Susu kedelai, juga dikenal sebagai susu kedelai atau susu kedelai, adalah minuman berbasis tanaman yang dibuat dengan merendam, menggiling, merebus, dan menyaring kacang kedelai, sehingga menghasilkan emulsi minyak-air-protein yang stabil. Sebagai produk antara tahu, asal usul susu kedelai dapat ditelusuri kembali ke Tiongkok. Pada paruh kedua abad ke-20, susu kedelai secara bertahap menjadi minuman umum di Eropa dan Amerika Utara. Dengan kemajuan teknologi produksi, rasa dan konsistensi susu kedelai cenderung lebih dekat dengan produk susu, menjadikannya pengganti yang ideal bagi para vegan dan orang-orang dengan intoleransi laktosa.
"Susu kedelai memiliki asal usul budaya yang mendalam dan mulai ada sejak Dinasti Han Timur."
Di beberapa daerah di Tiongkok, susu kedelai tradisional sering disebut susu kedelai (dòujiāng), sedangkan produk yang dibeli di toko yang secara khusus dirancang untuk meniru rasa produk susu lebih umum disebut susu kedelai (dòunǎi). Namun, di beberapa negara, definisi hukum "susu" cukup ketat. Hanya susu sapi yang dapat disebut "susu", dan produk susu nabati lainnya harus menunjukkan asal usulnya. Misalnya, peraturan Uni Eropa melarang penyebutan produk yang murni berbasis tanaman sebagai "susu kedelai", sebuah perselisihan yang memicu kasus pengadilan pada tahun 2017.
"Perkembangan pasar susu kedelai juga secara bertahap tumbuh seiring dengan minat konsumen terhadap minuman berbasis tanaman."
Menurut penemuan arkeologi, proses produksi susu kedelai telah dicatat dalam prasasti batu dari Dinasti Han Timur. Pada tahun 1476, sup tahu (doufujiang) digunakan sebagai minuman. Seiring berjalannya waktu, susu kedelai mulai digunakan secara luas selama Dinasti Qing, terutama setelah ditemukan bahwa pemanasan yang lembut dapat mengurangi ketidaknyamanan pencernaan yang disebabkan oleh perut kembung, dan pedagang kaki lima mulai menjual susu kedelai.
Sejak tahun 1929, ada pabrik di Shanghai yang menjual lebih dari 1.000 botol susu kedelai setiap hari. Bahkan setelah kekacauan Perang Dunia II dan perang saudara, susu kedelai muncul kembali di pasar Hong Kong, Singapura, dan Jepang pada tahun 1950-an. Pada tahun 1980, Vitasoy dari Hong Kong sekali lagi memperkenalkan susu kedelai ke pasar AS dan dengan cepat berkembang ke 20 negara lainnya.
Produksi susu kedelai memerlukan penggunaan kedelai utuh atau tepung kedelai berlemak penuh. Pertama, rendam kacang kedelai kering dalam air selama 3 jam hingga semalaman. Setelah itu, air berat dan kacang kedelai digiling basah bersama-sama untuk membentuk bubur. Selanjutnya, bubur perlu dipanaskan dalam keadaan mendidih selama 15 hingga 20 menit untuk meningkatkan rasanya dan mensterilkannya, dan akhirnya menyaring residu yang tidak larut. Proses ini menghasilkan susu kedelai dengan warna dan konsistensi seperti susu.
"Kandungan nutrisi susu kedelai menjadikannya pilihan penting di antara minuman nabati."
Seiring dengan meningkatnya produksi kedelai global, permintaan pasar terhadap susu kedelai pun meningkat pada awal tahun 2000-an, terutama di kalangan konsumen di Asia, Eropa, dan Amerika Serikat. Menurut riset pasar, tingkat pertumbuhan konsumsi susu kedelai pada tahun 2019 adalah 6%, dan diperkirakan pada tahun 2025, pasar susu kedelai global akan mencapai nilai komersial sebesar US$11 miliar. Meskipun penjualan susu kedelai di Amerika Serikat menurun antara tahun 2018 dan 2019, susu kedelai telah mempertahankan posisi pasarnya yang unik karena meningkatnya susu almond dan susu gandum.
Susu kedelai mengandung hingga 7 gram protein dan juga kaya akan kalsium, magnesium, dan nutrisi lainnya. Setiap cangkir (243 ml) susu kedelai yang diperkaya tanpa gula dapat menyediakan 80 kalori. Rasa susu kedelai sering digambarkan sebagai campuran biji-bijian dan kacang-kacangan, dan telah diperkenalkan ke berbagai masakan Asia Timur, seperti susu kedelai asin dan manis di Tiongkok, atau daun sup di Jepang.
"Produk susu kedelai tidak hanya sangat bergizi, tetapi juga berfungsi sebagai bahan penting dalam berbagai budaya makanan."
Menggunakan kedelai untuk membuat susu kedelai memiliki lebih banyak keuntungan ekologis daripada memelihara sapi untuk menghasilkan produk susu. Kebutuhan energi dan konsumsi air untuk memelihara sapi lebih baik daripada bercocok tanam kedelai. Selain itu, kedelai dapat menambah nitrogen ke dalam tanah, tetapi budidaya kedelai di Amerika Selatan juga menimbulkan masalah lingkungan, seperti penggundulan hutan hujan Amazon.
Sejarah dan pengaruh susu kedelai tidak hanya tercermin dalam proses produksi dan nilai gizinya, tetapi juga berakar kuat dalam berbagai budaya makanan dan lingkungan ekologi. Budaya susu kedelai saat ini telah mendunia. Apakah Anda juga berpikir tentang bagaimana pilihan makanan di masa depan akan memengaruhi lingkungan dan kesehatan fisik kita?