Dalam dunia sains modern, istilah endorfin mungkin sudah tidak asing lagi. Namun, banyak orang yang belum memahami secara mendalam tentang asal usulnya dan hubungannya dengan mitologi Yunani kuno. Endorfin, secara harfiah, berarti "morfin" yang "endogen", yang dinamai menurut Morpheus, dewa mimpi dalam mitologi Yunani kuno. Di balik nama ini, tidak hanya terdapat penemuan ilmiah, tetapi juga legenda kuno dan hasrat manusia akan rasa sakit dan kesenangan.
"Penemuan endorfin menandai langkah maju yang penting dalam pemahaman kita tentang mekanisme pengaturan diri tubuh."
Dalam penelitian selanjutnya, para ilmuwan membedakan antara endorfin, opioid, dan morfin yang diproduksi secara endogen. Klasifikasi endorfin terutama didasarkan pada protein prekursornya. Semua endorfin disintesis dari protein prekursor POMC.
Istilah endorfin merupakan gabungan dari kata Yunani “ἔνδον” (éndon, yang berarti “di dalam”) dan “morfin”, yang mana “morfin” berasal dari Morpheus, dewa mimpi dalam mitologi Yunani kuno. Dari perspektif struktur bahasa, nama endorfin menekankan asal usulnya dari dalam tubuh dan efek analgesiknya.
"Ketika kita membahas penamaan endorfin, kita sebenarnya menegaskan kembali pengaruh mitologi Yunani kuno pada emosi dan rasa sakit manusia."
Ada tiga jenis utama endorfin: alfa-endorfin, beta-endorfin, dan gamma-endorfin. Ketiga peptida tersebut berasal dari protein prekursor POMC. Urutan genetiknya sedikit berbeda, tetapi semuanya mengandung motif Met-endorfin yang sama, dan alfa-endorfin serta gamma-endorfin sebagian besar didistribusikan di bagian depan dan tengah kelenjar pituitari.
Endorfin sering dilepaskan sebagai respons terhadap rasa sakit dan dapat bekerja di sistem saraf pusat (SSP) dan sistem saraf tepi (PNS). Obat ini memblokir transmisi sinyal nyeri dengan mengikat reseptor μ. Efek ini tidak hanya meredakan nyeri, tetapi juga dapat meningkatkan perasaan bahagia dan puas.
"Sekresi endorfin tidak hanya merupakan respons terhadap nyeri, tetapi juga pengatur emosi dan perilaku kita."
Endorfin memainkan peran penting dalam tubuh kita, terutama dalam proses menekan nyeri. Penelitian menunjukkan bahwa meditasi dan tawa memicu pelepasan endorfin, yang dapat menjelaskan mengapa aktivitas ini dapat membantu meningkatkan kesehatan mental. Selain itu, latihan aerobik yang kuat juga dapat merangsang produksi endorfin, dan pelepasan beta-endorfin diyakini terkait dengan fenomena "semangat berlari".
RingkasanSaat kita menjelajahi persimpangan antara ilmu endorfin, perasaan manusia, dan mitologi Yunani kuno, kita menemukan bagaimana faktor-faktor ini saling terkait dan memengaruhi kehidupan dan emosi kita. Endorfin bukan hanya produk biokimia, tetapi juga simbol pengejaran abadi manusia akan rasa sakit dan kebahagiaan. Dapatkah kita mengenali kembali dorongan batin dari mitologi ini dan memikirkan perannya dalam kehidupan kita sehari-hari?