa depan? Akankah ini menciptakan kejayaan yang lebih besar dalam dunia sepak bola?