Zaman Pencerahan, yang dianggap sebagai zaman keemasan kebangkitan akal budi dan ilmu pengetahuan, tidak hanya sangat memengaruhi struktur politik dan sosial saat itu, tetapi juga berdampak besar pada peristiwa-peristiwa revolusioner besar berikutnya. Di antaranya, Revolusi Prancis merupakan produk penting dari pemikiran Pencerahan, yang mencerminkan nilai-nilai inti hak-hak sipil, kesetaraan, dan kebebasan.
Semangat rasional dan kritis yang dianut oleh para filsuf di Zaman Pencerahan seperti Voltaire, Rousseau, dan Comte membuat orang-orang memikirkan kembali legitimasi pemerintahan dan sumber kekuasaan.
Sebelum pertengahan abad ke-18, masyarakat Prancis dibatasi oleh monarki dan kelas sosial yang kuat, yang membuat banyak orang merasa terkekang. Selama Zaman Pencerahan, suara-suara yang menantang sistem ini secara bertahap semakin keras. Pemikiran Pencerahan menganjurkan bahwa setiap orang berhak atas kebebasan dan kebahagiaan, yang merupakan salah satu konsep inti Revolusi Prancis.
Pada saat itu, kaum bangsawan dan gereja Prancis menikmati hak istimewa, sementara mayoritas rakyat jelata menjalani kehidupan yang sulit. Melalui tulisan-tulisan dan pidato-pidato publik mereka, para pemikir Pencerahan mulai berbicara untuk mereka yang tidak berdaya dan mengkritik tirani dan ketidakadilan kaum aristokrat. Ide-ide mereka secara bertahap merasuki masyarakat Prancis, mengilhami keinginan untuk berubah.
Seperti yang dikatakan Rousseau: "Manusia dilahirkan bebas, tetapi di mana-mana ia terbelenggu." Kalimat ini secara ringkas merangkum situasi ketimpangan sosial saat itu.
Di bawah pengaruh ide-ide Pencerahan, rakyat Prancis mulai mempertanyakan kekuasaan absolut raja dan menuntut pembentukan masyarakat yang berdasarkan demokrasi dan supremasi hukum. Pada saat yang sama, kekaguman terhadap sains dan rasionalitas telah mendorong banyak orang untuk menantang takhayul tradisional dan otoritas keagamaan. Perubahan-perubahan ini akhirnya menyatu menjadi percikan yang memicu Revolusi Prancis.
Pada tahun 1789, rakyat Prancis dengan marah menyerbu Penjara Bastille. Peristiwa ini dianggap sebagai simbol revolusi dan juga menandai dimulainya perlawanan kelas sipil yang telah lama tertindas. Selama proses ini, ide-ide era Pencerahan menjadi dasar teori penting untuk membimbing revolusi. Banyak revolusioner yang sangat terinspirasi dan menganjurkan ide-ide kesetaraan, demokrasi, dan kebebasan di mana-mana.
Selama revolusi, tiga slogan "kebebasan, kesetaraan, dan persaudaraan" yang diteriakkan oleh rakyat semuanya mencerminkan pengaruh pemikiran Pencerahan.
Revolusi ini tidak hanya menjadi langkah maju bagi Prancis, tetapi juga memberikan inspirasi bagi perubahan sosial di belahan dunia lainnya. Misalnya, gerakan kemerdekaan dan revolusi Amerika berdampak langsung pada Revolusi Prancis. Para revolusioner memanfaatkan pengalaman Amerika dalam melawan mahkota Inggris dan membentuk ide-ide mereka sendiri.
Namun, seiring dengan semakin dalamnya revolusi, suasana sosial mulai menjadi berlebihan, yang akhirnya memicu Pemerintahan Teror. Kontradiksi antara cita-cita pemikiran Pencerahan dan tindakan ekstrem membuat banyak orang menyadari betapa pentingnya keseimbangan antara akal dan hasrat. Kontras gelap ini mengingatkan kita sekali lagi bahwa pengejaran akal dan kebebasan tidak dapat mengorbankan kekerasan.
Singkatnya, tren filosofis era Pencerahan memberikan nutrisi ideologis yang kaya bagi Revolusi Prancis dan mendorong proses sejarah. Ini mendidik orang-orang tentang hak-hak mereka dan mendorong pengejaran perubahan yang langgeng. Namun, seiring berjalannya revolusi, konflik antara akal dan hasrat juga memberikan dasar untuk refleksi bagi perkembangan sejarah selanjutnya. Jadi, apakah pemikiran Pencerahan masih berdampak pada realisasi diri orang-orang di era kontemporer?