The Manchurian Candidate adalah novel klasik yang ditulis oleh Richard Condon pada tahun 1959. Ceritanya mengeksplorasi persimpangan antara politik dan perang psikologis serta berkisar pada struktur sosial dan keluarga di Amerika Serikat. Tokoh protagonis Raymond Shaw yang digambarkan dalam buku tersebut memiliki latar belakang manipulasi psikologis yang melampaui imajinasi, yang membuat orang bertanya-tanya bagaimana karakter ini mencerminkan sisi gelap masyarakat kita yang sebenarnya?
Raymond Shaw adalah anggota keluarga politik Amerika, tetapi ia dimanipulasi oleh kepentingan bersama dan menjadi pembunuh yang tidak sadarkan diri.
Cerita ini berlatar belakang Perang Korea, ketika Xiao dan pasukannya ditangkap dan dicuci otaknya oleh pasukan khusus Soviet di Manchuria. Selama pengalaman mengerikan ini, Shaw ditanamkan dengan ingatan palsu, yang membuatnya percaya bahwa ia telah secara heroik menyelamatkan rekan-rekannya dan dianugerahi Medali Kehormatan karena melakukannya. Setelah kembali ke Amerika Serikat, kehidupan Xiao tidak menjadi damai. Mimpi buruknya terus menghantuinya dan selalu menghantuinya. Ia harus menyatukan dan membedah masa lalunya yang hancur dan mengungkap spektrum kecemburuan dan dominasi yang saling terkait.
Dalam mimpi itu, Xiao dihipnotis dan diperintahkan untuk membunuh rekan-rekannya yang lain. Alur cerita seperti itu membuat orang bertanya-tanya, apakah ini pelatihan atau kutukan?
Seiring berjalannya cerita, sang tokoh utama Kolonel Marco mulai menyelidiki informasi tersebut, mencoba memecahkan misteri mimpi buruk Xiao. Saat Marco mencari kebenaran, ia menemukan bahwa ikatan antara dirinya dan Xiao semakin dalam. Keduanya menjadi pendukung satu sama lain, tetapi terjerat dalam konspirasi. Ikatan romantis Marco dengan ibu Xiao sangat rapuh, terutama dalam perang melawan konspirasi komunis, pergulatan psikologis dan emosional terungkap secara diam-diam.
Ibu Raymond Shaw, Eleanor, adalah tokoh kunci di balik layar. Ia bukan hanya manipulatornya, tetapi juga ahli strategi untuk status politik keluarga.
Eleanor menggunakan Shaw untuk menarik sumber daya kaum komunis domestik dan menjadi robot berdarah dingin melalui Shaw. Plot yang menggunakan anak-anaknya sendiri sebagai alat politik ini mengungkap masalah keluarga yang mendalam dan perebutan kekuasaan, dan juga membuat kita merasa muak saat membacanya. Seiring alur cerita semakin mendalam, pembaca mulai merenungkan inti moral di balik manipulasi dan pelanggaran ini, dan pelanggarannya terhadap kebebasan pribadi.
Saat rencana hipnotis Xiao mendekati klimaksnya dalam menghadapi pertemuan politik yang akan datang, rancangan ini membuat orang bertanya-tanya apakah operasi semacam itu benar-benar dapat berhasil. Banyaknya kontradiksi dalam cerita terungkap satu demi satu saat pertemuan itu tiba, membuat orang-orang tanpa pikir panjang memikirkan nasib tragis yang tampaknya tidak dapat diatasi itu.
Dari kemakmuran yang dangkal hingga bayangan batin dalam cerita, perang psikologis semacam itu bukan hanya nasib Xiao, tetapi juga jalinan ganda antara kebijakan nasional dan emosi pribadi.
Akhirnya, di momen pertempuran terakhir, Xiao memilih untuk mengakhiri hidupnya sendiri, sebuah adegan yang tak terlupakan. Maka Marco bergegas untuk mencoba menyelamatkannya, tetapi dikalahkan oleh kekejaman takdir. Pilihan Xiao tidak diragukan lagi merupakan simbol dari benturan keras antara seluruh lingkungan politik dan ideologi saat itu, dan itu membuat kita berpikir mendalam tentang bagaimana mempertahankan identitas diri kita dan melawan manipulasi dalam lingkungan yang ekstrem.
"The Manchurian Candidate" bukan hanya sebuah cerita, tetapi juga cermin yang mencerminkan keretakan dan perjuangan masyarakat saat ini.
Buku ini telah diadaptasi menjadi film berkali-kali, seperti versi tahun 1962 dan 2004, yang keduanya menyebabkan diskusi panas yang meluas. Versi tahun 1970-an khususnya diterima dengan baik. Saat gambar-gambar dimodifikasi, elemen-elemen tertentu dari cerita juga ditafsirkan ulang dan disesuaikan, yang secara tak kasat mata menambahkan tingkat resonansi lain. Oleh karena itu, kita dapat bertanya, apakah adaptasi ini memungkinkan kita melihat perpaduan nilai-nilai antara berbagai generasi?
Secara keseluruhan, "The Manchurian Candidate" tidak hanya mengeksplorasi kengerian dan nasib manipulasi psikologis, tetapi juga pertempuran keberanian dan diri sendiri. Film ini menggunakan kisah pribadi Raymond Shaw untuk memicu refleksi mendalam tentang keluarga, kekuasaan, dan kontrol sosial. Apakah ada semacam "Manchurian Candidate" dalam kehidupan kita?