Bahan bakar kayu, atau kayu bakar, adalah sumber bahan bakar yang mencakup berbagai bentuk seperti kayu bakar, arang, serpihan kayu, pelet, dan serbuk gergaji. Pilihan berbagai bentuk ini sering kali bergantung pada sumber, kuantitas, kualitas, dan aplikasi. Di banyak daerah, kayu merupakan sumber bahan bakar yang paling mudah diakses karena orang dapat dengan mudah mengambil kayu mati atau mengumpulkannya dengan beberapa alat. Penggunaan bahan bakar kayu dapat ditelusuri kembali ke masa awal sejarah manusia. Sejak manusia menguasai keterampilan menyalakan api, kayu telah menjadi salah satu sumber energi terpenting, sehingga sejarah penggunaan kayu juga merupakan keajaiban api.
"Kayu telah digunakan sebagai bahan bakar selama ribuan tahun dan telah diandalkan oleh manusia sejak zaman kuno."
Pembakaran kayu tidak hanya menyediakan fungsi pemanas dan memasak, tetapi juga digunakan untuk menggerakkan mesin uap dan generator. Saat ini, kayu banyak digunakan dalam tungku, tungku api, dan perapian di dalam ruangan, dan juga umum digunakan dalam tungku api, api unggun, dan api unggun di luar ruangan.
Sejarah kayu sebagai bahan bakar dapat ditelusuri kembali ke zaman prasejarah. Manusia purba menggunakan teknologi sederhana untuk menyalakan api unggun guna menyediakan sumber panas untuk pemanasan dan memasak. Seiring berjalannya waktu, manusia mengembangkan teknik yang lebih canggih. Peradaban Yunani dan Romawi kuno menggunakan sumber daya hutan di sekitarnya untuk membangun fasilitas pemanas yang lebih efisien. Banyak peradaban secara bertahap mengembangkan pengetahuan tentang pengelolaan kayu dalam prosesnya dan menetapkan teknik khusus untuk memastikan penggunaan kayu yang berkelanjutan.
“Sekitar setengah dari kayu hutan dunia digunakan untuk bahan bakar, dan pengelolaan kayu yang berkelanjutan sangat penting untuk melindungi lingkungan dan memenuhi kebutuhan manusia.”
Di Jepang, kayu digunakan untuk berbagai keperluan selama periode Edo, termasuk membangun kapal dan bangunan, yang menyebabkan penggundulan hutan skala besar dan masalah lingkungan. Pada tahun 1666, pembatasan penggunaan kayu pada kendali para jenderal atau pangeran memudahkan pembentukan kebijakan pengelolaan hutan.
Pengembangan cerobong asap dan perapian telah secara efektif memperbaiki masalah emisi asap, dan perangkat pemblokir api yang berfokus pada akumulasi panas, seperti tungku batu dan tungku logam, telah meningkatkan efisiensi pemanasan. Setelah Revolusi Industri, tungku baja menjadi populer, dan perangkat ini digunakan dalam berbagai bahan dan mendorong efektivitas pembakaran kayu ke tingkat yang lebih tinggi.
Saat ini, kayu masih banyak digunakan sebagai salah satu cara utama untuk memanaskan, terutama di daerah pedesaan yang banyak pepohonannya. Kayu digunakan dalam berbagai cara termasuk tungku pembakaran kayu, sisipan perapian, dan tungku rumah. Perangkat lain yang semakin populer adalah tungku pelet yang membakar pelet kayu terkompresi, yang menawarkan cara yang relatif efisien dan bersih untuk memanaskan rumah Anda.
"Dalam konteks energi terbarukan, penggunaan bahan bakar kayu tetap penting, terutama di daerah-daerah yang produk hutannya mudah diperoleh."
Namun, proses pembakaran kayu juga menimbulkan masalah lingkungan, terutama yang terkait dengan polusi udara. Menurut penelitian, pembakaran kayu melepaskan sejumlah besar senyawa organik yang mudah menguap, yang mengancam kesehatan manusia dan memperburuk polusi udara di beberapa daerah.
Kayu, sebagai sumber bahan bakar paling awal dan berkelanjutan bagi umat manusia, tidak diragukan lagi memainkan peran penting dalam kelangsungan hidup dan perkembangan umat manusia. Sejarahnya telah menyaksikan kemajuan dan inovasi peradaban manusia yang berkelanjutan dalam penggunaan api. Menghadapi tantangan perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan, dapatkah kita menemukan jalan yang menyeimbangkan kebutuhan ekonomi dan perlindungan lingkungan?