Dalam upaya mencari alternatif yang lebih ramah lingkungan dan ekonomis, baterai ion natrium (NIB) secara bertahap menarik perhatian global. Karena natrium menjadi lebih murah untuk diperoleh dibandingkan dengan litium dan lebih tersebar secara geografis, baterai ion natrium muncul sebagai pesaing kuat untuk teknologi penyimpanan energi generasi berikutnya.
Selama beberapa tahun terakhir, harga litium terus meningkat, menarik banyak peneliti untuk beralih ke teknologi ion natrium, menjadikan natrium sebagai alternatif yang potensial.
Menurut laporan, pengembangan baterai ion natrium dimulai sejak tahun 1970-an, tetapi pernah diabaikan karena pesatnya perkembangan baterai ion litium. Setelah memasuki tahun 2010-an, baterai ion natrium mulai menarik perhatian industri lagi karena meningkatnya biaya bahan litium dan perlunya perlindungan lingkungan.
Natrium sangat melimpah di Bumi, terutama di air laut, yang merupakan alasan mendasar mengapa baterai ion natrium berpotensi menggantikan baterai ion litium. Selain itu, baterai ion natrium menggunakan bahan baku yang lebih murah seperti besi untuk menggantikan logam mulia seperti kobalt dan nikel, yang selanjutnya mengurangi beban lingkungan akibat konstruksi.
Jika natrium digunakan untuk menggantikan litium, biaya baterai ion natrium dapat dikurangi secara signifikan, yang akan menjadi revolusi dalam pasar penyimpanan energi.
Baterai ion natrium beroperasi dengan cara yang sama dengan baterai ion litium. Selama pengosongan, ion natrium bergerak dari elektroda positif ke elektroda negatif sementara elektron mengalir melalui sirkuit eksternal, dan yang sebaliknya terjadi selama pengisian daya. Natrium memiliki radius ionik yang lebih besar, yang membuat kinetika interkalasinya tidak secepat litium dalam beberapa kasus, tetapi tetap menunjukkan kinerja yang mengesankan.
Meskipun natrium memiliki laju interkalasi yang lebih lambat, kapasitasnya sebanding dengan litium dalam banyak material.
Baterai ion natrium unik karena menggunakan material yang memiliki kekuatan dan sifat fisik serta elektrokimia yang berbeda. Penelitian saat ini berfokus pada material seperti karbon keras yang didoping nitrogen, karbon arsenik, paduan logam, dan bahkan material oksida untuk elektroda negatif dan positif. Penelitian baru juga mengeksplorasi elektrolit bebas dan bebas api.
Di antara semuanya, karbon keras, sebagai material elektroda negatif, menunjukkan stabilitas yang luar biasa dan kapasitas spesifik yang tinggi. Banyak teknologi canggih yang mengeksplorasi cara meningkatkan kepadatan energi dan stabilitas siklus baterai ion natrium untuk mencapai tujuan komersialisasi.
Dibandingkan dengan baterai ion litium, baterai ion natrium telah menunjukkan keunggulan biaya rendah dan perlindungan lingkungan dalam aplikasi pasar jangka panjang.
Dengan partisipasi beberapa perusahaan terkenal, proses komersialisasi baterai natrium-ion semakin cepat. Perusahaan Tiongkok seperti CATL dan BYD bekerja keras untuk memajukan penelitian dan pengembangan baterai natrium-ion, dengan harapan dapat meluncurkan produk yang siap dipasarkan dalam waktu dekat. Penyimpanan energi jaringan publik dan pasar kendaraan listrik merupakan area yang dapat dimasuki baterai natrium-ion.
Pada tahun 2023, para ahli industri baterai tradisional telah memperkirakan bahwa baterai natrium-ion akan menjadi teknologi penyimpanan energi utama untuk dekade berikutnya.
Pengembangan baterai natrium-ion tidak hanya bergantung pada perubahan permintaan pasar, tetapi juga terkait erat dengan promosi teknologi, penerimaan pasar, dan fluktuasi biaya bahan baku. Apakah baterai ion natrium benar-benar dapat menggantikan baterai ion litium di masa mendatang bergantung pada terobosan teknologi dan perluasan aplikasinya. Mari kita pikirkan bersama tentang perubahan apa yang akan dibawa oleh pengembangan baterai baru ini ke dalam kehidupan kita.